Chapter 15

Tapi tiba-tiba sang supir membuka pintu bagian Jangmi membuat Jangmi terkejut menoleh.

"Nona, bisa aku minta bantuan mu? Aku perlu kamu untuk melihat di bagian depan sementara aku mengambil alat di belakang," tatapnya.

Jangmi terdiam sebentar, dia tak bisa berkata kata lalu mengangguk menyetujui nya. "Baiklah," dia lalu turun dan berjalan ke depan mobil, berlutut menatap apa yang ada di bawah sementara sang supir memakai sarung tangan putih dan mengambil tali tampar di bagian bagasi mobil. Bukan nya mengambil peralatan mobil, dia malah mengambil tali tampar dan tali itu sudah tersimpul leher.

Siapa sangka, dia datang perlahan ke belakang Jangmi dan langsung memasukan tali itu dari kepala Jangmi dan mengikat lehernya membuat Jangmi terkejut akan memberontak.

"Akh!!?"

Tapi pria itu segera mengaitkan ujung tali lain ke tiang yang sudah di siapkan di sana, sepertinya dia memang sengaja melakukan aksinya di sana.

Dia langsung menarik ujung tali yang sudah di kaitkan di sebuah tiang membuat tubuh Jangmi tertarik dan sekarang tergantung. Dia hanya bisa menahan tali di lehernya agar tak terlalu mencekik.

Tak hanya sampai sana, sang supir itu juga melepas kedua sepatu Jangmi dan langsung menarik kaki Jangmi untuk membuat dorongan leher itu.

Layaknya dia menggunakan kaos kaki nya tadi hanya untuk menghilangkan jejak untuk pihak wajib yang akan menyelidiki kasus yang akan terjadi itu.

Melihat Jangmi yang kesakitan, hal itu membuat sang supir semakin bersemangat menjalankan aksinya.

Lalu dia berdiri dan akan memotret Jangmi, entah untuk apa, ketika mengeluarkan ponsel. Jangmi mencoba menyerang nya, karena tangan nya langsung memegang tiang, mengangkat tubuhnya dan langsung melingkarkan kakinya di kepala pria itu yang terkejut, tak hanya itu, Jangmi juga menampar pria itu hingga jatuh berlutut dan Jangmi segera melepaskan diri membuatnya benar-benar terlepas dari penggantung.

Dia kemudian langsung menatap sinis supir itu, Jangmi tak berencana memanggil polisi, sebaliknya dia berjalan ke bagasi mobil dan rupanya ada alat berat yakni linggis disana. Dia mengambil linggis itu dan menghampiri supir tadi yang sekarang merangkak ketakutan di tengah hujan mencoba melarikan diri dari Jangmi yang rupanya bukan wanita mudah untuk dijadikan korban.

Jangmi berhenti tepat dan membuat supir menoleh ketakutan. Bahkan Jangmi mengangkat linggis nya tinggi-tinggi, sebelum dia benar-benar melakukan aksinya, dia mengatakan sesuatu, "layaknya seperti Chandrea, dan akan selalu seperti itu," dan langsung mengayunkan linggis itu membuat pria tersebut terlempar pingsan.

Ketika pria itu bangun, dia sudah berposisi gantung diri di tiang tadi, rupanya Jangmi yang melakukan nya sampai begitu, dia lalu berdiri setelah mengikat ujung tali itu lalu mengambil kaus kaki dari saku supir yang ia lihat dari mobil tadi untuk di curigai.

Dia menyumpal mulut pria itu dengan kaos kaki itu dan leher gantung itu membuat nya kesakitan.

"Lihat ini, kau sungguh payah," Jangmi menatap sinis, lalu menarik kaki pria itu sekuat tenaga ke bawah, dia melakukan sama seperti yang dilakukan pria tadi padanya.

"A-aku mohon maafkan aku, lepaskan aku," pria itu malah memohon.

Tapi Jangmi langsung mencengkram pipi nya membuat nya terkejut menatap. "Kau pikir aku wanita yang terlihat mudah huh, kau pasti sudah banyak melakukan kasus sepertinya ini dan kau layak untuk di katakan selamat tinggal," tatap nya dengan tajam.

Dia lalu berlutut dan menarik kaki pria itu sekuat tenaga hingga pria itu benar-benar berhenti bernapas.

Setelah itu Jangmi menghela napas panjang. "Terima itu bajingan brengsek, kamu akan masuk neraka... Atau aku yang masuk karena membunuh mu hm... Sudah lah," Jangmi meninggalkan mayat itu dan dia sendiri berjalan ke bagasi mobil taksi tadi yang rupanya ada payung hitam.

Toko seafood yang ia incar juga sudah terlihat di depan membuat nya membuka payung dan berjalan meninggalkan jembatan yang tersembunyi itu.

Tapi ketika sampai di kedai Seafoodnya, ponselnya berbunyi dari Chandrea membuatnya mengangkat nya. "Halo Chandrea, kenapa?"

"Jangmi, kamu ada di mana? Kenapa di rumah tak ada?" tanya Chandrea yang sepertinya sudah di rumah.

"Oh, aku ada ditoko Seafood, kemarilah, makan bersama," kata Jangmi.

"Oh, baiklah, aku akan segera kesana," Chandrea membalas dengan semangat lalu menutup panggilan dan Jangmi bisa masuk menghangatkan diri di dalam.

Tak butuh waktu, terlihat hanya ada mereka berdua duduk berhadapan di meja kedai makan seafood itu.

"Chandrea, aku senang bisa makan bersamamu, karena kamu tidak memiliki alergi apapun terhadap makanan seperti ini.... Orang-orang di samping ku pasti tak tahan ketika melihat makanan seperti ini," kata Jangmi dengan kecewa.

"Jangan khawatir, aku juga kondisinya lapar, tadi habis membuat malu seseorang," tatap Chandrea.

"Membuat malu? Wah, kamu parah sekali yah..."

Tapi tiba-tiba saja ada yang memanggil sambil mendekat. "Chandrea...!"

Hal itu membuat mereka menoleh dan rupanya Harsa, lelaki manajer kafe itu.

"Oh, manajer, ehehehemm," Chandrea menatap menggoda.

"Kenapa kau ada disini, dan temanmu?" Harsa menatap bingung ke Jangmi.

"Halo, ehehehehe," Jangmi juga menyapa dengan tatapan menggoda membuat Iman Harsa hampir goyah.

"Ehem... Bukankah wanita tak baik keluar malam-malam, kenapa kau harus mengajak teman mu... Eh bentar, sepertinya aku memang seharusnya tidak mengkhawatirkan wanita seperti mu Chandrea," tatap Harsa, dia ingat kelakuan Chandrea ketika di kafe, sikapnya yang iblis membuat Harsa trauma mengingatnya.

"Ehehemmm... Kenapa manajer, mau aku bekerja lagi?"

"Ti-tidak, nikmati liburmu saja, aku akan memanggil mu kerja ketika butuh... Tentunya aku tak akan memanggil mu selamanya... Dia benar-benar bisa menjadi pelayan iblis..."

"Ehehehemm.... Kalau begitu kenapa? Ingin gabung dengan kita?" tatap Chandrea.

Tapi Harsa langsung menatap ke Jangmi. "Tampilan wanita ini juga cantik sama seperti Chandrea, apakah mereka kakak adik, tapi mereka tak mirip juga... Tunggu, jika mereka sama... Apa itu artinya wanita teman nya Chandrea ini juga memiliki sikap yang tidak sama seperti wanita lain... Sungguh berbeda..." Harsa memasang wajah takut.

"Manajer... Kenapa Ehehehemm..." tatap Chandrea dengan wajah masih menggoda.

"Ti-tidak, maafkan aku, aku harus pulang, kalian jangan larut-larut, aku pergi dulu," Harsa langsung berjalan pergi meninggalkan mereka membuat mereka terdiam.

Tapi Jangmi menjadi menatap ke Chandrea. "Hei, Chandrea, aku ingin tahu cerita mu di kampus tadi dong," tatap Jangmi dengan tatapan bersemangat.

"Eheheehm... Boleh-boleh saja, tapi jika aku boleh tahu, kamu naik apa kemari?" Chandrea menatap.

"Oh, aku tadi naik taksi, tapi supirnya berusaha menjadikan ku korban sama seperti yang kamu bicarakan tadi pagi, jadi aku membunuh nya hehe..." tatap Jangmi dengan tatapan tenang dan tak berdosa.

Hal itu membuat Chandrea malah tertawa. "Keren sekali, ehehemm," tatapnya, mereka tertawa bersama layaknya dua psikopat makan bersama.

--

Di sisi Chandrea, setelah dia meninggalkan Jangmi dari rumah nya, dia berjalan ke kampus dan kebetulan sekali bertemu dengan Xela dibus. "Halo, ehehehemm…" langsung duduk di samping nya membuat Xela hanya mengangguk.

"Um, Chandrea," panggil nya dengan suara masih ragu membuat Chandrea langsung menoleh. "Hm?"

"Apa kamu masih ingat pada Jerin?"

"Siapa?"

"Orang yang, membully ku, dan kamu selalu menyelamatkan ku, lelaki itu…" tatap Xela dengan wajah malu.

"Ah, jadi namanya itu, ya. Buruk sekali Eheheem."

"Tidak, lebih dari buruk, kemarin aku melihat kabar kampus bahwa ada teman Jerin, dia mahasiswa baru dan tak lebih berbeda dari Jerin sendiri," tatap Xela dengan takut.

"Mahasiswa baru? Buat apa ditakutkan... Siapa nama nya?" Chandrea menatap.

"Jika tak salah, Andros..."

"Oh, sama jelek nya namanya Hehehehmmm... Lagipula untuk apa khawatir... Kamu sudah tak di tindas oleh Jerin lagi," kata Chandrea.

"Tapi... Aku takut Andros akan membully orang lain meskipun Jerin sudah tahu kau akan melindungi ku... Tapi aku tak tahan jika melihat orang lain di bully," tatap Xela dengan wajah kecewa membuat Chandrea terdiam.

"Yah Um, ehehehmm, jangan khawatir, hanya perlu melawan dengan berani ehehehemm," kata Chandrea. Mendengar hal itu membuat Xela terdiam kaku.

Ketika di jam istirahat. Xela berjalan ke kantin untuk membeli makanan tapi melihat seorang lelaki yang sedang menindas orang di kantin. Orang itu terlutut gemetar dan rupanya yang membully nya adalah mahasiswa baru yang ia bicarakan dengan Chandrea, yakni Andros tertawa menatapnya, ia ikut berlutut di hadapan nya.

Semua orang hanya menatapnya dengan tanpa menolong. Tentu saja Xela yang melihat itu menjadi teringat bahwa ia juga sering-sering sekali di bully begitu. "Kenapa ini sungguh sangat menjengkelkan, kenapa dia suka sekali menindas orang!! Bahkan mahasiswa baru yang di terima saja membully orang, ini pasti karena Jerin!!" dia mengepal tangan dengan gemetar.

Karena kekesalan yang terus saja terpendam. Dia melihat sekotak susu dimeja dan langsung mengambil nya, seketika melemparnya ke Andros yang terkejut diam. Susu itu tumpah membasahi baju nya. Semuanya menjadi terkejut melihat itu.

"Hoiiii!!!" dia berteriak, lalu menoleh pada siapa yang melemparnya itu.

Xela terkejut dengan apa yang dia lakukan, dia bahkan menjadi gemetar. "A-apa yang aku lakukan?!"

Bahkan semuanya langsung menatap ke Xela.

"Hei, siapa kau!!" Andros menatap tajam.

"Hei, bukankah itu si culun?" seseorang menambah sambil datang dan rupanya itu adalah Jerin. Dia menjadi menatap sombong pada Xela. "Apa kau mau mencari perhatian dengan mahasiswa baru?" tambahnya.

"Cepat berhenti dengan sikap mu," Xela mencoba menatap, dia juga menyembunyikan ketakutan nya.

"Memang nya kenapa?"

"Aku akan melaporkan ini ke polisi jika kamu masih terus melakukan ini..."

"Hahaha... Siapa kamu ini, huh...!? Aku mahasiswa baru di sini dan tak ada apapun maupun siapapun yang dapat menghentikan kenikmatan ku menindas orang, apa kau tahu siapa aku huh!! Aku bebas berkuasa di sini!!" balas Andros dengan nada masih sombong nya.

"Kau kenal dia?" Andros menatap ke Jerin.

"Yeah, dia itu sangat gampang di tindas, dia bahkan ketakutan ketika bertemu orang seperti kita, gampang menangis dan hahaha begitulah…"

"Lalu kenapa dia sekarang berani sekali, bahkan dia mengancam ku, apa dia bodoh atau apa?" tatap Andros dengan bingung.

"Dia punya pelindung, sebaiknya jangan menindas nya, tapi jika kau ingin menindasnya, lakukan saja, aku hanya memberitahu mu," kata Jerin dengan serius karena dia sudah tahu bahwa Chandrea akan datang membela Xela.

"Memang nya kenapa, hanya gadis biasa," Andros tiba-tiba mendekat dan menarik kerah leher Xela yang terkejut.

"Le-lepaskan aku!!" Xela mencoba memberontak tapi tak bisa, dia malah dilempar Andros ke bawah.

"Ah!!" Dia terkejut kesakitan.

"Ahahaha.... Ujung-ujung nya hanya bisa ditindas lagi, sok berani sekali," Jerin menjadi menertawakan nya. Semuanya hanya mengalihkan pandangan mereka masing-masing, layaknya tak mau berurusan pada hal itu. Sosialisasi mereka memang kurang tinggi membuat mereka tak peduli pada kondisi sekitar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!