"Lah bener mbak naya itu udah gede jadi tau mana yang baik atau buruk" jawab tante Ranti sambil mulut nya penuh dengan roti buatan ibu
"Udah udah jangan gosip sekarang kamu pulang Ranti nanti lala nyariin kamu " ucap ibu bukan mengusir tapi ibu hanya takut lala anak nya tante Ranti akan mencari ibunya
"Makasih loo mbak roti nya super enak " ucap Ranti dan belalu pulang.
"Bu tante meri kok gitu yaaa sama sudara sendiri kayak musuh tapi sama orang lain baik banget " tanya naya ke ibunya
Naya dan ibunya sedang duduk di meja makan sambil bercerita dan makan roti bersama
Roti untuk ayah nya sudah mereka sisihkan
"Ya gak tau nak yang penting kita harus tetap baik kepada siapa pun apa lagi Saudara" nasehat ibu aku
Ibu dan ayah selalu mengajari aku agar selalu baik kepada siapa pun meskipun mereka baik atau tidak
Tok
Tokk
Tokk
Suara ketuk pintu dari pintu dapur
"Mbakkk mbak manda " sura ketikan pintu semakin keras
"Iya sebentar mer" teriak ibu
"Buka kan pintu nya nak" ibu pun menyuruh ku membuka pintu dapur
Ceklekkkk
"Sabar tantee kayak ada yang darurat saja " ucap ku sinis karena menurut ku tante meri menggedor pintu dengan keras bikin gendang telinga panas
"Kamu kelamaan naya buka pintu aja kok " jawab tante meri dan langsung masuk kerumah
"Mbak roti nya ada lagi?? Mas Joko kurang niihh Vina sama risma juga makan cuma sedikit" tante meri tanpa ada rasa malu meminta lagi
"Looo gak ada mer itu tinggal buat mas mu nanti pulang kerja aku juga buat sedikit kan nyoba " jawab ibu
"Ya buat lagi aja buat mas teguh itu buat aku aja gitu aja kok repot" jawab tante meri dengan enteng
"Ya gak bisa mer bahan nya juga tadi seadanya masku juga belum gajian uang mbak pas pasan " jawab ibu jujur karena kami memang pas pasan
"Makanya kerja mbak , naya juga udah gede kapan kaya nya kalo kayak gini. Kan kasian mas teguh banting tulang sendiri kamu yang bagian ngehabisin " ucap meri malah menyindir mbak iparnya
"Mas mu yang gak ngebolehin kerja mer makanya mbak pengen usaha di rumah " jawab ibu mencoba bicara pelan tanpa emosi
Aku yang mendengar aja gregetan mendengar omongan tante meri tanpa filter itu
"Mau usaha apa mbakkk, jualan dari rumah cuma dapet berapa siihh" ucap meri meremehkan ibu
"Ya gak apa apa mer kan setidaknya cukup dan bisa nabung sedikit sedikit " jawab ibu mencoba tersenyum meski sudah direndahkan adik iparnya
"Terserah lah mbak, percuma dong aku kesini gak dapet apa apa" tante meri pun pergi nyelonong
"Astagfirullah sabar sabar ya allah" ibu mengelus dada agar tidak terbawa emosi dengan ucapan adik iparnya
Aku salut dengan ibu ayah ku bisa sabar dan ikhlas lapang dada meski ada yang menyakiti nya
"Naya yukkk mandi siap siap ngaji" ibu dengan kasih sayang ngajak aku untuk bersiap siap mandi
"Siapp buuu " aku pun berjalan sambil memeluk ibu
Rasanya baku beruntung memiliki ibu seperti ibu dan ayah ku
Pukul 4 sore aku berangkat ngaji dan ada mbak risma di teras rumah lagi ngepel
"Mbak ayok ngaji " ajak ku ke mbak risma karena mbak risma 2 tahun lebih tua dari ku
"Iya nay absen dulu hehehe aku besok ada ujian " mbak risma nyengir karena gak ngaji
Bisa di katakan memang jarang ngaji
.
.
.
Aku pulang ngaji sudha melihat sepeda ayah sudah terparkir di halaman menandakan ayah ku sudah pulang.
"Assalamu'alaikum ayahhh ayahhhh" teriak ku dari pintu dan masuk kerumah mencari ayah
"Wa'alaikumussalam salam ada apa sih kok teriak teriak" jawab salam ayah dan aku langsung mencium tangan ayah dan ibu
"Yah alhamdulillah aku di ikutkan lomba matematika lagi" ceritaku ke ayah karena aku sangat dekat dengan ayah
Sebelumnya tadi pulang kerja sudah bercerita ke ibu
Ibu pun tersenyum melihat tingkah ku yang manja pada ayah padahal aku sudah SMP
" alhamdulillah belajarnya di tambah lagi semoga bisa membawa pulang piala lagi" ucap ayah yang memberi semngat
"Ommm ommm ommm" teriak Vina dari luar ternyata Vina dengan tante meri
Ayah pun keluar
"Iya vin ada apa? " jawab ayah dan mendudukan dirinya agar sejajar dengan keponakannya
"Mbak naya tadi jahat om aku minta belikan jajan di tempat ngaji gk mau om kan yang saku habis " aduan Vina ke ayah
"Tau tuhhh mas anak mu tuh ajarin jangan pelit pelit sama saudara sendiri juga" kompor tante meri agar ayah memarahi ku.
Tapii ayah pun berbalik tanya pada Vina
"Emang Vina di kasih uang saku berapa sama mama? "
" sepuluh ribu om "jawab Vina
" lahh mbak naya cuma lima ribu vin banyakan kamu kan " ucap ayah
"Kan naya udah besar mas masa iya ngasih dua ribu aja ke Vina gak mau sih " tante meri masih gak Terima
"Ya kamu ajarin Vina biar gak jajan terus sepuluh ribu itu banyak looo mer gitu masih minta ke naya " ayah pun menasehati tante meri
" Vina itu masih kecil mas ya wajar dia jajan banyak kan masih anak anak" jawab tante meri dengan nada agak keras.
"Nah karena masih kecil jangan di biasakan biar gak boros " jawab ayah lagi
" bagi ku uang sepuluh ribu wajar mas aku mampu ngasih anak ku segitu dan tidak kekurangan ya, beda sama kamu udah pas pasan tapi belagu " tante meri pun tak Terima dan menghina ayah
"Alhamdulillah pas pasan gk sampai hutang mer " sindir ayah karena kenyataan nya meskipun tante meri dan om joko sama sama bekerja namun masih sering hutang ke ayah dan ibu
"Kamu nyindir aku mas hah" nada tante meri pun semakin keras dan tidak Terima di hina ayah
"Siapa yang nyindir mer kan benar alhamdulillah meskipun pas pasan tidak sampai hutang" ucap ayah dengan tenang
Aku dan ibu hanya menonton dari ruang tamu
"Jangan sok kamu mas awas kamu , kalo kamu minta bantuan sama aku ya" tante meri pukul berlalu dengan menggeret Vina dan menghentak hentak kan kakinya.
Ayah pun langsung masuk
"Loooh kalian dari tadi disini??? " ayah pun kaget melihat aku dan ibu di ruang tamu
Aku dak ibu pun nyengir ke arah ayah
" yuk ayah makan bareng sebelum adzan " ajak ibu yang mengalihkan topik
Dirumah tante meri
Vina langsung masuk kamar
"Huh sok belagu banget ya mas teguh itu " tante meri ngomel ngomel ketika masuk rumah nya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments