Sudah beberapa hari kejadian itu seolah terus memutar diingatannya.
Nagita merasa sakit hati dengan kejadian itu dan tidak akan memaafkan mantan bosnya yang telah melecehakannya. Setelah berhenti bekerja ia berjualan dengan modal seadanya di sore hari. Pagi hingga siang ia menjadi sopir angkot lagi. Berbeda dengan kakaknya yang hari ini pergi untuk melalukan tes wawancara disebuah perusahaan ternama di Jakarta.
Ia tidak mungkin mengatakan hal itu kepada sang kakak. Mengingat bahwa orang yang ia miliki adalah kakaknya. Matanya memanas mengingat betapa terlukanya ia dengan kejadian Malam itu. Lagi-lagi matanya mengeluarkan kristal bening yang membasahi pipinya. Ia merenung di teras depan.
"Nagita, kok melamun. Lihat kakak bawa makanan enak hari ini. Kita makan ya!"
Nagita mengangguk dan mengikuti kakaknya masuk ke dalam rumah.
Ia menyiapkan piring, sendok dan juga minuman untuk mereka berdua. Benar-benar beban itu membuatnya merasa tidak pernah baik-baik saja.
Alasan pada kakaknya adalah ia dipecat karena perusahaan tersebut
bangkrut. Dan kakaknya hanya ber-oh ria tanpa berkomentar lebih.
"Kakak di terima di perusahaan itu dek. Sebentar lagi kamu bisa lanjutin kuliah kamu,"
"Ah yang benar kak?"
Nagita begitu riang mendengar kabar bahagia itu.
"Iya, kamu harus kuliah lagi. Kejar apa yang tertunda, kakak akan berusaha untuk lanjutkan pendidikan kamu,"
"Ba-baik kak,"
Nagita hancur, masa depannya hancur. Mahkotanya terenggut seseorang dengan sangat bejat. Nagita seolah kehilangan arah untuk hidupnya.
"Kamu kenapa dari tadi melamun?"
"Aku nungguin kakak pulang, kakak lama banget,"
"Hehehe, kakak harus beli makanan enak untuk adik kakak. Ohya belajar yang rajin. Kakak usahakan tahun ini kamu kuliah, jangan nolak ya dek!"
Nagita mengangguk, tidak mungkin baginya untuk mengecewakan kakaknya.
"Kak Dimas?"
"Iya?"
"Enggak apa-apa. Nagita sayang sama kakak, jangan pernah tinggalin aku ya kak. Apapun keadaannya,"
"Hey, ngomong apa sih. Yang kakak punya hanya kamu, jadi tolong jangan aneh-aneh. Kakak akan bahagiain kamu dengan usaha kakak,"
Nagita mengangguk dan melanjutkan kegiatannya ke dapur untuk membuat gorengan.
"Mau ngapain?"
"Kan buat gorengan, kakak lupa?"
"Enggak usah, kamu terlalu lelah. Cukup narik angkot, setelah kakak gajian kamu enggak boleh kerja lagi!"
"Iya kak,"
Nagita berlalu ke kamarnya. Ia menatap langit-langit kamarnya dan menarik selimutnya menutupi kepala. Ingatannya benar-benar tidak bisa hilang. Ketika membuka mata, ingatannya kembali pada saat lelaki itu menindihnya. Tiba-tiba saja air matanya lolos terjatuh begitu saja.
-----
2 bulan berlalu, Nagita sudah tidak diperbolehkan lagi untuk bekerja. Ketika Dimas berangkat bekerja, ia merasa mual dan segera ke kamar mandi. Cairan bening itu tidak segera usai, sudah tiga hari ia merasakannya. Bahkan ia belum datang bulan hingga saat ini.
Nagita keluar untuk membeli alat tes kehamilan. Dengan perasaan yang hancur ia menuju apotek dan membeli tiga alat sekaligus. Jaga-jaga jika alat tersebut hasilnya berbeda-beda. Karena tidak menjamin untuk hasil akurat hanya dengan satu alat.
Ia kembali lagi ke rumah dan langsung mengeceknya ke kamar mandi.
Karena ada dua garis yang begitu terang, tubuhnya lemas seketika karena itu berarti ia positif hamil. Ia memeluk lututnya dan menangis, hancur adalah kata yang tepat untuk dirinya.
Tiba-tiba saja ia terbangun dengan posisi sudah berada diatas ranjangnya.
"Dek makan dulu ya!"
Nagita menggeleng.
"Kenapa? Nanti kamu sakit,"
Nagita menggeleng. Justru terbangun dan langsung memeluk kakaknya dan meminta maaf dengan penuh rasa sesal di hatinya.
"Kakak sudah lihat, kakak sakit hati lihat benda itu. Dek, kenapa kamu enggak pernah bilang? Siapa yang melakukannya? Selama ini kamu belum pernah pacaran,"
Ia mameluk tubuh kakaknya dengan perasaan sakit dan tubuhnya bergetar hebat. Ia mendegar isakan kakaknya. Ia tahu kakaknya sangat kecewa padanya. Tapi apa yang bisa dilakukan, selain menerima kenyataan itu.
Setelah ia menceritakan semuanya dengan rinci. Dimas memeluk tubuhnya penuh sayang.
"Kita rawat, jangan digugurin itu dosa besar sama halnya dengan bunuh dia. Kakak akan rawat dia dan kamu, rumah kita nanti akan ada suara tangis bayi, kamu akan jadi Mama Muda," ucap Dimas di sela-sela rasa sakitnya.
"Kakak yakin?"
"Bagaimanapun juga ia adalah milikmu. Kita akan rawat. Kamu tetap di rumah jangan ke mana-mana. Seluruh kebutuhan kamu kakak yang penuhi, apa pun yang kamu minta akan kakak belikan, makanan apalah pokoknya kamu harus ngomong, oke!"
Nagita mengangguk.
"Sekarang kamu makan, terus istirahat. Jangan pikirkan apapun itu."
Ia mengangguk lagi dan makan. Malam itu ia merasa sesak di dadanya. Tidak sadar bahwa tadi ia menangis hingga pingsan selama itu di kamar mandi. Sudah begitu banyak beban yang ia berikan kepada kakaknya dan kini harus menanggung beban lebih berat lagi. Yaitu mengandung bayi yang sama sekali tidak pernah diharapkan kehadirannya yang hadir karena sebuah kesalahan dan harus lahir ke dunia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Nuri Maulidia
pst krj dtmpt bos ny dulu
2023-10-21
0
Zнҽχу
Sedih cok nagita, raffi ahmad ini memang kok, ga bertanggung jawab🤣
2021-06-15
0
💕febhy ajah💕
baru mampir ehhhh disuguhkan dengan cerita yg bikin nyesek. lanjut dan like nga prnah ketinggalan.
2021-03-30
0