Sore itu, di resto semua orang menatap Anindiya, seorang gadis yang menolak cowok tampan diatas panggung yang sekarang berhadapan dengan cowok yang terkenal dingin.
Gadis itu hanya menatapnya kemudian melangkah pergi meninggalkan Mo Ryung tanpa berkata apa-apa.
"Kak..." sapa Jung Su, yang hanya mendapat tatapan dari kakaknya. Kemudian ia berlari mengikuti Anin keluar resto yang kemudian diikuti Lia.
Tepat didepan mobil Lia, Anin dipanggil Jung Su. Laki-laki itu berjalan mendekati Anindiya.
"kalian masih bertengkar?" tanya Jung Su kemudian tapi tak mendapat jawaban apa-apa dari Anin.
"kita pulang Lia..." ajak Anin ketika melihat Lia berada di belakang Jung Su. Yang membuat Jung Su menoleh dan mereka saling senyum sebagai ganti sapaan.
Anin dan Lia segera masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan pulang mereka. Dada Anin tiba-tiba sesak dan ia tertunduk.
"kau tak apa?" tanya Lia sesekali melihat Anin.
"aku tak apa Lia, cuman dadaku sedikit sesak melihat kak Ryung tadi." Jawab Anin
"kak Ryung... apa aku gak salah denger?" tanya Lia yang tiba-tiba menghentikan mobilnya.
"hati-hati Lia..." kaget Anin "untung jalanan sepi."
"maaf-maaf," kata Lia seraya mengatur nafasnya. "kau nyebut apa barusan, kak Ryung." lanjut Lia setelah meminggirkan mobilnya
"ya... kak Ryung... Mo Ryung, dia suamiku." jelas Anin ke Lia yang membuat mata Lia terbelalak.
"maksudmu tuan Mo... tuan Mo cowok dingin itu? tuan Mo yang sok itu."
"iya Lia, tuan Mo.. Ceo kita yang kamu benci itu."
"bagaimana bisa? tapi... tadi kalian bertemu kok biasa aja."
"nyatanya bisa Li.. udah pulang yuk." ajak Anin.
Sepanjang perjalanan, tak ada suara sedikitpun diantara mereka. Anin menyandarkan kepalanya ke bangku dan memejamkan mata. Seakan ingin melepas semua beban yang dipanggulnya.
"Udah nyampe Nin..." kata Lia menyadarkan Anin. Gadis itu hanya menatap keluar jendela mobil dan mengambil nafas panjang. "kau baik-baik saja?"
"aku baik Lia.. tenang saja." Jawab Anin nyantai seraya mengambil tas nya.
"Nin... jangan dipendam sendirian, meskipun aku tidak bisa memecahkan masalah kamu setidaknya aku pendengar setia atas semua keluhmu."
"thax Lia, aku balik dulu."
***
Di restoran, Jung Su yang tadi menghampiri Anin, ia masuk kembali kedalam resto dan duduk bergabung dengan kakaknya yang sudah di ruang VIP.
"kakak masih bertengkar sama Anin?" tanya Jung Su memecah keheningan Mo Ryung.
"bukan urusanmu Jung." Jawab Ryung pendek
"bagaimanapun dia temanku kak..."
"Mo Jung Su..." Panggil Ryung dengan nada yang agak tinggi yang membuat Jung Su terdiam. "setelah ada dia, emosiku tak terkendali Jung." sambung Mo Ryung setelah mengambil nafas panjang. "lebih baik kita pulang."
***
Taman rumah Mo Ryung tampak cantik sekali, dengan hiasan lampu yang tak begitu terang hingga bisa memunculkan ketenangan dihati yang melihatnya.
"sayang" teriak seorang perempuan paruh baya berada di kursi taman bersama seorang laki-laki berjas hitam. Ia adalah ibu Mo Ryung dan Pak Bimo.
"mama.... kapan datang?" sambut Anin yang langsung memeluk mertuanya dan mencium tangan serta pipi mertuanya yang cantik itu.
"dari mana sayang?"
"ehm... jalan-jalan ma." Jawab Anin "kok diluar?" alih pembicaraan Anin.
"Ryung mana?"
"Kak Ryung... "
"udah gak usah bahas dia, mama lapar. masakin sesuatu buat mama ya! Jung Su bilang masakan menantu mama ni sangat enak." Puji Mama seraya melangkah masuk rumah
"Jung Su berlebihan ma.." kata Anin sambil mengambil beberapa sayuran yang ada di lemari es.
"mama...." teriak Jung Su yang melihat mamanya datang dan langsung memeluk mama kesayangannya.
"kejutan... " teriak mamanya seraya membalas pelukan putra bungsunya.
"ada perlu ma?" sahut Mo Ryung yang barusan masuk.
"emang mama kesini, harus ada perlu dulu ya! mau makan sekalian..." tawar mama
"mau banget ma..." jawab Jung Su yang sudah duduk disamping mamanya sedangkan Mo Ryung langsung masuk kamar.
"Nin... suamimu masih kayak gitu ya?" Tanya mama yang hanya dijawab senyuman sama Anin.
"Apa ni artinya? masih sama apa gak berubah?" kata mama yang membuat gelak tawa Anin dan Mo Jung Su.
"itu kan sama aja ma..." celoteh Anin yang masih tertawa.
Tak lama kemudian masakan Anin pun matang. Jung Su dan mama melahapnya tanpa ampun. Wajah mereka begitu sumringah dan terkadang celoteh-celoteh kecil dari Jung Su keluar yang di imbangi Anin.
"Kau benar Jung, enak banget. Udah cantik jago masak pula.... " puji mama Mo Ryung yang membuat Anin tersipu. "Sayang... Gimana anak mama? Hebat gak?" tanya mama Mo Ryung menanyakan kejantanan putranya.
"Kak Ryung hebat banget ma... Tapi sayang kalo ke karyawan suka seenaknya sendiri."
"Kok karyawan?" kening mama Mo Ryung mengkerut. Lalu beliau mendekati Anin dan berbisik " itu loh sayang, saat diranjang gimana anak mama hebat kan?"
Anindiya cuma senyum malu, bagaimana ia harus menjawab kalo belum melakukannya.
"Wah... Pasti hebat kan? Moga iya biar mama bisa langsung nimang cucu." harap mama Mo Ryung
"oya Jung... Anterin mama ke dokter Ridwan ya, mama mau ngecek kandungan kakak kamu."
"Siap mam..."
"Sudah hampir empat bulan kan sayang?"
"Iya ma, ke dokter ngapain ya ma?"
"Cek kandungan kamu, Apakah sudah ada tanda-tanda apa belum?"
Mengecek kandungan??? Apa maksudnya? tanda tanda apa? Apa mengecek kesuburan, tapi aku kan belum disentuh suamiku masak orang lain yang akan menyentuhnya terlebih dahulu... Aduh gawat ini... Atau pake USG... Aduh... Aku harus gimana nih... Yang bener yang mana nich? Gak mungkin lah klo punyaku dilihat orang lain lebih dulu. Khawatir Anindya.
"Maksudnya apa ya ma?" tanya Anin ragu.
"mama sich kurang faham sayang, tapi mama dulu nama nya histeres... Aduh apa ya?"
"Histereskopi itu loh nin memasukkan selang tipis yang ada kameranya ke rahim."
"Apa?" teriak Anin yang membuat kaget mama dan Jung Su. "Berarti masuk ****** ku dong ma?"
"Ya iya sayang... Emang mau masuk mana? Lagian khan sudah dibuatin jalan oleh Mo Ryung." kata mama sedikit ketawa
"Itu dia masalahnya ma.. Kak Mo belum buatin jalan itu." kata Anin kelepasan omong pada mamanya dan sesegera mungkin ia menutup mulutnya.
"Apa maksudmu nak?" tanya mama dengan memegang dadanya. "Jangan bilang klo Mo Ryung belum menyentuhmu."
Anin hanya terdiam tak bisa berkata apa-apa, melihat reaksi Anin, tiba-tiba mama merasa dadanya sesak dan pingsan.
"Ma... Ma..." teriak Anin dan Jung Su.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Tika
Cerita nya bagus Thor, saya suka,,, saya suka
2020-08-25
0
lita kurnia
semangat Thor... bagus ceritany
2020-07-18
0
⭐Nda 1-2⭐
seruuuu thorr... ayooo semangat
2020-05-11
0