Di dalam ruang keluarga rumah mewah milik Sehun, terpancar aura panas yang menguar dari masing-masing pria yang kini berdiri berhadapan tanpa ada yang mau memulai percakapan terlebih dahulu.
"Baiklah. Sekarang jelaskan padaku. Apa yang kau lakukan, Ayah?"
"Seperti yang kau lihat, Sehun," jawab Sang Hyun tanpa terlihat merasa bersalah sama sekali.
"Apa tujuanmu?" Sehun mendengus kesal.
Pria itu sungguh tak mengerti jalan pikiran ayahnya. Dengan sangat tiba-tiba memboyong mantan kekasih anaknya sendiri dari Seoul untuk tinggal di rumah Sehun bersama anak dan istrinya. Memang, Sang Hyun, ayah angkatnya sungguh luar biasa!
Sebelumnya Sang Hyun sangat membenci Sejeong saat mereka berdua masih menjadi sepasang kekasih. Ayahnya adalah penentang utama dalam hubungan mereka. Tapi lihat sekarang! Sehun bahkan sempat berpikir kalau ayahnya mengidap kepribadian ganda karena menurutnya, ayahnya itu tidak seperti ayahnya yang ia kenal semasa kecil dulu. Sang Hyun yang sekarang berbeda. Tindakannya sangat mudah berubah-ubah layaknya bunglon, sehingga benak Sehun dipenuhi oleh spekulasi.
"Aku mengenalmu, Ayah. Aku yakin kau punya motif terselubung. Kau itu tipe orang licik yang tak mungkin menolong orang lain kalau tidak ada maunya. Aku benar, bukan?"
Sang Hyun tersenyum sinis dengan mata tajam yang menusuk manik mata hitam milik Sehun.
"Kau seperti detektif gadungan Sehun. Tapi harus ku akui, kau mengenalku dengan sangat baik. Lebih baik kau tak usah tahu alasan sebenarnya kenapa Sejeong bisa berada di sini, di tengah-tengah kalian. Lagipula dia hanya sebentar, aku sudah bilang bukan saat makan malam tadi? Dia akan tinggal bersamaku setelah aku selesai mengurus bisnisku di New York. Aku harap kau bisa bersikap lebih santai. Anggaplah kau sedang bertemu sahabat lamamu. So simple, right?"
Yang benar saja!
"Kau memang selalu bersikap semaunya!
Kau sudah tahu apa yang terjadi diantara kami di masa lalu, tetapi berlagak bodoh. Lakukan apa maumu, Ayah! Aku tidak peduli Sejeong mau tinggal dimana asal jangan di sini! Lagi pula beberapa hari lagi aku sudah merencanakan untuk pergi liburan bersama keluarga kecilku jauh-jauh hari. Dan pastinya itu tanpa Sejeong. Dia bisa tinggal disini bersama para asisten rumah tangga."Sehun tersenyum penuh kemenangan seraya mengedikkan bahu.
Pria berkulit putih itu sudah sangat sibuk dengan urusan perusahaannya sendiri akhir-akhir ini. Itu membuatnya hanya memiliki sedikit waktu untuk anak dan istrinya. Maka dari itu, ia tidak mau rencananya berantakan hanya karena permintaan Sang Hyun yang menurutnya konyol.
"Apa sulitnya kau mengajaknya bersamamu? Setidaknya dia bisa bersama dengan orang yang bisa aku percaya. Kondisinya berbeda! Dia tak seperti dulu. Yoon Ji... aku yakin istrimu bisa menjadi teman yang baik bagi Sejeong dan bisa menjaganya dengan baik," kata Sang Hyun sambil mendecakkan lidah karena kesal beberapa kali.
"Yoon Ji itu istriku! Bukan baby sitter yang kau sewa untuk mengurus Sejeong! Atau... aku curiga. Apa jangan-jangan kau diam-diam jatuh cinta pada Sejeong selama ini? Mengingat kau dulu mati-matian melarangku berhubungan dengan Sejeong dan sekarang perhatianmu padanya menurutku—"
"Tutup mulutmu, Sehun! Jangan asal bicara." Sang Hyun menyela dengan intonasi tinggi, jelas gusar atas perkataan sembarangan yang Sehun ucapkan.
Oh Sehun menyeringai, senang membuat ayahnya jengkel. "Kenapa? Mungkin saja kau sedang mengalami yang namanya puber kedua. Bisa saja, kan, itu terjadi? Bahkan aku berpikir bahwa kau malah berniat menjadikannya ibu tiriku. Seperti itukah?"
Anak ini benar benar kurang ajar! Mana mungkin aku menikahi anak kandungku sendiri Sehun!
Sang Hyun memutar tubuhnya cepat, lebih memilih meninggalkan ruangan dimana terjadi perdebatan antara dia dan anak angkatnya terjadi. Membawa amarahnya keluar karena jika diteruskan, semua rahasia yang ia rasa belum saatnya untuk Sehun tahu akan terbongkar. Bahkan sampai detik ini pun, Sejeong masih belum tahu alasan dibalik perubahan sikap Sang Hyun belakangan ini, yang membuat pria paruh baya itu tampak bagaikan malaikat penjaga yang datang sebagai anugerah untuk Sejeong. Sejeong, anaknya, belum tahu identitas asli dirinya. Dan ini bukan waktu yang tepat. Tidak sekarang.
Membujuk Sejeong untuk ikut bersamanya ke London, tenyata tidak sesulit apa yang diprediksikan Sang Hyun sebelumnya. Tujuan Sang Hyun awalnya hanya ingin menjaga anak kandungnya sendiri karena dia tahu selama ini Sejeong sendirian.
Anggaplah itu sebagai rasa penyesalan seorang ayah yang ingin menebus semua kesalahannya di masa lalu. Dia menggunakan nama Sehun untuk memancing Sejeong menuruti keinginannya. Ternyata, tidak memakan waktu yang lama untuk Sejeong berkata iya. Toh hanya dengan sedikit cerita karangan yang di bumbui dengan kalimat sebenarnya Sehun merindukanmu. Dan dia ingin bertemu denganmu walau sebentar, nyatanya ampuh mendorong Sejeong untuk mengatakan iya.
Kentara sekali kalau Sejeong selama ini masih menyimpan perasaan kepada Sehun. Dia bisa melihat itu di mata anak perempuannya. Namun Sang Hyun tak tahu harus berbuat apa. Begitu banyak kesalahan yang dia lakukan hingga mengundang kata seandainya saja untuk turut hadir dalam angannya. Benar kata Sehun, dia licik, dia egois, dan Sang Hyun mengakuinya. Yang ia tahu betul saat ini adalah nalurinya sebagai seorang ayah, menginginkan ia untuk menjaga buah hati yang telah lama ia sia-siakan. Hanya itu.
...My Regret...
"Sehun... sampai kapan kau mau menatapku terus?" tanya Yoon Ji sembari menyipitkan mata, sementara bibirnya tersenyum malu.
Sehun yang sedang menyangga dagu dengan kedua tangannya, tersenyum imut seperti puppy menanggapi pertanyaan istrinya yang sedang sibuk memasak.
"Aku tidak pernah bosan melihatmu. Istriku sangat cantik."
Yoon Ji mengubah tatapannya dengan pandangan heran, yang malah di balas Sehun dengan kerlingan nakal. Yoon Ji mana bisa tidak tersenyum kalau digoda terus seperti itu oleh suami tampannya? Senyum manja dan imut ala Sehun selalu menjadi senyuman favoritnya, dan yang patut ia syukuri adalah senyuman yang menggemaskan itu menurun kepada anak mereka Sejun.
Sebuah senyuman yang ampuh dijadikan sebagai obat dikala ia merindukan suaminya, yang pulang bekerja larut malam atau sedang dalam proyek bisnis ke luar negeri.
"Biasanya kalau seperti ini... kau pasti memiliki motif terselubung. Ayo mengaku!"
Tebak Yoon Ji yang tangannya masih sibuk dengan wajan berisi makanan yang sedang dia olah. Sehun memutar matanya jengah. Ia bangun dari tempat duduknya lalu mendekat ke arah Yoon Ji dan memposisikan dirinya di belakang istrinya.
Sehun sengaja menggoda dengan mengembuskan napas berat di sekitar tengkuk istrinya yang sukses membuat bulu kuduk Yoon Ji meremang geli. Uh! Oh Sehun sangat jahil, tetapi sangat mempesona! Dan Yoon Ji menyukainya.
"Sehun. Kau membuatku geli. Minggir! Aku tidak bebas memasak kalau kau terus memelukku erat seperti ini. Lepaskan!"
Yoon Ji mendorong perut Sehun dengan sikunya agar laki-laki itu mau memberi ruang gerak lebih diantara mereka. Bukannya menjauh, Sehun malah mematikan kompor dan mendaratkan bibirnya di cerukan leher Yoon Ji.
Oke Sehun kau membuatku tidak fokus!
Gadisnya itu berbalik dan menghadiahi Sehun tatapan mengancam.
"Ya, Sehun! Aku harus menyiapkan sarapan untuk kau, Sejun, juga Sejeong. Kau jangan membuyarkan konsentrasiku memasak. Kau mau aku menggosongkan makanan lagi seperti kemarin-kemarin karena ulahmu?"
Wanita itu melayangkan protes kepada suaminya yang tidak mau diam meski Yoon Ji sudah mendorongnya. Yoon Ji kemudian mulai menyalakan kompornya lagi dan melanjutkan acara masak-memasaknya. Namun bukan Sehun namanya kalau dia menurut begitu saja.
Diraihnya kembali kenop kompor di depannya dan memutarnya ke posisi off. Bukan hanya kenop kompor yang ia putar, tapi tubuh istrinya pun ia putar menghadapnya, hingga hidung mereka saling bersentuhan. Tubuh Yoon Ji menegang saat deru napas mereka saling beradu.
"Yoon Ji~ya. Apa kau tak merindukanku, hem?"
Sehun menengadahkan wajah Yoon Ji hingga mata mereka saling berjibaku. Mata tajam setajam elang namun terasa lembut dan penuh cinta itu memacu jantung Yoon Ji untuk berdetak lebih cepat. Sensasi yang menyenangkan sekaligus menggelitik itu selalu timbul saat ia berada bersama Sehun.
"Aku sibuk akhir-akhir ini hingga aku seringkali kehilangan moment bersama istri dan anakku tercinta. Apa kau tak merindukanku? Chagi?"
Yoon Ji perlahan menempelkan kening mereka, lalu mengelus pipi suaminya mesra. Mana mungkin ia tak merindukan sosok suaminya yang berparas tampan bak dewa yunani itu? Suami yang dimatanya sangat sempurna tanpa memiliki cela, meskipun hakikatnya tidak ada manusia yang sempurna.
"Tentu saja aku merindukanmu, Sayang"
"Benarkah? Lalu kenapa kau mendorongku terus? Aku, kan, hanya ingin memelukmu."
"Bukannya aku tak mau kau peluk. Kau liat sendiri aku sedang memasak. Aku kan harus menyiapkan sarapan. Memangnya kau tidak lapar?"
Sehun berkacak pinggang, berdecak kesal.
"Kau ini bukan pembantu, Sayang. Tidak semuanya harus kau yang mengerjakan. Kita punya asisten rumah tangga yang banyak."
Yoon Ji mulai merengut.
"Aku merasa bosan jika aku tak melakukan apa pun di rumah. Lagipula aku hanya memasak."
"Oke, fine. Aku tidak melarangmu memasak. Hanya saja sekarang... kau harus melupakan acara memasakmu. Ada tugas yang lebih penting untukmu."
"Tugas? Tugas apa?" Yoon Ji mengernyit bingung sementara wajahnya terlihat polos seperti anak kecil.
Sehun kembali memeluk erat istrinya dan mendekatkan bibirnya ke telinga Yoon Ji.
"Tugas memberikan adik untuk Sejun. Chagiya, ayo bercinta denganku."
Sehun kembali mengecup leher Yoon Ji. Tapi kali ini lebih intens. Sehun menggigit-gigit kecil leher Yoon Ji yang putih hingga membuat Yoon Ji mulai merasa panas.
Larut dalam ciuman Sehun yang memabukkan, Yoon Ji pun mengalungkan kedua tangannya ke leher Sehun. Membalas ciuman yang Sehun berikan dengan begitu mesra sebelum....
PRANG!
Suara kaca yang beradu dengan lantai, sontak membuat Sehun dan Yoon Ji tersentak kaget bersamaan. Saking panasnya mereka bercumbu pagi ini, membuat mereka tidak menyadari kalau ada orang lain yang menonton mereka dengan hati sama parahnya dengan pecahan cangkir yang terjatuh di lantai.
"Se—Sejeong."
Yoon Ji gugup. Ia pun spontan melepaskan belitan tangan Sehun di pinggangnya dan membuat jarak. Gadis itu seperti pencuri yang tertangkap basah di rumahnya sendiri. Kikuk.
"Maaf, Yoon Ji. Aku... tidak berniat untuk mengagetkanmu. Tadi itu... tadi itu... aku hanya ingin mengambil minum di dapur. Maaf sekali lagi kalau aku mengagetkanmu."
Sejeong menelan salivanya susah payah. Tak hanya itu... dia pun mati-matian menahan air matanya agar tak tertumpah detik itu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 504 Episodes
Comments
Nemsyar Frida Lumban Toruan
aduh sakit kali
2022-05-03
0
hellonan.
aku udah baca berkali2 dan bentar lagi part menyayat hati dimulai
2022-02-09
0
kiki
pak tua malah bkin anaknya makin sakit hati gak sih
2021-12-16
0