Sosok The Ghost

Baru saja aku sebut, dia datang.

Ada sosok berjubah putih-merah-hitam, berdiri menghadap kepadanya dari atas atap gedung tinggi, seolah-olah sedang menatap dirinya.

The Ghost. Dia di sini!

Nathalia berjalan mundur dengan perlahan. Tidak ada reaksi dari The Ghost. Masih tetap berada di posisinya. Melihat hal itu, Nathalia bergegas berlari terbirit-birit. Seketika, ia lupa jalan menuju rumahnya. Yang dia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya ia harus lolos dari The Ghost.

"Hei hei. Haha. Mau kemana gadis??"

Nathalia ketakutan. Tiga orang pria yang dihajarnya barusan menemukan dirinya. Pria itu mencengkeram pundak Nathalia lalu menyeretnya ke jalanan yang sepi.

"Seharusnya malam-malam begini, jangan berkeliaran gadis kecil."

"Ya. Apalagi di tempat yang sepi begini. Sebenarnya tidak terlalu sepi juga. Kau lebih aman jika tetap berada di kerumunan sana."

"Lebih amannya lagi, jangan bertindak sok pahlawan dengan menyelamatkan wanita itu."

Begitulah perkataan mereka yang membuat Nathalia ketakutan. Baginya, itu adalah sebuah ancaman. Hujan turun dengan derasnya.

Tubuh Nathalia didorong, membuat Nathalia jatuh telentang. Nathalia berusaha bangkit untuk melarikan diri. Harapannya harus sirna ketika melihat tidak ada celah untuk melarikan diri.

"Sepertinya kau ingin bertemu dengan kedua teman kami."

Nathalia menoleh ke belakangnya. Ada dua pria dewasa lagi yang merupakan teman ketiga orang itu. Keduanya membawa sebilah besi. Mereka berencana menghabisi Nathalia di sana.

"Baiklah. Tidak usah lama-lama lagi. Mari kit... Ahhh!!" Tiba-tiba, orang itu terangkat ke atas. Ada katrol yang tersangkut di tubuhnya. Keempat temannya mendongakkan kepalanya. Mereka terkejut mendapati teman mereka tergantung tak bernyawa pada sebuah tiang. Nathalia juga menyaksikan hal itu.

Belum sempat berpikir jernih, tiba-tiba datang sesosok berjubah putih-merah-hitam dari atas terjun dan mendarat dengan sangat sempurna. Menggunakan kedua kakinya sebagai tumpuan pendaratan. Jubahnya berkibar sejenak, efek pendaratannya tersebut.

Nathalia mengenali sosok itu.

The Ghost. Oh tidak. Dia akan menghabisiku juga.

Keempat pria tersebut sangat geram. Aksi kejahatan mereka kali ini harus gagal. Dua orang bersiap menghajar The Ghost. Namun dengan gerakan yang sangat cepat, The Ghost membunuh dua orang itu terlebih dahulu.

Menggunakan belati kecil yang tersembunyi dibalik sarung tangannya, ia tusukkan ke leher dua orang itu. Seketika, mereka berdua rubuh.

Sisa dua orang lagi. The Ghost tanpa ampun membunuh keduanya. Hal itu disaksikan langsung oleh Nathalia. The Ghost memutar tubuhnya. Ia mendekati Nathalia.

Kali ini, Nathalia tidak terlalu takut. Bahkan ia dapat menggerakkan tubuhnya, tidak seperti perjumpaannya pertama dulu. Nathalia hendak bangkit namun tangan The Ghost mencengkeram pundaknya terlebih dahulu. Nathalia menatapnya dengan tatapan ketakutan. The Ghost mengeluarkan sebuah pistol lalu ditembakkannya ke atas. Tubuhnya terangkat bersama dengan Nathalia.

"Eh, apa yang..."

Sampai di atas atap, The Ghost melepaskan cengkeramannya.

"Tidak baik seorang gadis muda berkeliaran malam-malam begini."

Eh, dia berbicara??? Suaranya tidak seperti wanita pada umumnya. Apa karena dia sudah dewasa?? Lebih berat, walaupun tidak seberat suara pria.

The Ghost menatapnya sejenak. Nathalia dapat melihat wajahnya yang tertutup masker hitam. Sedikit kecewa, Nathalia hanya dapat melihat matanya saja.

"Nathalia Tavisha."

"Eh, Anda mengenali ku??" Tanya Nathalia.

"Iya."

"Dari mana??"

"Hmm... Sepertinya kamu sudah membaca catatan di perpustakaan itu ya," kata The Ghost.

"Hmm, iya. Dari mana Anda tau??"

"Aku bisa membaca pikiranmu. Tunjukkan tanganmu." Nathalia menyodorkan tangannya, sebelah kanan.

"Kiri," kata The Ghost.

"Oh, baik."

The Ghost memperhatikan pergelangan tangannya.

"Hmm, akhirnya aku menemukanmu. Kamu adalah reinkarnasi terakhir Mirage Marius. Benar??" Tanya The Ghost.

"Menurut catatan itu, iya. Tetapi aku tidak yakin betul," kata Nathalia.

"Berarti Anda adalah mentor itu??" Lanjut Nathalia. The Ghost mengangguk.

"Apa waktunya sudah tiba??" Gumam Nathalia.

"Jika kamu sudah siap. Pastinya saat kamu berusia 20 tahun," jawab The Ghost.

The Ghost mengajak Nathalia berbincang sebentar. Ia duduk di samping Nathalia.

The Ghost menceritakan kisah mengapa Nathalia yang terpilih.

Dulu, saat Nathalia lahir, kelahirannya bertepatan dengan tanggal lahirnya Mirage, yaitu 17 Juni. Diketahui juga bahwa ayahnya ada darah keturunan Assassin. Akan tetapi bukan Mirage. Saat dia lahir ke dunia, reinkarnasi dari lawannya yaitu Maxwell Cornius merasakan kehadirannya. Ia mencoba membunuh Nathalia saat itu juga. Namun beberapa kali harus gagal. Nathalia dipilih karena dirinya ada bakat terpendam. The Ghost saja tidak mengetahui bakat apa itu. Hanya Nathalia saja yang dapat mengetahuinya. Hal itu bisa ditemukannya saat berusia 20 tahun nanti. The Ghost hanya mengutarakan, bakat yang dimaksud adalah kemampuan dan keahlian yang melampaui reinkarnasi sebelumnya. Bahkan bisa dibilang melampaui yang aslinya. Untuk lebih jelasnya, ia tidak tahu pasti. Intinya adalah Nathalia dipilih karena lahir di tanggal yang sama, memiliki darah Assassin dan mempunyai bakat terpendam yang melampaui pendahulunya.

Terungkap juga, kedua orangtuanya meninggal karena berusaha menyelamatkan putrinya, yaitu Nathalia. Mereka yang mengetahui niat jahat sang reinkarnasi itu, berusaha mencegah dengan cara menyembunyikan keberadaan Nathalia. Mereka menitipkan Nathalia di bibinya, yaitu Anne, saat Nathalia berusia 12 tahun. Lalu mereka pindah ke kota Jalundra untuk membuat pakaian yang dapat melindungi Nathalia dari berbagai serangan dan ancaman.

Ayahnya mendapat mimpi dari seseorang pria tua dan menyuruhnya membuat pakaian jaket bertudung. Pria itu memberikan sebuah kalung dengan dihiasi sebuah batu berbentuk belah ketupat berwarna merah. Batu itu berisi kekuatan dari pria itu dan beberapa pria yang lainnya.

"Siapa yang lainnya itu??" Tanya Nathalia.

"Kesembilan reinkarnasinya sebelum kamu," jawab The Ghost.

"Berarti, pakaian itu dari ayahku?? Maksudnya ayahku yang membuatnya??"

"Iya, betul sekali. Aku membawanya ke sana. Harus mengendap-endap juga karena itu adalah rumah orang."

"Ya betul sekali. Namanya Ibu Arumi Belanova. Dia sangat baik kepadaku. Aku diberi tumpangan olehnya. Dia seperti ibuku saja. Walaupun sedikit menakutkan jika dia marah namun sebenarnya dia sayang kepadaku. Anda ini tidak sopan masuk ke dalam rumah orang," kata Nathalia.

"Iya aku tau."

Aku menakutkan katanya.

"Apakah aku akan berlatih mulai sekarang?? Dan takdir apa yang akan aku hadapi??" Tanya Nathalia

"Entahlah aku tidak tau pasti. Sepengetahuanku, nasib dunia ada di tanganmu. Latihanmu akan dimulai ketika berusia 20 tahun," kata The Ghost. Nathalia terdiam sejenak.

"Jangan khawatir. Aku akan datang dan melatihmu sampai siap," lanjutnya.

"Baiklah. Lalu, orangtuaku meninggal karena membuat pakaian itu??" Tanya Nathalia.

"Iya. Pembuatan pakaian itu menggunakan teknologi canggih dari kota ini. Sang lawan itu tidak terima. Seharusnya, ayahmu membuatkan senjata canggih untuknya namun karena sudah mengetahui niat jahatnya, ayahmu berkhianat. Suatu hari, mereka disergap oleh beberapa suruhannya. Mereka berdua sempat kabur namun mereka harus merenggang nyawa dengan cara ditembak dari kejauhan. Ayahmu sempat mengubur jaket dan perlengkapan lainnya di dalam tanah sebelum kematian merenggutnya. Jasad mereka ditemukan penduduk sana tetapi tidak dengan jaketnya. Aku yang mengetahui lokasi itu, memutuskan untuk membawa pakaian tersebut dan menyimpannya di perpustakaan. Lalu selama itu aku menunggu kehadiran reinkarnasi terakhir datang. Akhirnya, di moment itu, pertama kali kita bertemu aku menemukanmu. Kamu adalah reinkarnasi terakhirnya," jelas The Ghost. Nathalia mengangguk pelan.

"Ya sudah. Setidaknya aku tau kenapa ayahku meninggal," kata Nathalia. The Ghost menangkap ada rasa kebencian darinya terhadap seseorang yang membunuh ayahnya. Ia menyimpulkan bahwa Nathalia ingin balas dendam kepada orang itu.

"Berarti, orang yang membunuh orangtuaku adalah penduduk ini?? Kemungkinan besar dia dimana??" Gumam Nathalia.

"Sudah jangan dipikirkan. Sekarang pulanglah." Nathalia mengangguk lalu pulang ke rumahnya.

"Apa Anda yakin menyembunyikan identitas The Ghost sebenarnya, Master??"

"Iya. Aku tidak bisa memberitahunya sekarang. Bagaimana reaksinya jika ia tau bahwa atasannya berusia 300 tahun lebih. Mungkin dia pikir aku manusia abadi."

The Ghost membuka penutup kepalanya dan maskernya. Terlihat sosok sebenarnya, yaitu Arumi Belanova.

"Apa kamu merasakan ada perasaan keinginan balas dendam yang besar darinya??" Tanya Arumi kepada muridnya.

"Iya, Master. Gadis itu, sepertinya ingin sekali balas dendam kepada orang itu," jawabnya.

"Iya. Aku akan mengawasinya. Kemungkinan dia akan berlatih sendirian di rumah itu. Maksudku ruangannya. Jika ada indikasi mencurigakan darinya, aku akan berusaha mencegahnya," kata Arumi.

"Baik, Master. Aku dan kedua temanku akan membantumu."

"Ok. Dan bisakah kalian bertiga dengan kompak memanggil hanya satu panggilan saja?? Kamu memanggilku Master. Dua sisanya Sensei."

"Maaf, Master. Sudah kebiasaan dari dulu."

"Aku cukup terkejut dia menyebutku seperti ibunya. Hal itu mengingatkanku kepada Mirage. Sama-sama tidak mempunyai orang tua. Bedanya, Mirage dari lahir tidak memiliki orangtua sedangkan Nathalia masih merasakan kasih sayang dari orangtuanya," kata Arumi.

"Apa hal itu membuat Anda terharu, Master??" Arumi mengangguk. Ia tersenyum dan sedikit meneteskan air matanya.

"Andaikan dia tau bahwa setelah dia siap, hidupku akan berakhir. Aku dapat dibunuh kapanpun. Atau aku dapat meninggal karena sebuah penyakit. Pastinya ia merasa sedih sekali," kata Arumi.

"Setidaknya dia masih mempunyai seorang bibi. Lain halnya jika bibinya juga ikut meninggal. Saya yakin dia pasti merasakan kesedihan yang mendalam," jawab muridnya. Arumi mengangguk. Lalu mengajak muridnya itu pulang.

Sampai di rumah, Nathalia membersihkan badannya. Bajunya basah kuyup karena kehujanan. Ia juga sempat mendapat peringatan dari pembantunya karena hujan-hujanan. Pembantunya protes mengapa tidak minta dijemput saja. Dengan begitu, Nathalia tidak akan kehujanan karena dijemput menggunakan mobil. Dalam hati Nathalia, dijemput atau tidak sama saja, tetap basah kuyup juga.

Selesai mandi, ia kembali melakukan kebiasaannya. Duduk termenung di atas atap rumahnya. Nathalia memandangi langit yang dihiasi bintang dan cahaya bulan. Nathalia memikirkan bagaimana ia dapat menyelamatkan dunia. Berhasilkah atau tidak. Bertarung saja tidak bisa.

Lalu Nathalia mengamati lukanya, tepatnya lambang di pergelangan tangannya.

Aku akan menginjak usia 20 tahun tiga bulan lagi. Apa itu waktu yang cukup untuk menghadapi lawanku?? Ditambah apakah aku sudah cukup siap menghadapi ancaman dunia?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!