Jeritan Pilu (1)

Setelah menonton berita tadi, aku merasa tidak nyaman. Berulang kali kupejamkan mata tetap tidak bisa. Kulihat jam diponsel menunjukkan pukul 9 malam. Suara dengkuran lastri beradu dengan suara jangkrik diluar.

"Lelap sekali lastri tidur sedangkan aku tidak bisa tidur dan bingung harus melakukan apa"

Ku coba menelpon anakku dikampung dan kami mengobrol satu jam lamanya.

"Ibu, lebih baik ibu tidur. Sekarang sudah jam 10 lebih, aku tidak ingin ibu sakit"

Aku terharu mendengar ucapan anakku, baru kali ini aku merasa anakku sangat menyayangiku, mungkin karena kami tidak pernah berjauhan sebelumnya.

"Baiklah, jaga kesehatan ya nak, 3 minggu lagi ibu usahakan mengunjungi kalian dikampung. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam bu"

Ku rasakan hawa dingin dikamarku. Tak seperti biasanya.

"Sebaiknya aku sholat witir dulu sebelum tidur"

Akupun beranjak dari tempat tidur untuk mengambil air wudhu.

"Segarnya air wudhu ini, sepertinya kantukku hilang padahal saat menelpon tadi aku sudah mengantuk" gumamku dalam hati

Saat aku menuju kamar kulihat 1 keluarga duduk diruang tv. Mereka semua duduk dengan posisi menunduk. Aku tahu apa yang kulihat ini bukan manusia. Ku acuhkan mereka dan kutinggal sholat witir 3 rakaat.

Sungguh aku tidak merasa khusyuk dengan sholatku malam ini. Aku mendengar suara lengkingan menyanyat pilu, ku dengar lagi suara tangisan dan jeritan minta tolong berulang kali.

Aku berdzikir mencoba mengalihkan rasa takutku. Aku masih saja takut walaupun aku terbiasa melihat hantu. Mereka berlima berdiri didepan pintu, tapi dengan wujud yang tidak menyeramkan. Lalu kubacakan al-fatihah untuk mereka seketika mereka berubah seperti asap. Aku pun mencoba untuk tidur karena jam menunjukkan pukul setengah 12.

Alarm di handphoneku berbunyi, aku terbangun dengan sangat lelah seolah-olah tadi malam aku terjaga. Dengan mata masih mengantuk kupaksakan diriku ke kamar mandi. Sebelum mengambil wudhu, aku tenggak satu gelas air putih dimeja makan. Aku terkesiap ada anak kecil laki-laki berdiri disamping kulkas. Buru-buru aku mengambil air wudhu dan mengabaikan pandanganku tadi.

Selesai aku berwudhu dan masuk kamar, ada sesosok wanita menggunakan celana dasar hitam dan blouse berwarna merah dipintu kamar lastri.

"Bu Sarti.. tolong bantu kami"

"Oma.. bantu papa"

Kulihat anak kecil laki-laki itu dan kakaknya menarik bajuku seakan membenarkan keadaan mereka. Lalu mereka menghilang. Aku sungguh merasa shock karena tidak pernah terjadi hal-hal seperti ini dikampung. Palingan almarhum suaminya atau orangtuanya yang datang kepadanya.

Aku lalu sholat tahajud sangat khusyuk dan tertidur diatas sajadah. Kudengar kicauan burung dan aku terbangun.

"Ya Allah aku belum sholat subuh, aku ketiduran rupanya"

Kusambar handphoneku, ternyata jam menunjukkan pukul 5. Aku kebelakang lagi mengambil air wudhu. Kubasahi sekujur wajah, tangan dan kaki, serasa segar membangunkan mata ini dari kantuk.

Aku sholat seperti biasa tanpa gangguan seperti tadi malam. Selesai sholat aku menuju dapur kulihat kembali 5 orang keluarga itu duduk didepan tv. Aneh mereka kembali. Apa yang mereka coba katakan.

Kutinggalkan mereka menuju dapur, aku menanak nasi dan memasak sayur bening. Ketika aku membuka kulkas sontak aku kaget melihat potongan kepala meminta tolong kepadaku.

Terdengar jeritan tangis kembali. Aku menutup telingaku sambil mengatakan pergi kepada mereka. Suaranya sangat jelas bahkan sampai terngiang dipikiranku.

"Kamu kenapa sar? hei jangan takut ini aku lastri? apa ada kecoa lagi disini? ujar lastri dengan polosnya

"Iya tri.. gak ap.."

Sosok wanita itu berdiri tepat dibelakang lastri, dia mengulurkan tangannya kepadaku.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***