Azka termenung di balkon rumahnya. Setelah pulang tadi ia lebih banyak bengong karena pikirannya bercabang.
"Kak," Azka menoleh ke belakang menemukan adiknya yang tengah berdiri di belakangnya.
"Naura? Ada apa?"
"Enggak apa-apa. Kakak kenapa bengong?"
"Entahlah, ada yang mengganjal di hati kakak,"
"Butuh pasangan mungkin kak," ledek adiknya.
"Naura, kalau itu kakak masih enggak peduli. Tapi entah ini ada apa yang membuat kakak begitu tidak nyaman,"
"Kakak udah deh jangan pikirin. Sekarang aku ada kabar bahagia. Bentar lagi kakak jadi Om,"
"Maksudnya, kamu hamil?"
"Iya kak, tahu kan suami aku kak bahagia banget dengan ini. Makanya Mama ngundang kakak pulang untuk makan malam bareng,"
"Selamat ya, kamu udah ke dokter? Udah lihat jenis kelaminnya?"
"Kakak nanya satu-satu ih. Kalau ke dokter udah, tapi belum bisa lihat jenis kelamin karena belum terbentuk kak,"
"Iya sudah kamu banyak istirahat ya. Sekarang suami kamu mana?"
"Ada tuh di bawah. Kakak enggak nemuin dia?"
"Nanti aja. Kakak istirahat sebentar,"
"Ya udah aku keluar ya kak. Selamat istirahat,"
Azka tersenyum sambil mengusap rambut adiknya. Ada sesak di dadanya yang bergemuruh yang entah kenapa setelah mendengar cerita Dimas hatinya begitu kacau. Itu persis kejadian yang dialami bersama Nagita dulu. Ia bahkan tidak pernah bertemu dengan wanita itu. Nagita keluar dari perusahaannya tanpa izin.
Ia memang menyuruh perempuan itu berhenti dengan uang yang ia berikan. Akan tetapi Nagita pergi begitu saja darinya.
----
Ketika malam hari mereka berkumpul di ruang tengah untuk makan malam bersama keluarga besar.
"Azka kok bengong melulu? Ada apa?"
"Enggak tahu tuh Ma, dari tadi juga bengong melulu. Mungkin kakak lagi sakit," sahut Naura.
"Azka, kamu sakit?"
"Ah apa Ma?"
"Kamu ngapain bengong?"
"Enggak apa-apa Ma. Banyak yang dipikirin aja. Bukan apa-apa kok."
"Kamu cuti aja. Suruh Damar ambil alih untuk beberapa hari," perintah sang Papa.
Azka menganggukkan kepalanya. Itulah kesempatan ia mencari tahu tentang keberadaan perempuan yang beberapa waktu lalu sempat ia hancurkan.
Apa kabar perempuan itu? Apa kabar tentang percintaan itu? Ah bukan percintaan. Pemerkosaan lebih tepatnya. Saat itu ia tidak menggunakan pengaman dan mengingat bercak darah di seprai miliknya membuat Azka sedikit kesal dengan kejadian itu. Ia benar-benar membenci dirinya yang merenggut perawan perempuan dengan cara kasar. Bahkan untuk pertama kalinya ia bercinta dengan perempuan yang perawan.
"Azka mau ke mana?"
"Udah Ma, aku mau istirahat, jangan ada yang ganggu!"
Ia menghabiskan makanannya tanpa berbincang dengan keluarganya. Ia kembali lagi ke kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat.
Ia menghubungi Damar untuk mengambil alih perusahaan beberapa hari karena ia akan cuti untuk beberapa hari ke depan. Dan memberitahukan tentang perayaan untuk Dimas. Segala urusan kantor ia serahkan pada Damar.
****
"Daddy?"
"Siapa? Kenapa panggil aku Daddy?"
"Daddy enggak sayang sama aku? Daddy tahu enggak, Mommy selalu nangis gara-gara Daddy?"
"Memangnya siapa? Saya belum punya anak, kenapa kamu panggil saya Daddy? Dasar anak kecil aneh,"
"Daddy, ini aku anak Daddy, aku tumbuh sehat sama Mommy,"
"Kalau kamu anak saya, perlihatkan wajahmu. Kamu bukan anak saya,"
"Daddy, kenapa Daddy jahat, hiks,"
"Tidak, kamu pergi. Kamu bukan anak saya,"
"Sayang, pergi sama Mommy yuk. Kamu punya Mommy sayang, Daddy mungkin lagi sibuk," ucap seorang perempuan yang wajahnya tak terlihat.
"Pergi!!!"
Azka terbangun dari tidurnya karena memimpikan anak kecil laki-laki yang terus mengejarnya dan memukulnya. Bersama dengan perempuan yang ia tidak bisa kenali wajahnya karena silau oleh cahaya yang tidak bisa membuatnya menerobos untuk melihat ke arah perempuan itu.
Azka berusaha untuk tidur lagi untuk menenangkan pikirannya yang kalut. Ia memejamkan matanya kembali.
*****
Pagi harinya Azka terbangun karena aroma masakan menusuk hidungnya.
Ia membuka matanya pelan dan merasakan sesuatu melilit di perutnya ia segera berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah. Ia terus saja muntah meski cairan bening yang keluar.
Azka menyikat gigi dan keluar dari kamarnya. Namun sesuatu yang melilit lagi dalam perutnya hingga ia terpaksa membuka pintu dengan keras hingga menciptakan suara gebrakan yang besar.
"Azka, kebiasaan!" Teriak sang Mama.
Namun tak menghiraukan hal itu Azka justru masih muntah-muntah.
"Kamu kenapa sayang? Kenapa muntah? Kamu sakit? Mama telpon dokter sekarang,"
"Ma, masak apaan sih? Baunya menyengat banget. Aku tuh muntah karena nyium bau masakan itu,"
"Hey itu makanan kesukaan kamu. Kamu aneh-aneh aja. Masa lupa sama makanan kesukaan sendiri,"
Azka kembali muntah lagi.
"Kamu istirahat ya,"
Mama membantunya menuju ranjang. Pagi itu benar-benar membuatnya merasa sangat lemas. Ia tidur sambil menutup hidungnya untuk menghilangkan aroma masakan tersebut. Hingga dokter tiba untuk memeriksanya.
"Bagaimana dok?"
"Mas Azka tidak apa-apa kok Bu, mungkin efek kelelahan,"
"Tapi dok, dia itu enggak bisa cium bau masakan yang terlalu menyengat. Dia sudah bolak-balik ke kamar mandi muntah, itu padahal makanan kesukaan dia,"
Dokter tersenyum. Azka duduk bersandar diranjangnya. "Mungkin ini efek ngidam, istrinya hamil. Tapi suami yang ngidam, tapi tenang saja ini wajar kok. Semua saya sudah periksa tapi tidak ada gejala apa pun, saya hanya kasih obat untuk pereda mual,"
Mama mengantarkan dokter itu keluar. Tubuh Azka membatu mendengar ucapan dokter itu, rasanya benar-benar menyulitkan.
"Mama kabar kak Azka gimana?"
"Katanya ngidam. Kamu yang hamil kok dia yang ngidam. Tapi apa benar kakak kamu punya istri ya?"
"Istri apaan? Kalau aku nikah juga pasti ngundang kalian,"
Mama hanya tertawa mendengar ucapan Azka. Namun benar-benar membuat
Azka terganggu dengan pikiran itu. Ia tidak habis pikir dengan hal itu.
Ponsel Azka berdering. Panggilan dari Damar.
"Lo ganggu gue lagi tidur aja,"
"Ada titipan nih. Ada makanan dari adik Dimas. Gue di luar, gue bawain. Karena ini titipan enggak mungkin gue embat walaupun gue lapar.
Karena ini khusus buat lo, makan ya!!! Gue tahu lo kaya Az, tapi hargai usaha orang yang buat makanan ini, tolong!"
"Iya crewet banget lo,"
"Gue titipin sama Bi Jule, gue balik,"
Azka menutup telepon lalu bangun dari tidurnya untuk menuju ke bawah.
"Den, ini makanannya dari Den Damar,"
"Iya Bi, tolong buatin teh ya Bi, saya mau makan,"
Azka duduk di meja makan lalu membuka kotak makan dan menemukan kertas kecil.
'Hay bos, Maaf enggak tahu namanya karena kak Dimas enggak pernah mau ngasih tahu nama bos. Ohya ini sebagai tanda terima kasih aku untuk bapak. Di makan ya pak, kalau suka syukur, kalau enggak suka disungkurin aja pak, dibuang. Ohya pak kapan-kapan main ke rumah, saya buatkan masakan lebih banyak lagi untuk menyambut bapak, salam kenal pak'
Azka tersenyum membaca itu.
"Dasar anak sekarang ada-ada aja,"
Azka mencicipi makanan tersebut. Satu sendok, dua sendok. Namun ia tidak bisa berhenti. Padahal hanya nasi goreng biasa dengan ayam suir dan telur dadar.
"Kak, itu lapar apa doyan?"
Azka terkejut ketika adiknya datang.
"Enak banget ya kak? Tadi makan masakan Mama malah muntah, sekarang makanan orang asing malah lahap banget,"
"Sudahlah. Harusnya kamu bersyukur lihat kakak makan lahap,"
"Ini tehnya den," potong Bi Jule. Azka menyantap makanan itu hingga habis. Ia bahkan merasakan tidak ada tanda-tanda akan memuntahkan makanan itu seperti sarapannya tadi. Azka merasa lebih baik dari sebelumnya. Bahkan ia tidak mual lagi.
Jika ngidam, tidak mungkin. Karena dia belum menikah. Itulah sesuatu ketidakmungkinan yang dipikirkan oleh Azka. Hal mustahil itu tidak akan terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
kiki
emng sih nagita gak tau si dimas kerja d perusahaan mana,
terlalu terburu buru ceritanya
2021-06-13
0
Yanik Bagas
udah pernah ngerasain ngidam ber 2,,dari anak yg ke 3
2021-03-28
0
creamy cappuccino
hahaha persis suami saya pas hamil dulu 😄
saya yg hamil, muntah aja enggak. suami yg beda kota yg mual muntah & bisa kepengen makanan yg sama persis sama saya disaat yg tepat 😄😂
makasih Author! kau mengingatkanku kisah kami dulu hehehe 😘😘
sehat selalu ya, Thor! selamat tahun baru 2021 jg 💕
2020-12-31
2