Semua mata para tetua dan warga desa tertuju ke arahku, tampak penasaran dan tidak percaya. Banyak warga desa yang mengikuti acara pelasan murid Akademi Bunga Hijau, entah itu warga biasa ataupun para wali murid. Semua berkumpul di halaman tengah akademi, murid-murid dari tingkat awal sampai tingkat akhir, bahkan ada beberapa alumni juga ikut dalam kumpulan tersebut.
Mataku jauh memandang, mencari sesosok orang yang kukenali dan bertanya apa yang sedang terjadi. Kenapa semua orang memandangiku. Tapi tak kutemukan seorangpun yang kukenali. Walaupun rata-rata adalah warga desa, namun sekali aku membalas tatapannya mereka memalingkan wajah. Cukup aneh bukan.
Tampak Saigiri dengan bebasnya berjalan ke depan tanpa peduli sama sekali dengan tatapan tersebut. Akupun sedikit menarik kerah bajunya, mengisyaratkan agar jangan terlalu jauh dariku.
“Eh, ada apa Kak?” Tanyanya bingung.
“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, ada apa ini? Kenapa semua memandangiku dengan tatapan aneh.” Bisikku sangat pelan.
“Huh? Kakak sungguh aneh, itu karena...” Jawab Saigiri seraya menatapku lucu.
Tiba-tiba ada seorang menepukku dari belakang. Aku dibuat terkejut karenanya.
“Si-siapa?” Kataku terbata-bata.
“Apakah setelah bertempur bersama pasukan markas pusat membuatmu melupakan ayahmu sendiri!” Ucap seseorang tadi agak kesal. Karena kekesalannya tadi kini tangannya tengah menarik kupingku.
“Ouch! Maaf ayah aku tidak sadar.” Ujarku seraya berusaha melepaskan tangannya.
“Sekarang sudah berani membantah ayah?!”
“Sudah-sudah, diawasi banyak orang lho. Apa kalian tidak malu.” Ucap Saigiri menengahiku dengan ayah.
Kami bertiga akhirnya melanjutkan langkah. Di tengah ribuan warga yang menyaksikan ada para senior sudah berjejer rapi. Tak lupa dengan guru-guru pengajar, bahkan Pak Abercio, yang mendapatkan sebutan guru termalas di Akademi Bunga Hijau ikut berbaris malas.
Ayah menyuruhku untuk berkumpul dengan para kandidat yang akan dipromosikan ke markas pusat, Akademi Teratai Ungu. Di paling ujung tampak wajah yang tak asing lagi, dialah Senior Hans dan deretan murid peringkat 10 besar.
“Lama tak jumpa.” Sapa Senior Hans.
“Hehehe, iya Senior.” Anggukku sopan.
“Janganlah seperti itu, di sini kita akan sama-sama dipromosikan ke markas pusat. Jadi sudah tidak ada lagi senior dan junior. Nantipun kita akan sama-sama memulainya dari nol kembali.” Katanya.
“Benar apa yang dibicarakan oleh Hans, anggaplah kita para seniormu sebagai kawan seperjuangan.” Ujar Senior Son ikut dalam diskusi kecilku dengan Senior Hans.
“Kalau begitu baiklah kakak-kakak senior.”
“Bukannya sudah kubilang jangan panggil kakak senior lagi, panggil saja aku Son, dan dia Hans.” Ucap Son seraya merangkul dengan tangan kanannya. Tangannya yang besar dengan mudahnya merangkulku dan leyap dalam gumpalan-gumpalan ototnya.
“Sudah cukup, jangan terlalu menggodanya. Kalian berdua ayo lekaslah masuk ke aula. Semua sudah menunggu di dalam.” Ujar Aalisha menghampiri kami. Aalisha sendiri merupakan senior tingkat 4, sama seperi Hans dan Son.
“Uhuk-uhuk...” Batukku sambil menepuk-tepuk lengan Son. Kuncian lengannya sangat kuat, sehingga membuatku susah bernapas.
“Eh maaf... maafkan aku Tyaga. Aku terlalu bersemangat, sebab sebentar lagi kita bertarung dengan murid-murid luar yang katanya sangat kuat-kuat itu. Hahahaha....” Tawanya menggelegar sehingga membuat situasi jadi memalukan.
“Kakak tidak apa-apa?” Tanya Saigiri yang sedari tadi berbicang-bincang sebentar dengan ayah.
“Tidak apa-apa kok. Sudah selesai bicaranya dengan Ayah?” Tanyaku.
“Sudah Kak.” Jawabnya singkat.
“Ayo kita masuk ke dalam. Tyaga, Son, Aalisha, dan Saigiri. Semoga kita dapat berteman baik selanjutnya.” Ajak Hans. Dialah yang paling tua di antara kita berlima dan dialah yang paling bijakssana.
“Haishh, banyak bicara sekali. Tinggal masuk saja pakai berpesan.” Judes Aalisha.
(Jadi teringat Adellia, keangkuhannya tidak kalah dengannya. Jadi terpikir sekarang bagaimana keadaannya? Semoga saja tidak lama aku dapat berjumpa dengannya dan Kakek Hork)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
San Jaya
Pelasan?
Pelepasan ✔️
----
Baru tau karakter bapaknya Tyaga, plus timbul pertanyaan ... kenapa dia nggak tinggal sama anaknya sendiri?
----
2020-07-05
1
Honey
Ada saltik. Pelasan >> Pelepasan
2020-07-04
0
Honey
Hmmm. Rindul Adhel, ya. Del takudel kudel.
2020-07-04
0