Mantan Kekasihnya

Matahari sudah bersinar dengan terik saat Anin mendengar dering ponselnya. Dengan mata yang masih terpejam ia mengangkatnya.

"halo..." jawab Anin dengan suara yang serak khas orang bangun tidur.

"halo... Anin... keluar yuk, aku penat nich dirumah melulu." Ajak Lia

"keluar kemana? pagi-pagi buta gini?"

" halo...." kaget Lia hingga berteriak. "pagi dari mana? ni udah siang cantik... buka matamu dulu sebelum bicara."

mendengar Lia, kemudian Anin terperanjat dari tempat tidur dan membuka tirai jendela. "ya Tuhan..."

"buruan mandi ... bentar lagi aku jemput! sharelok rumah kamu. oke."

Setelah menutup ponselnya, Anin segera bersih diri. Gadis manis yang suka banget rambutnya dikuncir kuda itu memakai celana dan jaket jeans kebanggaannya lalu segera keluar kamar.

"selamat siang nak!" sapa Pak Bimo yang duduk santai di sofa seraya mengawasi cleaning service yang bersih-bersih rumah Mo Ryung.

"Siang pak..." Jawab Anin dengan melangkah mendekati pak Bimo. "aku mau keluar bentar pak."

"sudah izin nak Ryung?" Tanya Pak Bimo yang takut kejadian kemarin malam terjadi lagi.

"nanti aku WA." jawab Anin dan melangkah pergi.

Lia yang dari tadi menunggu didepan rumah Anindiya akhirnya keluar dari mobilnya. Ia menyambut sahabatnya yang baru saja keluar dari rumah.

"sorry... lama ya..." kata Anin sambil memeluk Lia.

"gak papa." Jawab Lia. "kamu kenapa Nin.. mata kamu kok kayak panda gitu?" tanya Lia yang melihat mata panda sahabat yang ada di depannya.

"ngobrol disini... apa sambil jalan?" tawar Anindiya

"oke-oke tuan putri... kita jalan." ledek Lia yang langsung masuk mobil dan tancap gas. Lia membawa mobilnya menuju pantai. Ya sekitar 2 jam perjalanan dari rumah Anindiya.

"kamu kenapa Nin?"

"Kemarin aku gak bisa tidur... baru dini hari tadi tidur. Capek sebenarnya aku Lia." Jawab Anin sambil bersandar lelah di bangku mobil.

"ow... tidur aja kalo gitu nanti klo dah nyampe aku bangunin." Saran Lia gak enak hati, ia gak berani tanya macam-macam pada Anin. Terlihat jelas gadis disampinya itu sangat lelah.

Akhirnya mereka sampai di pantai yang bisa dibilang cukup ramai. Banyak Anak-anak yang bermain bersama orang tuanya dan banyak juga pasangan muda mudi yang datang.

Lia yang turun dari mobil, mengambil nafas panjang dan merentangkan kedua tangannya.

"Akhirnya... Pantai aku datang!" teriaknya sambil berlari meninggalkan Anin yang berjalan dibelakangnya.

Anin berjalan perlahan dan melihat Lia yang sedang berlari kesana-kemari bermain air. Sekali-kali Lia melambaikan tangannya ke Anin seakan mengajak Anin untuk bergabung.

Mereka berdua menikmati bermain di pinggir pantai tanpa menghiraukan matahari yang ada di atas tepat di kepala mereka.

Karena lelah dan hari pun mulai petang, Anin merebahkan dirinya diatas pasir putih dan langsung diikuti Lia.

"ha... leganya Nin, beberapa hari ini kerja rodi kita terbayar." celoteh Lia. "laper... makan yuk!"

Mereka berdua bersih diri dan segera keluar dari pantai menuju restoran yang tak jauh dari sana. Sesampai disana Anin dan Lia langsung makan dengan lahapnya apalagi Anin yang dari pagi belum sarapan.

"ehm... mantap Lia kamu pilih resto nya." kata Anin sambil makan.

"ni resto kesukaan pak Mo Nin, kalo gak enak ya rugi." kata Lia yang membuat Anin terkaget.

"Mo Ryung suka?"

"yup, ni salah satunya. Kepala divisi sering rapat disini. Tunggu-tunggu, kok kamu panggil Pak Mo dengan namanya?"

"oh.. ya, lupakan" jawab Anin yang masih mengunyah makanannya.

"oh ya... Bram kelihatannya suka banget sama kamu Nin?" kata Lia mengalihkan pembicaraan. Tapi Anin cuma mengangkat kedua bahunya dan terus menghabiskan makanan di piringnya. "beneran Nin... dia udah..."

"gak mungkin Lia, lagian aku sudah bersuami." potong Anin nyantai yang membuat Lia tersedak dan terbatuk-batuk mendengar perkataan Anin. "pelan-pelan Lia..." kata Anin yang langsung duduk disamping Lia dan menepuk-nepuk punggungnya.

Lia langsung menarik tangan Anin dan memeriksa jari jemari gadis manis disampingnya.

"Jangan main-main Nin?" khawatir Lia, karena ia dan Bram telah menyiapkan kejutan buat Anin. "Mana cincinnya?" Tanya Lia saat tak ada cincin pernikahan di jari Anin

"emangnya harus ada cincin?" tanya Anin yang hanya dijawab anggukan Lia yang masih kaget. "aku taruh dirumah, takut hilang."

"beneran kamu Nin? kok kamu gak bilang sich? kamu serius?"

Sebelum ada jawaban dari Anin. Tiba-tiba sebuah video di putar tepat di panggung yang ada di depan ruangan yang berada tepat di depan meja Anin.

"Ini untukmu Anindiya Putri Mathew..." kata seorang laki-laki.

Suara sapaan itu tak asing bahkan terdengar sangat dikenal Anin. Itu suara Bram, mantan kekasihnya.

Video itu menampilkan foto-foto kebersamaan Bram dan Anin waktu di Malang dulu, saat mereka masih bersama. Kenangan manis itu mengingatkan Anin segalanya tentang Bram, kebaikan Bram, perhatian Bram dan cinta cowok romantis itu.

Terpopuler

Comments

⭐Nda 1-2⭐

⭐Nda 1-2⭐

hadeuhhh....
harusnya dr awal nin bilang klo udh bersuami 🤔

2020-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!