"Winda, kamu nggak papa kan?" tiba-tiba Ardi menghampiri Istrinya, sembari memegang kedua sisi bahu Winda.
Dahi Winda menampakan sedikit kerutan halus, ia kaget dan bingung tentu saja. Bagaimana tidak, Ardi suaminya itu datang tiba-tiba dan menanyakan apakah dirinya terluka atau tidak.
"Eh, aku? Emangnya aku kenapa?" tanya Winda.
Ardi melepas cekalan pada bahu istrinya itu. Memandang lekat Winda, manik mata coklat milik Winda seakan jadi candu untuk Ardi menatap istrinya setiap saat.
Gugup, Winda mengalihkan pandangan ke arah lain. "Kamu jatuh?" Ardi bertanya pelan.
"Bagaimana ia bisa tahu?" batin Winda.
Ia mencoba mengingat-ingat, dan ya ingatanya jatuh pada saat ia menabrak mobil secara tidak sengaja itu.
"Ah! Tadi aku nabrak mobil, aku nggak luka kok. Hanya sebatas shock soalnya aku ngelamun pas naik motornya" jelas Winda.
Ardi nampak memijat keningnya, Ia sungguh khawatir melihat Winda ada di foto dengan keadaan jatuh.
"Oke, tapi lain kali kamu harus hati-hati!"
Winda mengangguk dan tersenyum, "Darimana Mas tahu kalau aku jatuh?" pertanyaan ini akhirnya tersampaikan.
"Mudah saja! Terlebih ada orang iseng yang memberiku pesan" ujar Ardi lalu duduk di sofa yang ada di toko bunga.
"Winda ambil minum dulu" ia kembali dengan membawa secangkir teh hangat untuk Ardi.
"Ini Mas, aku mau beres-beres dulu. Soalnya mau tutup" Ardi mengerti dan mengisyaratkan anggukan kepada Winda.
Setelah keluar, ia mendapati Sisil yang sedikit kewalahan membawa beberapa tumpuk vas berisi bunga.
"Ya Allah Sil, kaya nggak ada waktu lain. Borongan gitu, nanti kalo pecah Bu Retno potong gaji lho!" Winda memeringatkan Sisil yang membawa empat Vas dalam rengkuhannya.
"Hehe, abisnya kan Sisil mau lekas mandi syantik" ujarnya jenaka.
Tarikan senyum dibibir Winda tercetak jelas, lalu ia menggelengkan kepalanya."Ada-ada aja kamu, Sil! Sini mbak bantu bawa!".
Winda mengambil dua vas dari rengkuhan Sisil. "Makasih mbak. Eh iya, ngomong-ngomong itu suaminya masih didalem? Kok serem sih mbak" bisik Sisil sebelum masuk dalam toko.
"Iya serem, makanya kalau lewat nanti jangan tatap matanya. Nanti kamu bakal lenyap dalam hitungan detik" gurau Winda. Sisil hanya tertawa mendengar apa yang diucapkan Winda, KONYOL.
Deru mobil berhenti di depan toko, sang empu belum menunjukan siapa yang mengendarai mobil.
Namun, Winda paham siapa yang di dalam mobil itu. Sudah beberapa kali juga Winda ikut menaiki mobil putih itu.
Sampai sang empu keluar, dengan stelan lebih casual Raka terlihat lebih segar di usianya ketimbang mengenakan pakaian serba putih.
"Assalamualaikum, kakak ipar" sapa Raka mendekat ke arah Winda yang membopong vas bunga.
Tetapi, pandangannya terhenti pada mobil yang berada di sebelah Winda, mobil Ardi.
"Waalaikumsalam. Kenapa liatnya segitu banget?"
"Ng, nggak sih. Tumben aja abang yang cemburu itu ada di sini" ujar Raka.
Raka memperhatikan toko bunga ini secara saksama. "Kamu juga tumben, ngapain ke sini? Mau beli bunga ya. Maaf sebentar lagi mau tutup".
"Enggak beli bunga sih, tapi.. Sisil!" kata terakhirnya terdengar lirih. Winda masih bisa menangkap apa yang diucapkan oleh Raka.
Sedangkan Sisil sudah seprti orang mati berdiri. Ia tersadar selepasnya, mencoba tidak bersikap aneh dan harus biasa saja.
"Ya udah. Mbak mau masuk ke dalam dulu. Sil kamu temenin Raka ya, dia adik ipar mbak" setelah mengucapkan itu, Winda memasuki toko bunga.
Tanpa Winda sadari, kecanggungan diantara dua orang yang sudah lama tidak saling bertemu.
Raka mendekat pada Sisil, ia terlihat lebih dingin dari Raka yang ramah.
"Ternyata dunia itu sempit" ujarnya, ia melihat Sisil dengan tatapan yang sulit diartikan.
Sedsngkan yang ditatap hanya bisa mematung, jantungnya seperti berhenti berdetak sekarang.
Sisil memberanikan diri melihat ke arah Raka. Ia tersenyum sinis, namun dalam hatinya ia ingin menangis dan memeluk pria yang ada dihadapannya dan meminta maaf.
"Kenapa?" tanya Sisil kemudian membuang pandangannya ke sembarang arah. Ia tidak boleh lemah.
"Tidak ada!" jawab Raka kemudian berlalu meninggalkan Sisil.
***
Sore ini, langit tidak begitu cerah. Ardi dan Winda sudah berada di kediamannya.
Winda sedang memasak untuk makan malam. Ardi sedang menonton layar laptop dengan wajah seriusnya.
Tiba-tiba ponsel Ardi berdering. Ia mengalihkan pandanganya pada layar ponsel itu.
Fani (S) is calling..
"Ada apa?" tanya Ardi selepas menggeser tombol hijau di ponselnya.
" Maaf, saya lupa. Oke kamu siapkan saja berkas yang saya butuhkan. Kirim ke email saya!"
"Iya. Tunggu sebentar, tolong kamu cari laporan tentang Rangga bagian Divisi pemasaran. Tidak, saya hanya ingin mempertimbangkan jabatannya. Baiklah" Sambungan telpon ditutup sepihak oleh Ardi.
Ardi melanjutkan pekerjaannya, tetapi matanya sudah lelah jika terus berhadapan dengan layar laptop miliknya.
Ardi bangkit dari kursi nya. Ia keluar dari ruang kerja menuju dapur. Ia rasa tenggorokannya sedikit kering.
Baru beberapa tangga ia turuni, aroma masakan sudah menguar di hidungnya. Tanpa menunggu lagi, Ardi sedikit berlari menapaki tangga itu.
Ia melihat Winda yang dengan telaten dan cekatan dengan dapur. Tidak salah memang keluarganya menjodohkan dengan dalih hutang.
Sedikit terkejut, Winda memekik kaget saat Ardi memeluk dirinya dari belakang.
Bahkan kepalanya kini menyender diantara leher Winda. "Mas, liat aku lagi masak! Jangan ganggu deh!" ujar Winda kesal.
Jantungnya sudah berdebar sedari Ardi yang tiba-tiba memeluk. Beruntung Winda tidak jadi memukul dengan spatulanya.
"Sebentar lagi. Satu menit. Biarkan begini dulu" ujar Ardi tepat di samping telinga Winda.
Pasrah, Winda segera meneruskan acara memasaknya. Walau ia sedikit terbatas ruang geraknya karena Ardi menempel pada tubuhnya.
"Udah lebih dua detik!" ingat Winda. Bukan melepas malah pelukannya kian erat.
"Mas! Aku nggak bisa napas kalau gini!" ujar Winda tertahan. Bukan karena jantungnya yang berdebat, karena memang Ardi memeluknya terlalu erat.
"Oke, aku lepas sayang!" Ardi melepas pelukannya. Ia tersenyum kemudian mengecup pipi dan juga bibir Wnda sekilas.
"Kamu!"
.
.
.
AN : Ottoke...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Noni Kartika Wati
Winda kok ga cerita sama ardi masalah teror nya sih thor
2021-11-07
1
Zanovel_666
Hai... salam dari story si jutek tomboy
semangattt thorrr
2021-04-20
1
Alyati Musky Azahra
aaahhh jadi berharap di jodoh kan dengan mantan yg 10 thn yg lalu do'ain yaa Thor biar aku jadi jodoh mantan aku wkwkwkkk
2020-10-27
9