Setelah makan malam bersama lewat begitu saja. Suasana hati Azka kembali lagi seperti es batu. Bahkan Nagita hanya tersenyum kecut mengingat kejadian semalam yang membuatnya terheran-heran karena sikap bosnya yang cukup mengejutkan.
Hari ini pukul tujuh malam. Suasana kantor sudah sangat sepi. Tapi tidak dengan ruangan Azka.
"Pak, saya permisi pulang ya?"
Azka hanya menoleh. Ia ingat permintaan Azka untuk menemaninya jika lembur dengan iming-iming gaji di naikkan.
"Gajimu saya potong,"
"Kampret, mana perut gue lapar lagi," gerutunya pelan.
"Saya dengar Gita, sebentar lagi saya akan selesai. Jadi tolong tunggu di sini sebentar saja!"
"Iya pak."
Nagita hanya scroll ponselnya berkali-kali. Ponsel pertama yang dapat ia beli dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Sebelum diterima bekerja diperusahaan sebesar ini. Dulu ia merupakan seorang sopir angkot bersama kakaknya. Mengingat itu membuat Nagita sedikit mengernyit. Hidup dalam keadaan sulit.
"Ayo pergi!" Nagita menoleh ketika mendengar suara tersebut. Ia pun beranjak dari tempat duduknya.
Sudah hari ketiga ia menemani bosnya ini di kantor hingga larut malam.
Mereka berada di dalam lift hanya berdua. Nagita menjauhkan langkahnya dari Azka.
"Kenapa Gita? Kamu menjauh dari saya, kamu mikirnya saya akan perkosa kamu, gitu?"
"Pak saya enggak pernah berpikiran seperti itu lho ya, saya hanya berpikir kenapa harus saya yang nemenin Bapak itu makan malam?" Protes Nagita.
"Itu karena kamu karyawan saya yang enggak pembangkang. Jadi nurut aja kenapa sih?"
Nagita memutar bola matanya bosan dengan jawaban itu.
Mereka tiba di parkiran kantor. Dengan langkah sedikit malas ia tetap masuk ke dalam mobil dan memainkan ponselnya di samping Azka.
"Lepas ponselmu atau saya banting!"
"Memangnya bapak mau ganti rugi?"
"Segudang juga saya beliin model yang kayak gitu. Tapi kamu lagi sama saya, jadi tolong kamu hargai saya di sini. Kalau mau pacaran, nanti aja. Lepas enggak ponsel kamu!"
"Galak banget sih pak? Masih untung saya mau nemenin bapak. Saya lagi main game, jadi jangan mikir saya pacaran." Jelas Nagita.
Ia meletakkan ponselnya dan memandang ke arah luar jendela mobil. Kota Jakarta selalu saja sepertu ini malam hari, 24 jam tidak pernah sepi. Selalu ada saja kendaraan yang berlalu lalang. Ia ingat kembali bagaimana perjuangannya narik angkot dulu.
"Gita, kamu kenapa melamun?"
"Saya hanya teringat dulu saya pernah jadi sopir angkot sebelum kerja di perusahaan bapak," suara Nagita parau. Ia juga tiba-tiba melontarkan ucapan itu kepada Azka. Padahal tiada orang yang tahu tentang masa lalunya yang menyakitkan.
"Serius? Kamu jadi sopir?" tanya Azka.
"Maaf pak. Saya keceplosan, oh ya pak saya berterima kasih untuk karena telah di izinkan bekerja di kantor bapak. Saya janji akan terus berusaha belajar dari kesalahan, Pak."
Laki-laki itu tak bergeming. Hanya fokus menyetir tanpa peduli dengan apa yang Nagita katakan.
Tiba di sebuah restoran Jepang. Nagita mengedarkan pandangannya karena untuk pertama kalinya ia masuk ke restoran mewah seperti sekarang ini. Ia kagum dengan restoran ini. Besar dan juga begitu indah, tidak membosankan.
Mereka berdua duduk dan seorang pelayan menghampiri mereka dan memberikan buku daftar menu.
Nagita yang tadinya kagum kini harus menelan ludah dan membuka tasnya untuk menghitung jumlah uangnya.
"Sialan, harganya mahal. Bisa dipake makan selama seminggu hanya untuk satu menu doang" gumamnya.
Ia meletakkan buku daftar menu.
"Pesan apa?"
"Bapak aja yang makan, saya sudah kenyang pak. Tadi udah makan di kantor," ia mengelak padahal dirinya sudah sangat lapar. Namun melihat daftar harga yang tertera membuatnya berpikir seribu kali untuk membeli makanan tersebut.
"Pesan, saya yang bayar,"
"Hehehe enggak usah pak," ia menelan ludahnya sendiri.
Beberapa saat kemudian Azka memesan makanan pada pelayan dan sekitar 5 menit kemudian makanan begitu banyak tertata di meja makan.
"Makan!!! Saya enggak mau kamu protes lagi,"
Nagita menyeringai dan menyantap makanannya dengan sangat lahap.
"Dasar perempuan rakus gitu,"
"Daripada sia-sia kan," jawabnya tidak peduli dengan ucapan 'rakus' yang menjurus kepadanya.
Selesai makan malam. Mereka berdua dari restoran dan pulang. Nagita yang selalu menolak di antar ke rumahnya. Selalu turun di tempat yang terbilang berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya.
Ketika sedang berjalan dan merapikan pakaiannya.
Bruuugh
Tiba-tiba badannya bertabrakan dengan laki-laki yang tiba-tiba saja berhenti di depannya.
"Bapak apa-apaan sih berhenti mendadak gitu?"
Ia menoleh ke salah seorang perempuan yang begitu cantik dan seksi.
"Jadi ini selera kamu Azka? Sudah turun semenjak aku pergi dari kamu?"
"Tutup mulut kamu wanita jalang!"
"Setidaknya aku pernah membuatmu jatuh cinta."
Seketika tangan Nagita ditarik oleh Azka dan ia berusaha menyeimbangi langkah pria itu hingga mobil. Seketika raut wajah pria itu berubah menjadi penuh emosi. Dan Nagita hanya diam tanpa berani bertanya perempuan itu siapa?
Ketika mereka pergi tadi. Sekarang mereka tiba di salah satu club.
"Ini tempat apa?"
"Temani saya!"
"Tapi pak saya ngeri sama tempat ini,"
"Ada saya, kalau kamu enggak ikut. Mulai detik ini kamu saya pecat."
Nagita hanya mengikuti perintah itu. Ia benar-benar butuh pekerjaan itu untuk biaya hidupnya sehari-hari dan tabungannya untuk melanjutkan kuliahnya.
Ketika berada di dalam Nagita hanya geleng-geleng dan telinganya terasa sakit karena suara bising itu menembus gendang telinganya.
Beberapa orang menggodanya akan tetapi ia berusaha menolak dengan sebaik mungkin. Azka yang berada di depannya kini sudah mabuk berat.
"Pak kita pulang." Nagita berusaha membantu Azka berjalan menuju mobilnya. Ia akan mengutuk pria ini karena telah menyusahkannya. Hingga di dalam mobil a menggerutu karena tidak tahu ke mana akan mengantarkan pria ini. Ia pun berinisiatif menghubungi Damar untuk menanyakan alamat lengkap Azka.
Setelah mendapatkan alamat lengkap tersebut. Ia segera melaju ke alamat yang diberitahukan oleh Damar.
Ia berhenti di salah satu apartemen mewah di pusat kota.
"Pak tolong bantu saya bawa pria sialan ini ke kamarnya, bantu saya pak, pinggang saya hampir copot karena nahan badan dia yang berat banget pak."
Kedua security itu langsung membantunya untuk ke kamar milik Azka.
"Terima kasih pak,"
Nagita kembali membawa Azka masuk ke kamarnya. Ketika berada di kamar justru Azka menarik tubuhnya dan melumat bibirnya dengan kasar. Nagita terkejut dan mendorong tubuh Azka. Namun lagi-lagi tenaga Azka lebih besar darinya hingga tubuhnya di dorong hingga terlempar di ranjang. Dan tubuh itu langsung menerjang dirinya.
Nagita memberontak, dengan air mata yang sudah tidak bisa ditahan lagi. Ini suatu musibah yang ia tidak pernah bayangkan akan terjadi.
"Ingat jalang, kau pernah memberikan tubuhmu pada pria yang bersamamu tadi,"
"Pak sadar pak, ini saya Nagita,"
"Jangan mengelabuiku, Nagita itu tidak secantik kamu. Dia hanya perempuan polos yang tidak tahu apa-apa."
Bibirnya kembali dilumat paksa oleh Azka. Kedua tangannya terkunci hanya dengan satu tangan Azka, sedangkan tangan pria itu bergrilya di dalam kaosnya. Sedangkan kedua pahanya dibuka hingga sepenuhnya ia tidak bisa menolak.
Nagita benar-benar merasa malu saat tidak ada sehelai benangpun menempel di tubuhnya. Lagi-lagi serangan itu secara kasar mengunci tubuhnya. Dari ciuman, menurun hingga gundukan kenyal itu dimainkan oleh lidah Azka hingga membuat Nagita tak bisa melawan.
Tiba saatnya penyatuan itu dilakukan. Nagita menangis beberapa kali saat Azka mencoba menerobos memasukinya. Nagita yang merasakan sakit dibagian kewanitaannya hanya bisa pasrah. Bukan berarti ia tidak melawan, akan tetapi tenaganya sudah habis ia gunakan untuk perlawanan diawal.
Ia meringis kesakitan saat milik Azka sudah benar-benar masuk sepenuhnya ke dalam dirinya.
"Sayang kau perawan sayang. Berarti aku adalah pria pertama yang melakukan ini sayang. Terima kasih telah menjaganya untukku, Deana."
Jantung Nagita mencelos bagaikan dipukul bertubi-tubi. Kehormatan yang harusnya ia jaga dengan baik kini telah direnggut oleh orang yang sama sekali bukan suaminya bahkan bosnya sendiri tega melakuan hal itu.
Andai ia tidak mau menemani bosnya. Andai ia tidak mengantarkan Azka masuk ke apartemennya sendirian. Semua itu hanyalah penyesalan.
Hingga dipuncak pencapaian, Nagita merasakan bahwa Azka mengeluarkan spermanya di dalam. Setelah percintaan panas itu usai, Nagita merutuki dirinya dan melihat ke arah sampingnya.
-----
Keesokan harinya
Ia terbangun terlebih dahulu dan mengenakan pakaiannya yang berserakan.
"Mau pergi?" Suara parau itu mengejutkan Nagita dan tangannya ditarik hingga berbaring lagi di samping pria itu. Andai saja ia tidak lelah, tentu tidak akan tidur dan langsung pulang. Akan tetapi ia merasa sangat lelah hingga ia ketiduran.
"Pak saya mau pulang."
Nagita menangis setelah mengingat kejadian semalam. Dan berusaha bangkit dari pelukan pria itu.
"Nagita!!!" Teriak pria itu terkejut. "Apa yang terjadi?"
Nagita mengernyit setelah pertanyaan itu.
"Nagita, apa saya yang perkosa kamu semalam?"
Nagita hanya mengangguk. Dan pria itu beranjak dari tempat tidurnya.
"Ini ada cek senila 5M kamu cairin, tapi tolong kamu berhenti dari perusahaan saya dan anggap ini tidak pernah terjadi."
Mata Nagita memanas. Tiba-tiba air matanya terjatuh dan mengambil cek tersebut lalu merobeknya. "Terima kasih atas hinaan anda tuan. Saya pergi dan saya keluar dari perusahaan anda."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
pabaliut lieur macana, delete history
2022-05-15
0
Ratna Ntunanacyanx Dyacllou
ikuti alur nya .. gpp mirip dikit diawal mga kbwah nya lebih wOw smngat author..
2021-03-21
0
Lyla Achmad
dibaca aja dulu ceritanya guys... kasihan autornya ☺️
2021-01-30
0