Ponselku terus saja berbunyi, aku memejamkan mata sejenak. Kenangan tentang betapa dia mengabaikanku dan menyebut nama wanita lain ketika kami bercinta tiba-tiba merebak.
Kugeser tombol merah di ponselku. Kemudian, kumatikan ponsel itu, segera aku keluarkan kartu dari ponselku itu. Keputusanku harus kuat dan tidak boleh goyah hanya karena panggilan ponsel darinya.
Mengabaikan beberapa panggilan dan pesan dari Ibu mertua yang menyayangiku. Aku harus tegas dan berpendirian.
"Maafkan aku, Bu. Aku menyerah. Rasanya terlalu sulit bila terus bersama," gumamku.
Ketika melamun, Ayu datang menghampiriku. Dia menatapku yang menggenggam kartu SIM ponsel.
"Langkah yang bagus, Dhis. Kamu harus berjalan ke depan. Salah satunya adalah memutuskan komunikasi," ujar Ayu dengan senyum mengembang.
Bercerita dengan Ayu memang semakin menguatkan hatiku untuk berpisah. Dia terlihat berbeda dari Ayu yang dulu. Senyum tidak pernah lepas dari wajahnya.
"Ya, aku harus mencoba untuk melupakan Raka. Walau rasanya berat, tetapi semua harus aku lakukan," balasku.
"Ayo kita makan, kamu butuh tenaga untuk berpikir tentang semuanya. Aku memang menyetujui keputusanmu untuk berpisah. Akan tetapi, aku tidak ingin kamu menyesalinya di kemudian hari. Jadi, lebih baik tenangkan dirimu dan berpikir untuk masa depanmu," ajak Ayu yang membimbingku ke ruang makan.
Di ruang makan terlihat anak perempuan Ayu yang berumur lima tahun menyambutku.
"Halo, Ayesha. Kamu sudah besar sekarang," gumamku sambil mengelus kepalanya lembut.
Ayesha hanya tersenyum menanggapi ucapanku. Kulirik Ayu yang telah membesarkan anaknya seorang diri. Aku tahu, mantan suaminya kerap kali meminta untuk rujuk tetapi Ayu tidak pernah menanggapinya.
Kalau masalah dalam rumah tanggaku adalah cinta suami yang tidak kunjung kudapatkan. Ayu mengalami ujian yang berasal dari mertuanya. Pada kenyataannya, aku memahami kalau semua rumah tangga pasti memiliki masalah dan ujian. Tinggal bagaimana kita menyikapinya.
"Tidak perlu mengkhawatirkan hidupku. Kamu tahu aku sudah memiliki cafe. Tidak bergantung pada Mas Bayu yang terkadang lupa dengan kewajibannya. Sekarang, yang ada dalam hidupku hanya cara untuk membahagiakan anakku. Kuharap, kamu pun memiliki tujuan hidup Gendhis," balas Ayu.
Kami melanjutkan makan dengan keheningan. Aku harus tetap bersemangat. Kulihat kembali saldo rekeningku. Cukup bisa diandalkan selama beberapa kedepan, tetapi tidak mungkin aku bergantung terus pada uang tabungan yang semakin menipis.
"Yu, apa kamu membutuhkan karyawan? Aku bisa membantu di bagian finance kalau kamu membutuhkannya. Atau kalau kamu tidak memerlukan karyawan baru, aku bisa mulai mencari kerja besok," ucapku pada sahabatku yang sedang menonton sinetron ikan terbang favoritnya.
"Tidak perlu mencari kerja, besok ikut saja bersamaku. Kebetulan, kami memang membutuhkan bantuan di bidang finance. Hmm... Itu pun bila kamu tidak keberatan dengan gaji yang jauh dari yang pernah kamu dapatkan," balas Ayu.
"Ya, aku tidak keberatan, Kok. Tapi, sebaiknya lusa saja aku mulai bekerja karena aku akan mencari kontrakan besok," tukasku.
"Lho, kamu tidak perlu melakukannya. Kita bisa tinggal bersama. Lagi pula, aku juga hanya tinggal bersama Ayesha," ujar Ayu keberatan dengan ucapanku.
Aku tidak ingin merepotkannya terlalu jauh. Bisa menginap semalam saja aku sudah merasa sangat beruntung. Aku tidak memiliki sandaran dalam hidup ini.
Sebelum menikah dengan Raka. Aku hanyalah anak yatim piatu sebatang kara yang berjuang untuk hidup. Kebetulan aku bertemu dengan Silvia yang sangat membantuku. Walaupun akhirnya aku menjadi iri padanya.
"Aku ingin lebih leluasa tinggal sendiri, Yu. Mungkin mencari kontrakan dekat dengan cafemu lebih baik," balasku.
"Ya sudah, terserah kamu saja, Dhis. Tapi, kalau kamu belum mendapatkan kontrakan, kamu menginap saja di rumahku ini, ya," ucap Ayu.
"Terima kasih, Yu."
Aku ikut hanyut dalam sinetron yang ditonton oleh Ayu. Terlihat kehidupan rumah tangga yang berakhir dengan bahagia walaupun dia awal penuh dengan lika liku.
Andaikan kehidupan semudah itu, aku bersedia menjadi pemeran utama dalam sinetron. Sayangnya, cinta memang tidak bisa dipaksakan. Sudah sampai sejauh ini pun aku tidak mendapatkan hati suamiku.
Sepertinya, keputusanku memang sudah tepat untuk pergi dari hidupnya, batinku masih memikirkan tentang Raka.
***
Bersambung...
Terima kasih telah membaca.
Aku akan mengadakan give away lagi ya teman-teman. Di bab berikutnya akan aku berikan rulesnya. Tentunya berbeda dari give away sebelumnya. 🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sleepyhead
Ketika memutuskan untuk pergi, jangan pernah ragu untuk melangkah. Matikan hp, buang simcard lalu go ahead.. Let it be...
And when the world gives you a hundred reason to cry.
You are here to live a short life, if you will waste it in crying than you will life something precious about. Spread your charm 😍💓
2025-01-05
0
millie ❣
semoga semakin kuat ndis loe'y jg bs sukses kyk si Ayu suatu hari nanti spy loe g nunduk lg dlm ekonomi andai hubungan semlm loe ama raka ada benihnya yg lahir nanti 😌
2025-01-02
1
yumna
gendis kamu sudah bnar ya cabut kartu sim....mulailah hdup baru ndis tanpa raka....km pasti bsa...mudah"n km bisa sukses sperti ayu ya ndis....
2025-01-03
1