Bab 12

"Malika apa kamu baik-baik saja".

"Malika kenapa pesanku ga dibalas? Kamu baik-baik saja kan?".

"Malika kamu ada dimana? Kenapa rumahmu gelap?".

"Malika sekarang sudah tengah malam tapi belum ada kabar sama sekali darimu".

"Malika aku merindukanmu".

"Malika kamu ada di rumah tante Mur kan?".

"Malika kenapa kamu ga ada kabar sama sekali?".

"Aku mencintaimu Malika".

"Malika ayo bertemu dan bicara, kita sudah berjanji untuk selalu bersama kan Malika?".

"Malika jangan pergi".

"Malika aku mencintaimu".

Setelah 3 hari akhirnya aku berani membuka HP ku. Aku menangis sejadi jadinya membaca semua pesan Carlo, sungguh sakit rasanya hati ini membaca semua pesan Carlo, rasanya aku kehilangan segalanya, temanku, sahabatku, cintaku, tapi aku harus melakukannya.

Akhirnya aku membalas pesan Carlo,

"Carlo maafkan aku, terima kasih atas segalanya, maaf aku tidak bisa membalas semua kebaikanmu. Lupakan aku Carlo".

Setelah itu aku mematikan HP ku lagi, sambil menangis mengingat semua kenangan manis antara aku dan Carlo.

Papa datang ke sekolah, menjelaskan bahwa aku dan mama pindah keluar kota, jadi aku tidak akan datang ke sekolah lagi, kecuali untuk urusan sertifikat kelulusan SMU. Atas perintah papa, aku juga sudah memiliki no kartu baru untuk HP ku.

Papa dan mama sudah resmi bercerai, mama juga sudah mengembalikan kunci rumah yang aku miliki kepada papa.

Sebenarnya selama ini aku masih tinggal di rumah tante Mur, aku mengintip dari dalam rumah sewaktu Carlo berlutut saat pertama kali mencariku. Aku juga selalu mengintip keluar setiap kali ia datang menanyakan kabarku kepada tante Mur. Pedih rasanya hati ini setiap melihatnya, aku ingin berlari dan berkata, mari kita coba sekali lagi dan memeluknya. Tapi aku tau kalau Carlo pantas bersama seseorang yang lebih baik dariku, seseorang yang memiliki latar belakang yang lebih baik dariku, dan tidak akan membuatnya selalu merasa khawatir.

Seminggu berlalu dari kejadian itu, hari ini aku akan ke Yogyakarta, mama sudah mendapatkan tempat tinggal baru disana.

Aku mulai melakukan penyesuaian terhadap lingkungan yang baru. Mama sudah mulai bekerja, jadi aku sendiri di rumah. Setiap aku mulai merasa kesepian dan memikirkan Carlo aku akan pergi ke perpustakaan umum terdekat, sambil mempersiapkan tes masuk universitas.

"Ka, mama sedih kamu tidak pernah tersenyum dan tertawa lagi Ka".

"Aku ga apa-apa ma, hanya salah satu proses yang harus aku jalani, tapi aku baik-baik saja".

"Sekarang kita sudah berada di kota yang berbeda dengan papa, jika ini sungguh berat bagimu, kamu bisa menghubungi Carlo lagi Ka".

"Mama aku harus melupakannya, jika posisi mama dibalik, apa mama mau aku pacaran sama cowok yang papanya pernah mukulin aku? Meski orangtua Carlo baik, tapi aku yakin ada rasa segan di hati mereka untuk merestui aku dan Carlo, ma".

Mama memelukku dan berkata,

"Semoga kamu segera bisa berdamai dengan keadaanmu ya, dan menemukan pasangan yang lebih baik dari Carlo".

Aku mengangguk, tetapi hatiku berkata, pasangan yang lebih baik dari Carlo? Apa orang itu sungguh ada?.

Aku mulai menulis buku harianku sebaagai upaya untuk berdamai, menulis semua isi hatiku. Aku juga mulai menulis cerita tentang aku dan Carlo, juga bagaimana aku ingin ini semua berakhir bahagia.

Aku diterima di universitas negeri di Malang melalui tes SNBT. Karena kami sudah lama tidak berlibur, maka kami memutuskan berlibur di Malang sambil mencari kosan yang sesuai untukku nanti.

Dulu aku dan Carlo pernah berjanji untuk kuliah di satu kota yang sama, sekarang aku sendiri di kota ini. Carlo juga akan memulai kehidupan barunya di universitas, kuyakin sama seperti di SMU, ia juga pasti populer di tempat nya yang baru. Apakah ia akan segera melupakan cinta kami?.

......................

POV Carlo.

Semenjak aku kehilangan Malika, aku tidak bersemangat untuk mengikuti tes masuk universitas. Aku sempat berpikir untuk mencoba universitas di Yogyakarta, karena aku tau pasti setidaknya mama Malika akan berada di kota itu, tapi apa Malika akan berada dikota itu juga? Aku juga tau pasti ia pasti mengejar universitas negri, jadi ia bisa berada dimana saja, akan lebih baik aku mencarinya ke Yogyakarta diwaktu liburku.

Aku diterima di salah satu universitas swasta terbaik di Jakarta.

Kadang jika aku sangat kangen dengan Malika aku masih mengunjungi rumah lama Malika, dan mengenang kenangan kami di rumah itu. Aku juga kadang masih mengirimkan pesan kepada HP Malika, meski mungkin Malika sudah berganti nomor. Hingga suatu saat pemilik nomor baru, mengatakan padaku bahwa aku salah sambung, sejak itu aku berhenti mengirimkan pesan lagi.

Rumah lama Malika juga kini dimiliki keluarga baru, mereka sepertinya pasangan yang baru menikah, rumah itu saat ini sedang dalam tahap renovasi.

Secara perlahan satu persatu tempat kenanganku dan Malika mulai terhapus, tapi perasaanku padanya masih sama. Kadang aku merasa sangat marah pada Malika, kenapa dia memutuskan hubungan begitu saja? Kenapa dia tidak memperjuangkan janji kami bersama? Tapi setelah marah aku akan menahan tangisku karena merindukannya.

Suatu saat aku mendengar diputar lagu dari Anson Seabra berjudul 18 di radio, kini hampir setiap malam aku mendengarkan lagu itu sambil memikirkan Malika.

...----------------...

Can we go back to eighteen?

When all that we had was daydreams

When you were my everythin'

We were falling for each other

Remember in the summer

Driving around, you're not around these days

Same paper town feels different

Now and I hate seein' you in every face

It's a memory that I can't shake

Where are you now and did

You get out this place?

~ 18, Anson Seabra ~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!