2. Manis

Selesai makan malam, seluruh keluarga Adiwijaya berkumpul guna membahas lebih lanjut perjodohan Winda.

Mereka semua terlihat antusias, terkecuali Winda. Dengan malas Winda menopang dagu dengan kedua tangannya.

Winda asik berkelana dengan pikirannya. Membayangkan bagaimana jika ia menikah dengan Ardi.

Hingga tepukan pada bahu menyadarkannya. "Dengarkan! Jangan asik melamun" tegur Melati berbisik.

Winda menatap malas Ibunya, "Winda ngantuk Bu!" ujar Winda mebenarkan posisi kakinya menyila di sofa.

"Jadi, perjodohan ini akan berlanjut ke pernikahan. Prakostama sudah memberitahu jika pernikahan akan dimajukan tiga hari lagi!" jelas kakek Adiwijaya yang membuat Winda tersedak minumannya.

"Uhuk, kok dimajukan? Winda kan belum bilang setuju mau dijodohkan!" seru Winda tak setuju.

"Setuju tidak setuju, pernikahan tetap dilaksanakan!" tegas Kakeknya.

Winda menatap iba pada Ayahnya, berharap bantuan datang dari ayahnya.

"Maaf Ayah, apa tidak sebaiknya mereka pendekatan terlebih dahulu?" lega yang dirasa Winda mendengar Ayahnya berbicara.

Adiwijaya melihat kearah Winda dan berkata, "Bukankah mereka pernah dekat?".

"Tidak ada bantahan! Pernikahan akan diadakan tiga hari lagi!" tegas Adiwijaya sekali lagi. Kemudian berdiri menggunakan tongkatnya.

"Kalau sampai kamu kabur! Kakek akan hapus kamu dari daftar warisan!" ujapnya sebelum berjalan meninggalkan semua yang ada di ruang keluarga.

"Egois!" teriak Winda. Mengikuti kakeknya, Winda kembali ke kamarnya.

Merebahkan dirinya, meremas hijab kepalanya. "Ck, masalah hutang saja aku yang dibawa-bawa" gerutu Winda.

🍁🍁🍁

Setengah jam lagi ijab qabul akan dilaksanakan. Winda duduk di ranjang kamar ditemani Ibunya dan Ibu mertuanya.

Jantung Winda tengah mengadakan konser sekarang. Detaknya terasa cepat. Ditambah hawa dingin yang diciptakan AC kamarnya.

"Gugup ya,Nak?" Santi, ibu mertuanya melihat Winda tengah gelisah.

Winda menggigit bibir bawahnya dan mengangguk. "Wajar sih, dulu mama juga gitu. Kamu rileks, ambil napas lalu buang. Baca bismillah, oke".

"Iya Wind, nggak kerasa kamu udah diambil orang. Padahal baru kemarin Ibu gendong kamu" Ucap Melati sedih.

Winda yang melihat ikut menitikan air mata. "Kalau kamu sudah menjadi istri. Hormati suamimu, turuti semua perintahnya kecuali mengajak keburukan. Jangan mendiamkan suamimu. Semoga pernikahan kalian sakinah mawadah warrahmah"

Diamini oleh ibu mertuanya. Winda sudah tidak tahan lagi menaham air matanya. Ia juga sedih mungkin saja selepas ini Winda jarang bersama Ibunya.

"Maafin Winda ya Bu, Winda banyak salah sama Ibu"

"Justru Ibu yang minta maaf, kamu sampai terbawa masalah kakek", Winda menggeleng, "Nggak Bu, Winda sudah ikhlas menerima Ardi" tuturnya.

Mulai detik ini Winda akan belajar ikhlas menerima Ardi sebagai suaminya. Semua dendamnya entah mengapa menguap seketika.

"Jangan nangis, nanti makeup nya luntur. Sini Mama benarkan make up kamu. Kasihan nanti kamu malu dilihat Ardi maskaranya luntur" Santi beranjak dan mengambil peralatan make up.

Hanya sedikit yang perlu dibenahi, hingga suara adiknya Melati memberitahukan bahwa ijab qabul sebentar lagi akan dilaksanakan.

Jantung Winda kembali berpacu dengan cepat. Beberapa menit lagi, ia akan berganti status dan semua tanggung jawabnya sudah tidak pada orang tua, melainkan Ardi suaminya.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Gita Winda Adiwijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai" Suara Ardi terdengar lantang dan tegas.

"Sah" ujar seluruh orang yang ada di rumah Winda.

"Alhamdulillah" ujar Winda dalan hati. Tak henti-hentinya Winda merapalkan Allahhu Akbar.

"Selamat ya nak, kamu sudah jadi mantu Mama" Santi dan Melati memeluk Winda.

"Ayo! Kita ke depan. Temui suamimu"

Sampai di tempat dilaksanakanya ijab qabul, Ardi terpana melihat Winda yang anggun dengan baju pengantinnya.

Winda sudah duduk disamping Ardi. Bersiap mengambil tangan Ardi karena disuruh Ibu dan mertuanya.

Dengan khidmat Winda mengecup punggung tangan Adri. Kemudian Ardi juga mencium kening Winda.

Gelenyar aneh menyusup dan membuat darah keduanya berdesir.

Selesai mencium punggung tangan, mereka sedang melakukan tukar cincin dilanjutkan tanda tangan pada buku nikah.

Ardi mendekat pada Winda selepas menandatangani buku nikah. "Lihat bagaimana kedepannya! Itu tidak akan mudah!" bisik Ardi.

Winda tidak mengerti maksudnya, tetapi nada bicara yang dingin membuat Winda menjadi gelisah.

"Apa maksudnya?" gumamnya kecil, bahkan nyaris tak terdengar.

Acara hari ini sukses, selepas ijab qabul tadi keduanya sudah berada di kamar Winda setelah syukuran diadakan.

"Em.. Mas duluan saja yang mandi" Winda terkejut sendiri saat ia memanggil Ardi dengan sebutan Mas.

Ardi menoleh pada Winda, memberikan jawaban dengan anggukan lalu memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamar Winda.

Sedang Winda menuju meja rias dan menghapus makeuo yang menempel pada wajahnya.

"Ugh, ternyata setebal ini. Kenapa sikap Ardi menjadi dingin?" ujarnya disela-sela mebersihkan wajahnya.

Selesai membersihkan, Winda kini beralih pada jilbabnya. "Huh, banyak sekali jarum pentulnya" gerutu Winda mencabuti jarum yang tersemat di jilbabnya.

Terdengat pintu kamar mandi akan terbuka. Winda memakai asal kain jilbabnya, ia belum siap Ardi melihat rambutnya.

Nampak Ardi yang lebih segar, rambut yang basah juga handuk yang melilit pada pinggangnya saja. Membuat mata Winda melotot seketika.

Menyadari Winda menatapnya. Ardi menyunggingkan bibirnya ke atas, "Terpesona!?" tukas Ardi mendekat pada Winda.

Winda akhirnya sadar dan terkejut kala Ardi sudah ada di depannya.

"M.. Mau apa kau?" tanya Winda gugup.

"Jangan mendekat!" tutur Winda mengeratkan jilbabnya.

Seolah menulikan pendengaran. Ardi malah memutus jarak antara keduanya. Ardi mencondongkan badanya hingga wajah Ardi dan Winda nyaris bersentuhan.

"Astaga Winda! Sadar!" batin Winda.

"Bagaimama jika aku meminta hak ku?"

Deg!

Oksigen di dalam kamar Winda serasa menipis. Napas Winda nyaris tersenggal.

"A.. Aku" Winda malah tidak bisa berucap sekarang. Kenapa pesona Ardi membiusnya.

Ardi semakin memajukan wajahnya. Mengecup singkat bibir Winda. Setelah itu ia menjauhkan wajahnya dan berdiri tegak.

Winda mematung masih mencerna apa yang terjadi barusan.

"Sekarang mandilah! Atau aku yang akan memandikanmu!"

Winda tersadar dan segera menuju ke kamar mandi.

"Manis" ujar Ardi tanpa sadar.

Dalam kamar mandi Winda masih membayangkan apa yang Ardi lakukan. "Ada apa denganku? kenapa mudah sekali terpengaruh??" kesal Winda.

Selama ritual mandi pun, Winda masih membayangkan.

"Mudah sekali membuatnya luluh padaku" ujar Ardi sembari mengenakan pakaiannya. Rencananya malam ini Ardi dan Winda akan pindah ke rumah Ardi.

Lima belas menit sudah Winda dalam kamar mandi. Sebenarnya ia sudah selesai lima menit yang lalu. Tetapi ia menghindari Ardi, apalagi Winda lupa membawa baju ganti.

Dengan mengendap-endap Winda membuka pelan pintu kamar mandi. "Syukurlah dia tidak ada di sini" Winda keluar dengan lilitan handuk.

"Kau mencariku? mau menggodaku?" Ardi bersedekap melihat ke arah Winda.

"Matilah aku!" gumamnya pelan.

.

.

.

.

AN: Maaf jauh ya dari ekspektasi kalian. Insyaallah, updatenya dipercepat.

Follow ig : @anindynf_

Koment ya untuk koreksi dan pengembangan tulisan saya ini.

Terpopuler

Comments

Vera Mahardika

Vera Mahardika

sign eror terus jd g bs kasih like knp ya

2023-01-11

0

Vera Mahardika

Vera Mahardika

kok aku g bisa like ya

2023-01-11

1

Nur hikmah

Nur hikmah

ayo winda jgn gmpng luluh wakau sm suami sndri....biar ardi yg bucin duluan...

2021-11-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!