"Hei kau!"
"AAAA!!!"
"Mengapa kau?" Tanyanya.
"...." Ku beranikan membuka mata
"Mengapa diam kau takut dengan ini ya?" Ia menghadapkan pisau itu kembali. Aku pun merasa risih.
"Haha... Tenang ini hanya pisau buah, aku menggunakannya hanya untuk buah, masak buat bunuh orang?"
"K... Kau b... Bukan?" Tanyaku masih diambang ketakutan.
"Aku psikopat? Tidak! Aku hanya manusia biasa yang tidak luput dari dosa."
"Jadi itu? Cairan merah?"
"Ini hanya sirup. Aku membelinya, ehh... Terkena paku di ujung lorong sana."
"Nah coba cium. Tak amis bukan?" Ia sodorkan ke hidungku.
"Aihh..." Ujarku kesal.
Sangat berbeda. Sikap dinginnya kemana pergi? Hilang begitu saja. Kami seakan sudah saling mengenal, dan memulai interaksi dengan cukup baik. Tapi, aku masih dalam ambang ketakutan. Sebenarnya aku sudah percaya akannya yang bukan seseorang terbesit sebelumnya di benakku. Tapi sama halnya takut tetaplah menjadi ketakutan yang berarti saat ini.
Kulit sawo matang itu menandakan ia bukanlah dari kota yang banyak orang cukup putih dikatakan. Ya, kota ini banyak sekali orang berkulit putih, bukan sepertinya yang sawo matang itu. Seperti orang Indonesia saja. Hmm... Sudah lupakan!
"AAAA!!!" Teriakan itu terdengar kembali.
Aku dengan sigapnya mencari sumber suara itu, diikuti ia bersamaan. Ternyata disekatan lorong itu ada seseorang berperangai tinggi, dan mengeluarkan kikih yang sangat mengerihkan. Amis ini menyengat sampai pangkal hidungku.
Kembali kecurigaan ini, kali ini benar-benar dia adalah seorang psikopat yang sedang bermain dengan korbannya. Aku hanya terpaku dipojokan, melihat lelaki yang seperti bayangan dari belakang itu. Tiba-tiba suara auangan anjing mengejutkan kami yang sedang menginvestigasi pria bayangan itu. Lari terbirit-birit, dan kayuhan sepedaku percepat, meski terasa berat dari sebelumnya. Kesan lucunya, sepatunya terlepas dan berhenti kembali mengambil sepatunya. Sementara anjing tetap mengejar, ia tetap menekatkan mengambil sepatunya itu.
Ia menatap tajam anjing yang semakin dekat dengannya. Dengan air muka yang begitu dingin dan santai. Aungan itu semakin dekat saja. Aku sudah tidak tahan. Sekitar berbeda 1 meter dengan anjing itu, ia melemparkan sepatunya kembali dan mengambil alih kayuhan sepeda. Huwaaa....
Setelah cukup jauh dari kejaran anjing tersebut, kami pun kembali ketempat semula dari alur yang lain untuk mengambil sepedanya yang tertinggal. Kejadian ini menjadikan kami panik saja. Kami lihat kembali sekatan lorong itu, tiada lagi seseorang bayang itu, hanya tertinggal cairan amis sangat banyak di sana.
🍁🍁🍁
Pagi gugur yang sejuk dan penuh dengan angin suka ria. Ku buka lebar-lebar pintu kaca itu, menunggu masuk ke dalam ruangan walau hanya satu. Mengisi album yang telah lama runtuh dalam kerinduan akan daun-daun pendatang baru. Subuh ini membawakan indahnya cerita sang rindu akan daun jingga yang menghampiri. Lewat lantunan surah Ar-Rahman ku panjatkan kepada sang Khaliq Maha-Esa. Setelah itu berpakaian dan menuju dapur menyantap sarapan yang telah bunda siapkan.
Menjadi seorang anak baru. Aku berfikir bahwa teman-teman akan menatap risih, terutama pada hijab yang menutupi ini. Kali ini ku sadari bahwa toleransi tetap menjadi awal yang baik. Beradaptasi, dan tidak kembali bersikap dingin, seperti saat masa SMP di Indonesia tercinta. Kini aku telah merantau jauh dari negara, kota, dan teman-temanku.
Diantar oleh supir sampai di sekolah. Aku berjalan di tengah-tengah mereka. Banyak dari mereka menatap ku heran, bahkan ada yang menghina. Aku tetap dalam pendirian yang teguh, menutut ilmu dan dapat meyelesaikan dengan kesuksesan.
Sukses. Banyak dari mereka belum mengerti kunci dari kata itu. Kuncinya yaitu bekerja keras. Sehingga seseorang dapat mengerti maksudnya. Bukan hanya sukses dalam hal materialisme, bagi yang benar menyatakan makna lainnya 'Sukses membawa ku dalam kekacauan berarti' maksud inilah yang dapat mewujudkan kinerja, tidak putus asa dan bekerja layaknya profesor terhandal.
Guru yang berperawakan lembut dan santai, memberikan aba-aba untuk diriku memperkenalkan diri.
"Annyeong haseo. Zahra Afifah imnidda." Sapa ku dan mulai memperkenalkan diri.
Belum larut dalam bahas-membahas tentang diriku.
Tuk... Tuk...
"Permisi," Ia berdiri tegap di sisiku.
Ku lirik wajahnya dengan lekat
"Hah, kau!"
"Kau!" Teramat kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Catur Priyati
baru dikiit nggeh ceritanya
2020-08-06
0
Tri ani
hai aq mampir, feedback ya
2020-08-04
0
ig@taurusdi_author
tuk.tuk.
mamapir juga ke karya karyaku yaaa kakak
beri kritik dan saran di setiap chapternya pleaseee. thanyou
2020-07-15
0