menyerah...

Setelah menghabiskan waktu sebentar dengan dua temannya, Bintang kembali kerumah mertuanya. Dia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Usai mandi dan berpakaian rapi, dia mengembalikan syal yang dia pinjam ke dalam laci.

"kebiasan deh, kalau buka sesuatu nggak di tutup lagi," gumam Bintang saat melihat laci paling atas sedikit terbuka.

Dia menutup laci tersebut, tapi beberapa detik kemudian dia kembali meraih gagang laci tersebut karena matanya seperti menangkap sesuatu.

Entah kenapa hatinya juga sedikit risau.

Dengan sangat hati-hati dia membuka laci tersebut. Dia melihat ada sebuah bingkai beserta fotonya yang masih terbalik.Karena penasaran dia mengambil foto tersebut dan melihatnya.

Dia sangat terkejut melihat foto tersebut. Laki-laki berjas putih sedang memeluk pinggang seorang wanita yang memakai gaun di atas lutut dengan warna senada.Mereka terlihat tersenyum bahagia sambil berhadapan.

Bintang merasa dadanya terasa sangat sesak dan sulit bernapas.air matanya mengalir tanpa di komando.

Dia tahu kalau dulu suaminya itu pernah memiliki kekasih yang pergi meninggalkannya, tapi kenapa hatinya tetap merasa sakit bagai di tusuk ribuan paku dan di sayat-sayat menggunakan sembilu melihat senyum yang terpampang di dalam foto tersebut.

"Sedang apa kamu?" tanya Rangga yang baru saja datang. Bintang yang terkejut tanpa sengaja menjatuhkan foto yang dia pegang.

Prang!

Bingkai foto itu jatuh berserakan, Rangga menatap benda yang baru jatuh barusan.

Dia menatap Bintang dengan amarah yang sudah memuncak.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Rangga dengan suara yang sangat keras.

"Maaf... aku... aku.... "

"Beraninya kau menyentuh barang-barangku?" Rangga menatap Bintang dengan tatapan mematikan.

"Tadi aku... aku... hanya.... "

"Jangan karena akhir-akhir ini aku bersikap baik padamu lalu kamu lupa dengan statusmu. Ingat kau hanya istri kontrakku, jadi jangan bersikap seolah-seolah kamu istriku. Ingat batasanmu!"

Mendengar kata demi kata yang dilontarkan oleh Rangga membuat air mata Bintang terus mengalir.

"Maaf, karena aku terlalu berharap kamu benar-benar bisa menerimaku menjadi istrimu. Tadinya aku berpikir, aku masih bisa berjuang untuk mendapatkan cintamu, tapi ternyata aku salah. Mulai detik ini aku menyerah!" Bintang kemudian lari meninggalkan Rangga sendirian.

Melihat air mata Bintang, Rangga menyadari kalau kata-katanya sudah keterlaluan. Dia melihat bingkai foto yang berserakan di lantai, saat itulah dia menyadari kalau kaki Bintang terluka, karena ada noda darah di lantai itu

Rangga segera berlari untuk mengejar Bintang, tetapi dia sudah kehilangan jejaknya.

"Apa yang sudah ku lakukan?" rutuknya pada dirinya sendiri. Dia berusaha menelpon Bintang, tapi selalu saja operator yang menjawab.

Kemudian Rangga menjatuhkan dirinya di tempat tidur, tetapi saat akan memejamkan matanya bayang-bayang Bintang menangis tiba-tiba muncul.

Dia kembali meraih ponselnya untuk menghubungi Dewi dan juga Ana. Dia yakin kalau Bintang pasti bersama mereka.

Tapi baik Dewi ataupun Ana mereka sama-sama mengatakan kalau Bintang tidak bersama mereka.

*****

Sementara itu di rumah Ana....

"Kalian berantem?" tanya Dewi, Bintang menggeleng.

"Perasaan baru tadi pagi kita lihat kamu mesra-mesraan, sebenarnya ada masalah apa sih, Bi?" tanya Ana.

"Nggak ada apa-apa, aku cuma ingin nenangin diri dulu disisni. Bolehkan?"tanya Bintang pada dua sahabatnya itu.

"Terus mertua kamu?"tanya Dewi.

"Aku sudah kirim pesan barusan kalau malam ini aku nginep di rumah kalian," jawab Bintang sambil membaringkan tubuhnya.

"Bi, kalau kamu ingin nangis, nangis aja! Jangan ditahan! Aku tahu saat ini kamu sedang sedih. Meskipun kita nggak tahu masalah kamu itu apa, tetapi menangislah jika itu bisa ngurangin beban hati kamu!" kata Ana, Bintang tersenyum tapi air matanya keluar tanpa bisa di tahan.