Terpisah jarak ratusan kilometer serta rentang waktu, ternyata tidak bisa membuat Oh Sang Hyun seratus persen melupakan Kim So Yeon cinta pertamanya. Bukan berarti dia tak mencintai mendiang istrinya. Tidak seperti itu! Dan cintanya untuk Oh Se Na itu nyata. Dia sangat mencintai Se Na. Hanya saja ia tidak tahu kenapa, selalu saja ada tempat kosong di sudut hatinya meski kecil bahkan sangat kecil untuk So Yeon.
Mungkin perasaan itu sudah berganti nama selain cinta. Tapi rasa itu masih ada, dan sangat terasa ketika Sang Hyun menatap indahnya panorama sunset di pantai Busan, tempat dimana ia tumbuh dan menghabiskan masa remajanya.
Masih lekat dalam benaknya ketika ia menggenggam tangan seorang gadis saat masa-masa dia duduk di bangku sekolah menengah atas dulu. Menyatakan cinta kepada gadisnya yang dijawab dengan anggukan iya dari sang primadona hati.
Hubungan yang indah, hangat, dan romantis yang ia lewati bersama selama kurang lebih tujuh tahun, akhirnya harus kandas. Dan ironisnya, di tempat ini juga ia kehilangan kekasihnya. Saat itulah kali pertama dia merasakan sakitnya patah hati.
Dia membenci Se Na, awalnya. Karena kalau saja anak pungut itu tidak hadir dalam lingkup kehidupannya, kalau saja kedua orangtuanya tak menyayanginya, dan kalau saja kedua orang tuanya berhenti bersikap egois, dia tak akan pernah kehilangan So Yeon dan terjebak dalam pernikahan yang tidak ia inginkan.
Sungguh ia terpaksa menikahi Se Na karena ia tak punya pilihan lain.
Sekeras kerasnya hati seorang Oh Sang Hyun, ia tak pernah sanggup menolak permintaan sang ibu. Ia tak sampai hati untuk terus menerus melihat ibunya jatuh sakit akibat penolakan yang selalu dilancarkannya. Sang Hyun tunduk dan memilih mengikuti apa mau kedua orang tuanya. Tapi... Itu hanya sementara.
Sebelum ia menerima perjodohannya dengan Se Na, Sang Hyun terlebih dulu mengutarakan niatnya kepada Se Na bahwa pernikahan mereka hanya sebatas menuruti keinginan ayah dan ibunya. Tidak lebih! Dan jangan mengharap lebih! Tidak berdasarkan cinta sama sekali dan... kalau tiba masanya, Sang Hyun akan menceraikan gadis yang dijodohkan dengannya dan membawa kembali sang pujaan hati untuk berada di sisi Sang Hyun. Posisi yang pantas dan hanya ia izinkan untuk So Yeon. Bagaimana keadaan hati Se Na?
Tubuhnya hanya bisa menegang dengan dada yang penuh sesak dengan kesedihan dan amarah tapi tak bisa berbuat apa apa. Ia hanya bisa menangis dalam diam. Dia hanya bisa pasrah. Tak ada pilihan. Dan ini takdirnya. Itu yang terus Se Na tanamkan dalam hati di kesehariannya menjadi pendamping bayangan Oh Sang Hyun. Tak apa pria itu tak membalas cintanya. Karena hanya dengan pernah berada disisinya saja, sudah menjadi kenangan manis yang tidak akan pernah ia lupakan dalam hidupnya.
Tapi nyatanya Takdir berkata lain. Disaat Sang Hyun mengulurkan tangannya untuk menjemput So Yeon, justru gadis itulah yang terlebih dahulu melepaskan tangannya. Gadis yang ingin ia gapai tak sanggup menunggu. Tanpa Sang Hyun pernah tahu fakta yang sesungguhnya, So Yeon meninggalkan Sang Hyun untuk menikah dengan laki-laki lain. Gadis itu tak bisa menunggu lebih lama lagi karena benih yang Sang Hyun titipkan terlebih dahulu kian hari kian membesar.
Ia tak mau terus menerus jadi selingkuhan karena ia butuh pengakuan. Saat itulah semuanya bermula. Cinta yang menjadi benci dan benci yang menjadi cinta. Sang Hyun berbalik amat membenci So Yeon karena pria itu merasa dikhianati. Apalagi setelah ia tahu bahwa sahabatnya sendirilah yang menikungnya dengan menikahi So Yeon.
So Yeon memilih menikah dengan Jeong Hyun dengan segala resiko yang akan ia terima termasuk kebencian dari mantan kekasihnya. Mau bagaimana lagi?
Sampai kapan ia terus menunggu Sang Hyun? Ia lelah menunggu kepastian dari pria itu. Disamping itu, ia merasa bersalah kepada Se Na. Bagaimanapun ia seorang wanita. Ia bisa merasakan dan membayangkan bagaimana sakitnya saat suami yang dicintainya bermain cinta dibalik matanya dengan wanita lain. Yang ia lakukan salah ! So Yeon menyadari itu. Tapi apa mau dikata, semuanya sudah terlanjur ia berikan untuk Sang Hyun termasuk tubuhnya yang kini tengah berbadan dua sebagai hasil dari perselingkuhan mereka.
Di masa masa kalut, Jeong Hyun yang selalu menjadi sandaran So Yeon saat Sang Hyun tak ada disisinya menawarkan cinta yang lain. Ia tak peduli dengan janin orang lain yang tengah dikandung So Yeon. Ia menerima gadis itu dengan tangan terbuka. Salahkah jika So Yeon pun luluh? So Yeon terenyuh melihat ketulusan Jeong Hyun hingga ia pun menerima untuk membuka hati dan memberikan kuncinya kepada Jeong Hyun. Ia putuskan untuk mundur dari lingkaran kehidupan Sang Hyun.
Biarlah janin ini menjadi rahasia besar yang tak boleh Sang Hyun ketahui karena ia sudah bisa memprediksi apa yang akan terjadi mengingat ia kenal betul bagaimana watak seorang Sang Hyun. So Yeon tak mau dipisahkan dari anaknya. Dan itu kemungkinan besar terjadi kalau Sang Hyun tahu So Yeon hamil anaknya. Meninggalkan Busan adalah alternatif untuk lepas dari Sang Hyun.
Tak ada yang bisa Sang Hyun lakukan sepeninggal So Yeon selain melampiaskan semuanya kepada Se Na. Ia marah, ia kecewa, ia terluka. Saat ia merasakan kecamuk dari semua perasaan kecewanya, ia lampiaskan dengan mengoyak pakaian Se Na dan menyetubuhinya seolah ia adalah pemerkosa kejam yang tengah merenggut paksa kesucian seorang gadis. Brutal. Dan Se Na? Ia hanya bisa menangis lirih dan berdoa agar ia tak selamanya mengalami cinta sepihak yang sangat menyakitkan ini.
Bak gayung bersambut. Seiring dengan doa dan kesabaran yang sering ia tunjukan dihadapan suaminya, membuat Sang Hyun sadar bahwa wanita yang bernama Se Na, wanita yang senantiasa ada disampingnya tak peduli perlakuan apapun yang diterimanya dari Sang Hyun, benar benar tulus mencintainya. Dan lama-kelamaan ia merasakan cinta pada orang yang tadinya sangat ia benci. Cerita pun berganti naskah, hati pun kini sudah berubah, Sang Hyun tak bisa hidup tanpa Se Na. Ia tak bisa jika tanpa Se Na. Itu yang ia pahami, meski Se Na selama lima tahun pernikahannya tak jua bisa memberikannya keturunan. Itu tak menjadi masalah baginya sama sekali.
Kedua pasangan berbahagia itu akhirnya berinisiatif mengadopsi bayi kecil berjenis kelamin laki-laki dari salah satu kerabat jauh Se Na yang meninggal akibat kecelakaan dan meninggalkan anak mereka yang masih bayi. Mereka sepakat memberikan anak laki-laki itu apa yang harusnya ia dapatkan sebagai seorang anak tanpa memandang status.
Ketika Sehun masih berumur empat tahun, Sang Hyun memutuskan untuk membawa keluarganya pindah ke London. Sang Hyun harus mengurus proyek yang dibebankan kepadanya disana dan sangat sulit dirasa jika ia harus berpisah jauh dari keluarga kecilnya.
Kehidupannya berjalan baik dan lancar hingga tujuh tahun kedepan. Sehun masih berumur sebelas tahun saat ayahnya terpaksa harus memboyong kembali keluarganya ke Korea karena perusahaan yang ia pimpin mengalami krisis. Ia terancam bangkrut karena proyek perusahaannya di Korea diambil alih oleh saingan bisnisnya. Ia merasa dicurangi karena semua ide dan usahanya untuk menang tender telah dicopy oleh perusahaan lain. Ada yang mengkhianatinya kali ini hingga ia rugi banyak.
Kebencian itu kian menumpuk saat dia tahu bahwa rival yang menghancurkan perusahaan warisan ayahnya itu adalah mantan sahabatnya yang menikahi mantan kekasihnya. Sang Hyun tak patah semangat, ia punya keluarga yang harus ia hidupi. Se Na dan Sehun, dua orang yang amat ia cintai menjadi semangat bagi Sang Hyun untuk terus berupaya membangkitkan perusahaannya yang tengah diujung tanduk.
Akhirnya kerja kerasnya membuahkan hasil. Ia berhasil menjalin kerjasama dengan perusahaan besar asing yang pernah menjadi koneksinya saat ia berada dalam masa jaya dan membujuk perusahaan tersebut hingga mau menanamkan modal sekaligus menjadi mitra bisnisnya. Roda berputar, Sang Hyun cukup beruntung karena ia tak butuh waktu terlalu lama untuk kembali membangkitkan perusahaannya. Enam tahun waktu yang ia butuhkan untuk mendirikan kerajaan bisnisnya masuk ke dalam kondisi stabil bahkan lebih maju dari sebelumnya.
Bukan Sang Hyun namanya jika ia berdiam diri saja terhadap apapun pengkhianatan yang ia terima. Akhirnya waktu yang ia tunggu pun tiba, ia berhasil mengakuisisi perusahaan milik Jeong Hyun mantan sahabatnya. Dengan licik, ia berhasil menjungkir balik keadaan dan membuat Jeong Hyun semakin terpuruk.
Keadaan perusahaannya yang porak poranda membuat Jeong Hyun down, terlebih dia harus menelan pil pahit bahwa ia kalah oleh mantan sahabatnya sendiri yang tadinya berada diposisinya saat ini. Ia tak sekuat Sang Hyun. Ia depresi. Tidak hanya perusahaannya yang berantakan tapi rumah tangganya juga. So Yeon dan Jeong Hyun bertengkar hebat saat Jeong Hyun tahu kalau diam diam istrinya kembali jatuh ke pelukan Sang Hyun. Istrinya selingkuh.
Sang Hyun sendiri tidak berniat untuk kembali mengungkit kisah cinta lama antara dia dan So Yeon. Sudah lama posisi So Yeon dihatinya tergantikan oleh si lembut yang penyabar Se Na. Perlu diingat, Sang Hyun mendekati So Yeon hanya untuk balas dendam, itu saja tidak lebih. Ia tahu kelemahan mantan sahabatnya. Jeong Hyun mudah depresi. Dan Sang Hyun gunakan kesempatan itu untuk menekan mental Jeong Hyun.
Jeong Hyun depresi berat hingga akhirnya bunuh diri. Puas! Satu kata yang sangat menggambarkan apa yang dirasakan Sang Hyun saat ia menerima kabar kalau rival yang dulu pernah menghancurkannya tewas dengan ikat pinggang yang melilit di lehernya. Setelah itu, ia campakkan So Yeon begitu saja.
...My Regret...
"Sang Hyun, jadi..., selama ini kau hanya menjadikanku alat?"
Gadis itu tak kuasa menahan airmatanya lagi. Dadanya sungguh sesak. Ia pikir Sang Hyun sungguhan masih mencintaiya dan ingin hidup bersamanya. Ternyata dia ditipu mentah mentah. Sang Hyun tak menaruh belas kasihan sedikit pun melihat wanita yang dulu pernah mengisi hatinya menangis dan meraung keras. Gadis itu tampak sangat terluka. Sang Hyun tersenyum sinis.
"Itu balasan untuk pengkhianatanmu dan suamimu padaku."
Setelah itu tanpa merasa perlu banyak basa basi, Sang Hyun meninggalkan So Yeon sendiri yang tengah larut dalam tangisannya.
...My Regret...
Kondisi kesehatan Se Na menurun drastis. Sang Hyun tak pernah tahu sebelumnya bahwa Se Na mempunyai masalah kelainan jantung. Istrinya tak pernah cerita padanya sebelumnya. Hingga suatu hari ia mendapati Sehun menangis dengan kondisi istrinya tersungkur di lantai.
Dokter yang menangani Se Na mengatakan kalau istrinya itu mengalami kelelahan dan stress. Kerja jantungnya melemah. Sejak itulah Sang Hyun tahu kalau istrinya mempunyai penyakit bawaan dari kecil yang ia simpan sendiri. Detik detik menjelang kepergiannya, Se Na meminta maaf kepada Sang Hyun karena hingga kini pun dirinya tidak bisa memberikan seorang putra kandung untuknya. Se Na menutup mata untuk selamanya meninggalkan Sang Hyun dan Sehun.
Memori itu terputar jelas di otaknya seperti sebuah film. Matanya terpejam. Napasnya tertarik kuat menghirup dalam dalam oksigen di sekelilingnya. Hingga kilasan potongan masa lalunya ketika ia akan meninggalkan rumah sakit kala itu kembali terputar.
Flashback.
Tanpa sengaja matanya menangkap sosok So Yeon tengah terbaring di sebuah ruangan rumah sakit saat Sang Hyun berjalan melewati koridor. Ia putuskan untuk melihat kembali kondisi sang mantan sebelum ia pergi. Ia berdiri angkuh dengan kedua tangan yang ia sembunyikan disaku celana. Menatap tajam seorang wanita yang matanya terpejam erat dihadapannya. Perlahan mata itu terbuka. So Yeon menatap lemah Sang Hyun yang hanya dibalas Sang Hyun dengan tatapan dingin.
"Aku hanya ingin berpamitan saja dengan mu."
Ucap Sang Hyun sinis. So Yeon hanya tersenyum miris menanggapinya.
"Melihat musuhku terbaring tak berdaya seperti ini cukup membuatku terhibur."
Setelah kata-kata menyakitkan tersebut terlontar, Sang Hyun memutar tubuhnya hendak meninggalkan ruangan.
"Tu...tung...gu. Sang...Hyun...."
Suara lemah So Yeon membuat langkahnya terhenti.
" Wak...tuku tidak lama lagi."
Sekuat tenaga So Yeon mengumpulkan kekuatannya untuk berbicara dan memberitahukan Sang Hyun kebenaran yang selama ini ia sembunyikan.
" Kau boleh membenciku. Kau boleh membenci Jeong Hyun. Tapi, aku minta satu hal...."
Sang Hyun mengernyit dan menghadap ke arah So Yeon guna mendengar penjelasan lebih lanjut dari wanita itu.
" To...long. Jaga Sejeong. Dia tidak bersalah. Dia tidak memiliki siapa siapa selain diri—"
So Yeon terbatuk. Bagaimanapun melihat kondisi So Yeon saat ini, membuatnya merasa kasihan. Tapi demi harga diri yang ia junjung setinggi langit, ia tetap berlaku dingin.
" Sejeong. Sebenarnya dia anak—"
Belum lagi wanita itu menghabiskan kata katanya, ia kembali terbatuk dengan hebat dan hidungnya mengeluarkan darah. So Yeon pun tak sadarkan diri.
.......***My Regret***......
Kalimat terakhir So Yeon sekarang begitu menggelitik rasa keingintahuan dari Sang Hyun yang sebelumnya tak pernah ia pedulikan sedikit pun.
"Siapa sebenarnya Sejeong? Apa maksud dari So Yeon sebenarnya?"
Dia harus tahu semuanya...
. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 504 Episodes
Comments
Sholikhah bunda rachel
Ternyata sejeong anak kandung oh sang Hyun , Sehun malah anak angkat nya baru paham aku,😀😀
2022-01-10
0
Imah Jambi
berarti anak itu anaknya sendiri
2021-04-15
0
AidaNur
sampai disini sudah kerkuak jelas masa lalu mereka. Yoon Ji anak kandung ayahnya Sehun. Wow...
2020-09-27
1