Dari sepuluh menit yang lalu, Sejeong sudah bisa membuka matanya meski perlahan. Samar-samar cahaya yang menyeruak masuk ke dalam kornea matanya membuatnya silau dan pening. Ia tak tahu berapa lama ia tak sadarkan diri dan yang sekarang sangat ia yakini adalah saat ini dia sedang berada di kamar rawat rumah sakit. Terakhir kali yang gadis itu ingat hanyalah ayah dari mantan kekasihnya secara tiba-tiba datang mengunjunginya entah untuk alasan apa.
Matanya mengedar ke sekeliling ruangan dan alangkah kagetnya Sejeong saat Sang Hyun tengah tertidur dengan meletakkan kepalanya di sisi ranjang yang ia tempati. Gadis yang baru saja siuman itu menggeliat bangun dan memposisikan dirinya setengah duduk bersandarkan bantal.
"Apa lelaki ini terus menemaniku selama aku pingsan? Untuk apa? Bukannya dia sangat membenciku? Atau... dia ingin melakukan sesuatu yang buruk untukku setelah ini?"
Sejeong bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Sang Hyun terhadapnya nanti? Karena melihatnya yang tiba-tiba datang ke tempat tinggalnya, mengantarnya ke rumah sakit, hingga... kalau ia tak salah duga, Sang Hyun pula yang terus menungguinya selama ia tak sadarkan diri, pastilah Sang Hyun memiliki tujuan di belakangnya. Hanya saja, dia tak tahu apa yang melatarbelakangi ayah dari Sehun melakukan hal yang demikian.
Menyadari adanya pergerakan yang tak teratur di ranjang yang menjadi alas kepalanya, merangsang Sang Hyun untuk segera membuka kelopak matanya. Senyumnya terukir cerah tatkala putri yang baru ia temukan sudah sadarkan diri dan terlihat lebih sehat dari sebelumnya.
"Sejeong kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu?"
Sang Hyun refleks menempelkan punggung telapak tangannya ke kening Sejeong. Gadis itu tertegun. Ia heran pada perubahan lelaki yang dalam usia tuanya masih tampak gagah. Sang Hyun yang sangat memusuhinya berubah menjadi sangat manis? Ini aneh , pikirnya. Bahkan ayah kandungnya sendiri tak pernah sebegitu khawatirnya kala Sejeong jatuh sakit sewaktu ia kecil dulu.
Sejeong menundukkan pandangannya lalu menggeleng tanda tak apa, aku baik baik saja. Sang Hyun yang mengerti pun mengangguk lantas segera memanggil suster untuk memeriksa keadaan Sejeong.
"Kau harus makan yang banyak. Biar cepat sembuh. Apa kau tak bosan berada di rumah sakit terus? Kau tahu? Badanmu sangat kurus."
Sang Hyun terus menjejalkan bubur yang disediakan rumah sakit tanpa lupa menyisipkan petuah-petuah yang sangat lumrah diucapkan para orang tua kepada anaknya yang sedang sakit.
Sejeong memang tak bicara sepatah kata pun.
Hanya senyuman hangat saja yang gadis itu pancarkan kepada Sang Hyun yang telah menjadi sosok ayah yang sangat perhatian padanya kali ini. Sungguh demi Tuhan semesta alam, ia sangat senang diperhatikan seperti ini mengingat keadaannya yang selalu sendiri.
"Nah, selesai. Anak yang baik."
Sang Hyun meletakkan piring makanan yang isinya telah habis dilahap Sejeong yang diikuti tatapan intens anaknya. Sadar diperhatikan, Sang Hyun tersenyum. Diraihnya selimut yang tersingkap dari tubuh Sejeong, membenarkannya dan mengusap lembut puncak kepala Sejeong.
"Tidurlah... kau masih harus banyak istirahat."
Baru saja Sang Hyun beranjak dari tempat duduknya, Sejeong langsung menangkap tangan kanan lelaki berkemeja biru itu yang baru saja ia gunakan untuk membelainya.
"Ada apa, Paman?" tanya Sejeong yang sontak membuat Sang Hyun mengernyit.
"Apa yang ada apa?" pria itu balik bertanya.
"Sebelumnya aku berterima kasih padamu karena sudah bersikap baik padaku. Tapi, aku tahu kau membenciku. Sangat membenciku. Lalu kenapa kau mendadak bersikap baik padaku." Sejeong bertanya sambil menunjukkan wajah polosnya yang penuh rasa penasaran.
"Kau tak suka aku bersikap baik padamu?" tanya Sang Hyun, menaikkan sebelah alis. Dengan cepat Sejeong menggeleng.
"Tidak! Aku menyukainya. Lebih tepatnya... aku merindukan diperlakukan seperti itu. Hanya saja... ini seperti bukan Anda."
"Kau ini bagaimana? Di satu sisi kau menyukai diperlakukan baik olehku. Di sisi lain seolah menyuruhku kembali kasar padamu dengan mengatakan aku bukan diriku?"
Sang Hyun menatap Sejeong dengan pandangan menyelidik menunggu respon lawan bicaranya.
"Terima kasih." Kata-kata itu terucap tulus dari bibir gadis yang harusnya bermarga Oh tersebut.
"Sebenarnya aku memang ada niat tersendiri padamu," ucap Sang Hyun kemudian.
"A-apa?" Sejeong terbelalak. Sedikit kaget karena prediksinya tentang ada udang dibalik batu, rupanya benar adanya.
"Ya, sebenarnya kau itu..." Sang Hyun tiba-tiba menjeda kalimatnya.
Dia berpikir untuk memberitahukan hal yang sebenarnya kepada Sejeong. Hanya saja ragu menyelimuti dirinya saat ini.
Detik demi detik terus berlalu tanpa suara yang keluar dari bibir Sang Hyun. Melihat pria paruh baya itu terdiam, membuat rasa penasaran Sejeong semakin membuncah.
"Kau itu? Kau ingin mengatakan apa?"
"Sehun... ingin bertemu denganmu. Ikutlah denganku ke London."
Begitu nama Sehun disebut, aliran listrik magis bagai menyengat tubuh Sejeong yang membuatnya tegang seketika dengan debaran jantung yang menderu tak beraturan. Nama itu yang selalu menghantui hati dan jiwanya. Nama yang selalu menghembuskan rindu di sanubarinya. Sekarang setelah sekian lama mereka berpisah, sang empunya nama katanya ingin mereka kembali bertemu?
"Benarkah?"
Westminster Bridge, Lambeth, London
St. Thomas Hospital.
Yoon Ji melangkahkan kakinya di koridor lantai satu dengan senyum merekah. Sesekali perawat disana yang berpapasan menyapanya ramah yang dibalas anggukan dan senyum indah darinya. Sudah sejak tiga tahun yang lalu Yoon Ji menyatakan resign dari posisinya sebagai dokter di rumah sakit ini. Sebenarnya Yoon Ji kerasan bekerja di rumah sakit ini.
Sehun masih membolehkannya bekerja disini selepas mereka menikah. Bahkan setelah memiliki anak, Yoon Ji pun masih bekerja. Suaminya baru memaksanya untuk mengundurkan diri dari rumah sakit tersebut setelah Yoon Ji semakin hari semakin sibuk dengan pekerjaannya di rumah sakit. Ia mau istrinya lebih fokus ke Sejun yang semakin tumbuh besar. Sehun tidak ingin konsentrasi Yoonji terbagi apalagi sampai melalaikan anak mereka. Dan itu tak bisa dibantah ataupun ditawar.
Tujuannya hari ini mengunjungi St. Thomas Hospital karena ia ingin mengunjungi sahabatnya, Jennie yang juga menjadi rekan kerjanya di rumah sakit.
Yoon Ji membuka perlahan pintu ruangan yang dihuni Jennie. Mengintip dari balik pintu, mengamati sahabatnya yang sedang asyik memeriksa lembaran demi lembaran kertas di tangannya.
"Chagiya..." panggil Yoon Ji lembut.
" Yoon ji!" Jennie memekik lalu menghamburkan dirinya ke pelukan Yoon Ji, begitu ia tahu bahwa sahabatnya-lah yang datang menemuinya.
"Yoonji-ya. Aku sudah sampai disini dari seminggu yang lalu. Kenapa kau baru menemuiku sekarang?" Jennie melayangkan protesnya dengan posisi masih memeluk erat sahabatnya itu. Yoon Ji terkekeh lalu melepaskan pelukan mereka.
"Maaf maaf. Aku baru sempat sekarang. Kemarin Sejun sempat demam jadi aku tidak mau pergi ke mana-mana. Hanya menungguinya di rumah sampai sembuh. Jadi aku baru bisa menemuimu sekarang."
"Sejun sakit?" tanya Jennie sementara dahinya berkerut dalam.
" Ne. Tapi dia sudah sehat sekarang."
"Syukurlah kalau sekarang dia sudah sembuh. Lalu... kenapa kau tak membawanya bersamamu?"
"Aniyo. Tadi dia sedang tidur. Jadi aku menitipkannya pada Bibi Jung."
"Yaaah sayang sekali. Aku rindu dengan anak itu. Sudah lama aku tidak mencubit pipi chubby-nya." Jennie mendesah kecewa yang langsung ditenangkan Yoon Ji dengan mengelus-elus punggungnya.
"Kau masih sibuk? Kalau kau rindu pada Sejun, sekalian saja kau mampir ke rumahku." Jennie tampak berpikir sejenak, menimbang usulan yang sahabatnya berikan.
"Ehm... baiklah. Itu ide yang bagus. Tapi sebelum ke rumahmu, aku ingin mengenalkanmu kepada seseorang."
Wajah Jennie terlihat merona saat ia menyebutkan kata seseorang, yang sontak membuat Yoon Ji menyipitkan matanya.
"Seseorang? Kau mempunyai 'seseorang'? Arraseo... sepertinya selama kau di Seoul, aku banyak melewatkan sesuatu," goda Yoon Ji.
"Sudah sudah. Kau akan tahu sendiri nanti. Jangan terus menggodaku. Kaja! Dia menungguku di starbucks cafe dekat sini."
Jennie langsung saja mengapit lengan sahabatnya ke luar ruangannya meninggalkan rumah sakit.
Setelah bertahun-tahun lamanya, sampailah dia di kota London, kota yang terkenal dan menjadi acuan waktu dunia. Omong-omong ia harus berterima kasih kepada Namjoon karena hyung-nya itu telah menepati janjinya dengan memberitahu informasi yang menurutnya cukup akurat tentang keberadaan Aegi.
Taehyung berjalan dipadatnya kota yang penuh sesak dengan para pejalan kaki. Ikut berbaur menyusuri jalanan kota Westminster Bridge mengikuti arahan dari petunjuk yang diberikan oleh Namjoon. Rasanya ia ingin sekali langsung melacak keberadaan Aegi. Ibaratnya ia hanya tinggal selangkah lagi untuk bertemu dengan wanita yang terus-menerus dia cari.
Namun karena desakan tubuhnya yang sudah terlalu lelah untuk melanjutkan perjalanan, ia putuskan untuk mencari penginapan terdekat. Menurut informasi yang Namjoon berikan, Aegi pernah bekerja di salah satu rumah sakit di London tepatnya di St. Thomas hospital. Hanya itu yang Namjoon berikan. Tak apalah, pikirnya. Karena, seterusnya ia bisa mengusahakannya sendiri berbekal informasi minim namun berisi clue penting yang diterima oleh Taehyung.
Taehyung sedang berdiri di tepat di samping lampu penyebrangan saat seseorang menepuk lengannya membuat tubuhnya ikut berputar menghadap ke belakang.
"Taehyung?"
"Jun Myeon, Hyung?"
Starbucks Coffee
"Jadi... dalam rangka apa kau kemari Taehyung?"
Jun Myeon langsung menyeruput kopinya setelah dia membuka pembicaraan.
"Aku hanya sedang refreshing saja. Kau tahu kan... belakangan ini aku terus lembur dan jarang libur. Jadi... aku merasa aku butuh pencerahan. Kau sendiri, Hyung? Aku kira kau masih berada di Gwangju. Siapa sangka kita bisa bertemu disini."
"Tak berbeda jauh dengan alasanmu. Aku butuh refreshing. Yang paling utama aku ingin bertemu dengan kekasihku."
"Kekasihmu? Kekasih yang mana kalau boleh tahu, Hyung? Pacarmu kan banyak."
Sindiran dari Taehyung membuat Jun Myeon tertawa.
"Pacarku satu, Tae, hanya selingannya banyak. Anggap saja raja yang mempunyai banyak selir. Tapi tetap permaisuri hanya ada satu."
"Kau ini! Jadi kau sekarang mau bertemu permaisurimu atau selirmu?" tanya Taehyung penasaran.
"Tentu saja permaisuriku. Dia akan kesini sebentar lagi. Kebetulan bukan? Karena ada kau disini sekalian aku ingin mengenalkannya padamu."
"Tidak lama lagi kan, Hyung?"
"Sebentar lagi. Dia bekerja tak jauh dari sini. Kenapa kau terburu-buru sekali, sih? Katanya kau kesini untuk refreshing?"
"Aku ingin cepat kembali ke hotel. Aku lelah."
Dua menit kemudian, Jun Myeon melihat gadis yang ia tunggu-tunggu sedang bersama seseorang yang tak kalah cantik dengan gadis miliknya. Mereka berdua berdiri tepat diseberang jalan cafe hendak menyeberang.
"Nah itu dia!"
Seru Jun Myeon membuat Taehyung menatap ke arahnya dan mengikuti arah pandang hyung-nya itu sekilas. Awalnya Taehyung menengok ke arah seberang jalan dengan tatapan setengah malas. Eits, tapi tunggu! Otaknya mulai bekerja cepat. Ia tak mengenal gadis yang berbaju pink. Tapi dia sangat mengenal gadis yang mengenakan pakaian berwarna cream.
Gadis itu...
. . .
Akhirnya mereka bertemu. Voment please 😀😀😀😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 504 Episodes
Comments
incess cenayu
tet tet apa ayang akan terjadi selanjutnya?
yuk baca selengkapnya disini hihihi
2022-03-29
0
kiki
kan sang hyun nyri mslah lgi, dlu sehun d sruh nikah sama aegi, skrng d dsruh ketemu ntar sama sejoong, bner" bapak gak ada akhlak, kasihan si aegi dah ada anak lh
2021-12-16
0
Imah Jambi
bapaknya kalau mau anakmu tidak benci padamu jgn korbanin org donk kasihan lah Sehun sama Egi entar udah punya anak lagi
2021-04-15
0