Rencana Kembali

Tepat di persimpangan jalan yang ada di lampu merah rumah sakit. Raka keluar menggunakan mobil nya. Jam ini shift nya berakhir, perutnya yang keroncongan meminta untuk diisi.

Sembari meunggu lampu merah, dari kaca jendela mobil. Raka melihat siluet seperti kakak iparnya yang sedang memasuki rumah makan padang.

"Oke! Mari kita makan" ujar Raka tersenyum kemudian melajukan mobilnya menuju ke rumah makan Padang.

Sesampainya di sana. Raka masuk dan mencari keberadaan kakak iparnya.

Sebenarnya, Raka bukan ingin merebut Winda dari Ardi. Raka hanya melihat kesungguhan pernikahan yang mereka jalani.

"Ehm" dehem Raka mendekati Winda.

Winda menoleh kemudian mendapati adik iparnya sedang berdiri di belakangnya.

"Ng, kamu Raka. Mau ngapain?" tanya Winda bingung. Raka seorang dokter, mustahil makan pinggir jalan begini.

"Mau makan lah, masa mau mancing Kak. Ada-ada aja!" Raka duduk di samping Winda.

"Iya tahu, emang yakin mau makan di sini?" Winda ingin memastikan. Di balas anggukan oleh Raka.

Winda mengangkat bahu acuh, dan mereka berdua larut dalam kegiatan makan mereka. Sesekali mengecek ponsel yang bergetar.

"Alhamdulillah, kenyang" ujar Winda menepuk-nepuk Perutnya pelan.

Raka yang beberapa menit yang lalu sudah selesai, dan sudah mencuci tangannya hanya tersenyum melihat tingkah kakak iparnya.

"Laper banget ya kak?"

"Iya, pagi tadi sarapannya cuma sedikit"

Raka menganggukkan kepala, "Ini mau pulang?".

"Iya, tapi nunggu kakak kamu tuh. Masa nggak boleh naik kendaraan umum pulangnya" gerutu Winda.

"Bareng aku aja gimana? sekalian berkunjung" Winda menatap Raka binar, ia bersyukur kalau ada yang mau mengantarnya. "Bener nih? nggak ngerepotin?" tanya Winda memastikan.

Raka terkekeh melihat Winda terlihat begitu menggemaskan. "Enggak, kan aku yang nawarin. Aku bayar dulu ya kak" Raka berdiri menuju kasir, mengeluarkan beberapa lembar uang. Kemudian disusul Winda yang ada di belakang Raka.

"Udah aku bayar kak" melihat Winda yang mengeluarkan dompet dari tas slempang yang Winda kenakan.

"Makasih lho, jadi nggak enak" Winda mengembalikan dompetnya lagi ke tas.

Setelah membayar mereka berdua menaiki mobil Raka. Hingga Winda dan Raka terbawa suasana berbincang beberapa hal. Mengenai Winda yang bekerja di toko bunga, dan Raka dengan pekerjaan yang menyita waktu.

"Raka, gimana dengan rencananya?" tanya Winda tiba-tiba.

Raka terlihat mengingat-ingat. "Oh, gampang. Gimana kalau nanti? Sekalian bermalam kayaknya bakal berhasil"

"Oke, kakak harus gimana nanti?" tanya Winda antusias.

***

Di dalam ruangannya, Ardi tengah serius menggeluti beberapa pekerjaan juga sesuatu dalam map coklat itu. Ardi hingga lupa untuk menjemput Winda di rumah sakit. Ketukan pintu terdengar, Ardi mempersilahkan seseorang itu masuk.

"Sore, Pak Brama"

"Sore" jawab Ardi tanpa menoleh pada seseorang itu.

"Brama!" merasa diabaikan Riska menyebut nama Ardi dengan sedikit kesal.

Ardi terkejut dan mendongak melihat siapa yang datang ke ruangannya. "Riska? Ada apa?" tanya Ardi langsung tanpa basa-basi. Pikirannya tengah terpecah untuk menyelesaikan masalah di kantornya.

"Maaf, saya mau ambil file yang tadi pagi, Pak" ujar Riska sembari tersenyum.

Ardi menghentikan aktivitasnya dan menyembunyikan map coklat tadi, hal itu tak luput dari pandangan Riksa. "Ini, sebenarnya ada yang ingin saya tanyakan. Tapi besok saja karena hal itu akan saya rapatkan esok hari" Ardi menyerahkan file yang dimaksud Riska.

Riska menyambutnya dengan senang hati, tetapi ia masih merasa aneh saat Ardi buru-buru memasukan map coklat tadi. "Ada lagi?" tanya Ardi yang masih melihat Riska berdiri di hadapannya.

"eh, tidak pak. Saya permisi dulu" Riska menunduk memberi hormat lalu keluar dari ruangan Ardi.

Mengenai Riska, Ardi jadi teringat Winda. "Ah, Sial!" Umpatnya kala melihat jam di pergelangan tangannya. Winda juga tidak memberi kabar, padahal sudah hampir dua jam berlalu. "Apa Winda sudah pulang? aku melarangnya naik kendaraan umum!" geram Ardi.

Ardi mencoba menghubungi Winda, kemungkinan WInda sudah pulang besar. Jadi, Ardi hanya memastikan Winda pulang dengan selamat. Bukan tanpa maksud Ardi melarang Winda menggunakan transportasi umum.

Ardi adalah penerus sekaligus pemilik Prakostama Group. Segelintir orang untuk mencelakainya atau pun keluarga untuk menjatuhkan Ardi dari tahtanya sangat banyak. Dan, Ardi takut jika Winda kemudian menjadi sasaran dari ancaman itu.

"Assalamualaikum" ujar Winda di telpon.

"Waalaikumsalam, Kamu sudah pulang?" tanya Ardi seraya menetralkan rasa khawatirnya.

"..."

"Kamu nggak naik kendaraan umum kan? Syukur lah. Apa! sama Raka kok bisa?!"

"..."

"Kamu nggak bilang mau pulang, kenapa mesti Raka?"

"..."

"Waalaikumsalam" jawab Ardi menutup sambungan telponnya.

Rasa khawatir itu perlahan lenyap, berganti dengan rasa baru yang membakar hati Ardi. Meski Raka itu adiknya, Ardi tidak suka miliknya terbagi dengan orang lain. APalagi tertawa bersama yang lain selain Ardi.

Kling

Ponsel Ardi memunculkan notifikasi pesan darei aplikasi chat sejuta umat.

Rakampret

tenang ma bro, kakak ipar aman. Nih, kita lagi nonton larva.

dipesan tersebut, terlihat foto Winda yang mengenakan jilbabnya sembari memakan makanan ringan. Ardi masih bersyukur, Winda masih mengenakan pakaian yang wajar dan menutup auratnya. Ingat, Ardi tidak ingin miliknya terbagi dalam segi apapun.

(pertanyaan author : Sejak kapan Ardi posesif sama Winda? :))

Membereskan beberapa file penting, Ardi membawa tas kerja dan Map coklat itu kemudian ia segera memutuskan pulang. Ia teringat, Ia bvelum akan sama sekali siang ini.

Ardi mengetikan beberapa pesan kepada Winda untuk membuatkan masakan. Memastikan pesannya dibaca oleh WInda, Ardi segera turun dan menuju rumahnya.

***

"Kenapa kak?" tanya Raka melihat WInda tengah kesal.

Winda menggeleng kemudian meletakan Ponselnya.

"Kakak masak dulu ya, Mas Ardi mau pulang"

"Iya" Raka mengangguk.

"Padahal larvanya lagi bagus" dengan sedikit tak rela, Winda menuju ke dapur. Raka kembali tertawa, sumpah ya, Raka kalau tertawa imutnya minta dikarungin.

Berkutat dengan dapur, winda sudah terbiasa. Memasak yang tidak terlalu berat seperti tumis, atau apapun selain ayam dan daging. Winda masih belum begitu mahir mengolahnya.

Deru mobil di depan rumah terdengar, itu pasti Ardi batin Winda.

Winda berjalan ke depan rumah, membukakan pintu dan menyalami Ardi. Sedikit tertegun Ardi yang disambut Winda dengan seperti ini.

"Mandi atau makan? air panas udah ada, makanan juga udah ada" tawar Winda.

Ardi menyerahkan tas kerjanya pada WInda, " Makan dulu" jawab Ardi sedikit jengah. Bukan karena Winda, tetapi karena Raka yang terlihat santai di ruang tamu.

Winda menatap punggung Ardi yang berjalan menuju dapur. Winda mengangkat bahunya, "Aneh" gumam Winda sembari menuju kamarnya untuk meletakan tas kerja Ardi.

 

 

AN :

HOLAAA!

Next?? insyaallah tambah panjang, nggak sedikit-sedikit lagi kedepannya.

Saya selaku penulis tulisan absurd ini, meminta maaf jika ada kekurangan dan penggunaan kata yang kurang berkenan, ataupun ejaan yang belum sesuai.

Komen dan Like banyak segera up.

Eitss, tunggu minggu depan :)

Terpopuler

Comments

fieth92

fieth92

ardi seneng ny nunda nunda

2022-03-08

1

Nur hikmah

Nur hikmah

duh onsran semyumnya babang raka....kdih dong visualy thor....hem

2021-11-30

1

Noni Kartika Wati

Noni Kartika Wati

jangan salah paham terus dong Thor kasian pengantin baru ga da romantis" nya

2021-11-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!