Cinta Di Dalam Perjodohan
Alira Anastasya,, seorang gadis remaja berusia 18 tahun, anak kedua dari sepasang suami-istri yang bernama Ilham dan Vivi. Dia dan kedua saudaranya yakni Firman Kakaknya, juga Alfin adik bungsunya, tumbuh dalam keluarga yang serba berkecukupan. Menjadi anak gadis satu-satunya, membuat Alira sangat dimanjakan dalam keluarganya. Selain itu dia juga menjadi idola para kaum pria, karena memiliki kecantikan sempurna, juga bentuk tubuh yang menggoda.
Alira baru saja lulus dari salah satu SMA Negeri di Bandung. Ingin sekali dia melanjutkan kuliah di Universitas yang sama dengan beberapa orang sahabatnya. Namun semua itu hanyalah impian yang tidak bisa terlaksana. Karena ternyata, dia sudah dijodohkan dan akan segera menikah, dengan seorang pria bernama Fahri, anak satu-satunya Indra dan Rika, sahabat kedua orang tuanya pengusaha sukses di Jakarta.
"lir, besok keluarga Om Indra dan Tante Rita sudah datang dari Jakarta," kata Ibunya Alira setelah mereka selesai makan malam bersama.
"Bu,, mengapa harus secepat ini? Aku masih ingin kuliah. Apa mereka tidak bisa menunggu sampai aku selesai kuliah?" tanya Alira dengan raut wajah sendu, karena belum siap untuk menikah di usia muda.
"Nak,, pernikahan kalian tidak akan menghalangi pendidikanmu. Kamu akan kuliah di Jakarta setelah menikah nanti." Ilham Ayahnya turut bersuara.
Hari berlalu dengan begitu cepat. Para tamu mulai berdatangan memenuhi tempat yang sudah dipersiapkan untuk acara pernikahan. Alira yang terlihat cantik dengan kebaya putih modern, juga riasan pengantin di kepalanya, mulai gugup saat menyadari dirinya akan menjadi istri, dari seorang pria yang dia sendiri tak pernah tahu bagaimana rupanya.
"lira, kamu nggak usah gugup sayang. Kamu itu sangat cantik seperti bidadari hari ini," ucap Ibu Vivi berusaha menghibur Putrinya.
"Berarti selama ini aku nggak cantik ya Bu?"
protes Alira dengan wajah cemberut.
"Tidak sayang. Pokoknya anak gadis Ibu selalu cantik setiap saat," jawab Ibu Vivi sambil tersenyum menatap Putri kesayangannya.
Degup jantung Alira seketika berdetak kencang. Nafasnya tiba-tiba memburu, seakan-akan mau putus, melangkah bersama kedua orang tuanya menuju tempat pelaksanaan ijab qobul. Apalagi saat melihat begitu banyak tamu yang sedang memperhatikannya, juga menyadari tatapan seorang pria tampan yang sudah menanti kedatangannya, bersama beberapa orang saksi pernikahan juga seorang penghulu.
Tanpa berlama-lama ijab qobul pun dimulai. Suara Fahri terdengar memenuhi seisi ruangan saat mengucapkan qobul.
Semua yang terjadi dirasakan bagaikan mimpi bagi Alira. Karena hanya dalam hitungan menit dia telah resmi menjadi istri dari Fahri Permana, pria tampan nan gagah, seorang pengusaha sukses idola para wanita.
Siang pun berlalu berganti malam, setelah mengganti pakaian, Alira langsung tidur dengan hanya menggunakan dress pendek tanpa lengan. Da memang suka mengenakan pakaian seksi apalagi di waktu tidur. Betapa nyamannya dia tidur dengan pakaian terbuka. Namun dia sepertinya lupa akan status barunya.
Suara ayam tetangga menyadarkan Alira dari tidur nyenyaknya. Tanpa membuka mata dia meraba guling yang dirasakan begitu aneh.
'Guling ku kok aneh ya,,?' gumam Alira dalam hati sambil terus meraba.
"Aaaaaaaa…," teriak Alira kencang setelah melihat keberadaan Fahri, dengan keadaan bertelanjang dada di hadapannya.
"He... Kamu gila ya??" Fahri sedikit berteriak sambil membekap mulut Alira menggunakan telapak tangannya.
Alira yang begitu panik, berusaha melepaskan tangan Fahri dengan susah payah dan menatapnya tajam.
"Mengapa kamu berada di sini??" Alira kembali berteriak.
"Terus aku harus di mana? Apakah aku harus tidur dengan orang tuamu??" tanya Fahri dengan begitu santainya. Sementara Alira langsung buru-buru mengecek keadaannya.
"Tenang saja,, aku belum melakukannya. Belum aku lakukan saja kamu sudah mau membangunkan seisi rumah. Bagaimana kalau aku lakukan, mungkin satu RT akan terbangun," gerutu Fahri.
Dengan tergesa-gesa Alira beranjak turun dari tempat tidur berlari memasuki kamar mandi.
"Ya Tuhan, apakah ini mimpi?" Dia mulai bertanya-tanya sambil mencubit lengannya.
"Aaaau... Ternyata ini bukan mimpi," ujarnya dengan wajah yang begitu lesu.
Pagi itu suasana terlihat haru saat Alira berpamitan untuk pergi bersama suami juga kedua mertuanya.
"Jaga diri baik baik ya sayang," ujar Ibu Vivi dengan mata berkaca-kaca.
"Iya Bu, Ibu dan Ayah juga harus jaga kesehatan. Nggak boleh sakit," jawab Alira sambil memeluk Ayah dan Ibunya bergantian sambil meneteskan air mata.
Alira pun pergi meninggalkan rumah tempat dia lahir dan tumbuh besar. Hampir dua jam dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai juga di Jakarta. Alira sangat kaget di saat melihat rumah mertuanya yang begitu mewah, melebihi rumah kedua orang tuanya di Bandung. Dengan langkah berat Alira mengikuti suaminya masuk ke dalam rumah mewah itu menuju lantai atas.
"Masukin pakaianmu di lemari itu!," seru Fahri sambil menunjuk lemari besar yang ada di sampingnya, setelah mereka sudah berada di dalam sebuah kamar.
Dengan hanya mengangguk, Alira pun masukin semua pakaiannya di lemari yang terdapat banyak pakaian Fahri.
"Mas,," panggil Alira setelah semua pakaiannya sudah tertata rapi di dalam lemari.
"Hmmmm."
"Kapan aku daftar kuliah?" tanya Alira.
"Kamu tinggal kuliah saja minggu depan. Aku sudah mendaftarkan nya," jawab Fahri yang sedang fokus pada layar ponselnya.
Selama enam hari menunggu kuliah, Alira hanya menghabiskan waktu di rumah. Dia belajar menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Hal itu sangat membosankan baginya. Karena tidak ada satupun yang bisa dikerjakannya dengan baik. Selesai nonton acara TV bersama dua orang pembantu, Alira langsung beranjak menuju kamar.
"Besok kamu sudah kuliah," ujar Fahri setelah Alira beranjak naik ke atas tempat tidur.
"Benar Mas??" tanya Alira sedikit kaget.
"Buat apa aku bohong? Tapi ingat, tidak boleh ada yang tahu kita suami istri di Kampus." Fahri langsung memperingatkan Alira.
"Iya aku tahu. Aku juga tidak mau ada yang tahu kalau aku sudah menikah di usia yang masih 18 tahun," jawab Alira.
Fahri yang sudah berusia 25 tahun, ternyata masih berkuliah di kampus yang sama dengan Alira. Dia sedang menyelesaikan beberapa semester untuk mendapatkan gelar Magister dalam jurusan bisnis.
Tepat pukul 06.00 pagi Alira terbangun karena merasa ada beban berat di atas perutnya. Dan ternyata itu adalah kaki juga tangan Fahri, yang sudah melingkar di bagian perut juga pahanya.
"Mas,, Mas Fahri,, Mas…," teriak Alira karena merasa kesal dengan Fahri yang masih saja terlelap.
"Apa sih pagi pagi berteriak kaya orang gila??" gerutu Fahri yang belum sepenuhnya sadar.
"Bukan gila lagi, tapi lama-lama aku akan mati bila kayak gini tiap hari. Kamu sudah seperti ular piton yang melilit mangsa," ucap Alira dengan tampang kesalnya.
"Kamu kan bisa bilang baik baik. Tidak usah teriak teriak seperti itu." Fahri yang tidak kalah kesal, segera bergegas menuju kamar mandi.
Sudah hampir satu jam Fahri menunggu Alira di ruang tamu, tapi Alira belum juga menampakkan wujudnya. Dengan perasaan yang sudah mulai dikuasai api amarah, dia kembali ke kamar menyusul Alira.
"Alira,, tujuan kamu ke kampus untuk kuliah atau mau tebar pesona? Lihat tuh cara berpakaian kamu! Sudah seperti wanita-wanita di klub malam," ucapan Fahri sungguh menyinggung perasaan Alira.
"Aku biar naik taksi saja." Alira pun pergi dengan tampang penuh kekesalan.
"Terserah.. Memang lebih baik seperti itu.." Fahri pun ikut berteriak saking kesal melihat Alira yang sangat keras kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Ines
novel yg sllu di baca ulang2 dari tahun lalu. sampai skrang
2024-11-01
1
Aini_v 1130
aku balik lagi,awal baca 2021
2024-10-25
0
Tiwi
keren
2024-08-19
2