Siapa dia?

Pagi ini tak secerah biasanya, mendung menghiasi langit yang membuat Mo Ryung enggan melepaskan pelukan pada Anin yang masih tertidur lelap.

Bagaimana tidak semalaman ia tak bisa tidur dengan nyenyak jantungnya terus berdebar tiada henti.

Mo Ryung mencium kepala Anin, yang membuat gadis ini menggeliat mendorong badan disampingnya. Mo Ryung tak berkutik sekalipun ia masih berada disamping Anin dan menatapnya.

"Pagi.... Gak mau buat sarapan untukku?" kata Mo Ryung yang masih melihat Anin mengusap matanya.

"gak... Aku ngantuk... Gara-gara kakak tidur seperti itu, aku malah susah tidur." kata Anin asal yang langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dan bergegas lari ke kamar mandi.

"Jadi itu salahku?" teriak Mo Ryung dengan menyeringai. Lalu Mo Ryung berdiri dari tempat tidurnya dan menghubungi pak Bimo.

"Pesan sarapan seperti biasa di restoran dekat kantor. Aku dan Anin akan sarapan disana."

"Baik tuan."

Setelah selesai bersih diri dan memoles wajahnya dengan make up tipis, Anin langsung turun ke bawah menyiapkan roti bakar dan kopi untuk suaminya.

"Maaf nyonya... Tuan sudah booking tempat untuk anda dan tuan sarapan." Jelas Pak Bimo yang melihat Anin mengoles roti dengan mentega.

"Pak Bimo kan udah berulangkali aku bilang, jangan panggil nyonya. Panggil Anin aja." pinta Anin kemudian pergi duduk manis di ruang tamu menunggu Mo Ryung.

"Hai kakak ipar...." sapa Jung Su. "Kok gak ada sarapan." Jung Su kecewa karena pagi ini ia ingin banget makan masakan Anin. "Waduh... Mulai malas ni kakak iparku."

Anin mengambil koran yang ada didepannya dan melemparnya ke Jung Su. "Emang kenapa kalo males ha..." Anin berdiri dan menghampiri adik iparnya yang manyun.

"Aku laper Nin....aku mau pulang males, jadi langsung kesini."

"Emang dari mana?"

"Aku dari Johor langsung kesini."

"Sudah selesai urusan di Johor?" tanya Mo Ryung menuruni tangga dengan menggunakan jas hitam kesukaannya dengan membetulkan jam tangannya. Ia terlihat begitu menawan dan benar-benar tampan.

Anin baru kali tersadar, bahwa dari sudut pandang manapun suaminya benar-benar tampan.

Kurang apa coba suamimu Nin... Sudah baik, pengertian, tampan pula... Berkah Tuhan dari mana yang kau dustakan Nin... Tuhan mengganti orang yang kamu sayangi dengan orang yang sangat sempurna seperti itu.

Entah apa yang dibicarakan kakak beradik itu, Anin tak mempedulika, ia hanya melihat gerak gerik suaminya dan teringat pelukan semalam.

"Anin... Ayo berangkat keburu siang."

Suara Mo Ryung memecahkan lamunan Anin.

"Mikir apa kamu?" senggol Jung Su yang melihat Anin begitu aneh. "Semalam kurang ya..."

"Ngomong aneh lagi, ku hajar kau Jung." greget Anin pada Jung Su yang berlalu pergi mengikuti Mo Ryung.

Mereka bertiga berangkat menuju restoran yang tak jauh dari kantor Anin, setiba disana semua sudah tersedia. Anin menyelesaikan sarapannya dengan cepat dan ia meninggalkan restoran tanpa menunggu Mo Ryung dan Mo Jung Su.

"tunggu kita kali... Nin!" pinta Jung Su yang mulutnya masih penuh makanan. "lagi pula kantor kita kan sama."

"Aku akan mengantarmu ke kantor." pinta Mo Ryung

"Aku harus menyiapkan segala sesuatunya." jawab Anin dan berlalu pergi.

Apa maksud Jung Su kantor kita sama, apa mereka bekerja di Star juga.

Setiba di kantor, Anin sudah ditunggu Bram untuk mempersiapkan presentasinya di ruang meeting. Bram membantu segala sesuatu yang diperlukan Anin.

"Apapun yang terjadi hari ini, itu sudah usaha terbaikmu." Kata Bram memberi semangat pada Anin.

"Makasih kak Bram... Sepertinya ni masa yang sangat sulit." cengir Anin

"Bukannya aku nakuti kamu Nin, klo CEO sendiri yang turun tangan projek ni, berarti projek ni sangat penting bagi perusahaan."

"Bagaimana tidak.... Satu M... " celetus Anin dengan cengiran khasnya. Yang membuat Bram tertawa melihat ekspresi wajah gadis itu yang sangat lucu.

Tak lama kemudian, beberapa orang berjas hitam masuk. Dan salah satunya membuat Anin begitu kaget. Betapa tidak, ia berjalan santai dengan memasukkan salah satu tangan di kantong, itu adalah khas perilaku suaminya.

"Pagi semua..." sapa Mo Ryung dengan suara dingin tak seperti di rumah. Mendengarnya Anin tak menjawab dia hanya menatap dan tak bergeming sedikitpun. Hingga Bram yang ada disebelahnya menyenggolnya agar ia berdiri.

"Bisa kita mulai." Mo Ryung tanpa basa basi langsung ingin mendengar presentasi Anin.

Anin yang sedari tadi hanya menatap Mo Ryung tanpa bergerak sedikitpun akhirnya di senggol oleh Bram. "Nin..." tetap tak ada respon.

"Maaf nona...." kata Mo Ryung

"Anindiya." sahut Bram sambil menyenggol tubuh Anin agar beranjak.

"Nona Anin...." panggil Mo Ryung seakan tak mengenalinya.

Apa laki-laki didepanku ni Mo Ryung? Apa hanya mirip... Tapi dari perawakan, gayanya dan suaranya itu persis Mo Ryung. apakah benar ia suamiku... Yang duduk di depanku, di kursi CEO yang terkenal kejam itu? Tapi suamiku adalah orang yang lembut.

siapa dia?

Terpopuler

Comments

⭐Nda 1-2⭐

⭐Nda 1-2⭐

bhuahahaaaa 🤣🤣🤣

2020-05-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!