Kini tombak «Ganjur» telah berada di tangan. Terasa ringan dan nyaman, tak seperti tombak yang biasa aku pegang. Tombak ini sepertinya mempunyai keunikan tersendiri. Sehingga ketika dipegang, berat dan kenyamaannya juga akan mengikuti.
"Cepat lepaskan!" Perintah Adellia.
Tanpa basa-basi lagi aku mulai membidik, tepat ke arah orang misterius tadi. Walaupun dia banyak bergerak guna menghindari semua serangan Kakek Hork, namun itu bukanlah hal yang sulit bagiku. Menargetan suatu benda bergerak adalah latihan dasar di desaku. Terlebih lagi diakan memakai tubuh palsu yang lemah, percuma mempunyai energi sihir yang besar namun kekuatan fisik yang kecil.
Dengan sekuat tenaga kulemparkan tombak Adellia.
SYUUT!!! «Ganjur» melesat cepat mengarah ke orang misterius itu, tampak biru membara dihiasi bekasan cahaya biru bak laser.
"TEPAT!! Tepat sasaran!!" Banggaku.
Setelah beberapa detik kemudian, saat dia tepat berada di udara tak dapat berkutik atau menghindar sedikitpun. Tombak dengan ganasnya mengoyak-koyak tubuh kurusnya nan lunglai mati tak bernyawakan manusia asli.
"Kau kira ini akan membunuhku?!" Teriaknya dari kejauhan, suaranya lantang menggema hingga sampai ke telingaku.
Diapun jatuh tersungkur ke tanah, dengan posisi duduk beralaskan dua kaki. Tampak «Ganjur» menyala-nyala tertancap keras di dadanya, berbekas kabut biru bercampur dengan debu berwarakan pekat keabuan. Tak ada setetes darah yang keluar darinya, entah mengalir tipis warna merah di bibir ataupun bercucuran gemercik darag keluar dari jantungnya.
Jadi terbuktilah bahwa tubuh itu memang hanyalah sebuah tubuh mati atau mayat yang sudah membusuk dan dijadikan sebagai wadah baginya untuk tinggal, atau mungkin juga dia telah membunuh inangnya terlebih dahulu sebelum digunakan. Tetapi kenapa dia memilih inang dari seorang yang bertubuh kurus tak berotot dan bertenaga sama sekali seperti itu. Apa mungkin ada beberapa syarat yang harus dilakukan sebelum merasuki tubuh yang telah kehilangan jiwanya.
Aku, Adellia, dan Kakek Hork menghampirinya. Untuk jaga-jaga, Aku bersiap dengan kedua tangan memegang longsword sejajar pada tengah dada. Begitu pula dengan Kakek Hork, walaupun sedang membantu Adellia untuk berjalan tetapi dia juga berhati-hati dengan orang misterius itu, tongkat sihirnya yang berbentuk ranting pohon runcing tengah diacungkan dan sesekali mengeluarkan cahaya biru yang terang padam.
"Apa dia sudah mati?" Tanyaku.
"Entahlah, menurutmu sendiri bagaimana? Apakah lemparanmu mengenainya tepat di jantung." Jawab Kakek Hork.
"Aku sangat yakin Kek, di antara pasukan Elf akulah yang paking jago melempar tombak! Jadi tidak mungkin lemparanku meleset."
"Tapi!—" Sentak Adellia.
Di sela-sela percakapan kita bertiga, tiba-tiba orang misterius tadi berusaha untuk berdiri. Dia menopang tubuhnya yang lunglai dengan kaki yang tampak kurus dan gemetaran. Wajahnya tertutup oleh poni rambut, namun terpampang jelas kalau dia sedang marah besar setelah apa yang telah kami lakukan terhadapnya. Dengan berhiaskan tombak milik Adellia dia meraung-raung tidak jelas. Kosakata yang keluar dari mulutnya bukanlah bahasa yang kita mengerti, namun bukan juga bahasa yang digunakan untuk merapal sihir.
"Hey kalian para sampah bumi! Tunggu saja pembalasanku! Lawan kalian bukanlah aku seorang, masih banyak raja-raja kegelapan yang ingin menguasai bumi kalian! Waktu kalian tidak banyak, aku akan kembali lagi!—" Dalihnya.
"—Dan ingatlah ini, lain kali aku akan menemui kalian semua dengan wujud asliku, jadi tunggu dan bersiaplah akan kematian kalian. Huahahahah..." Tungkasnya seraya tertawa sekeras-keras layaknya seorang iblis yang sangat puas dengan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi kedepannya.
"Tunggu!!! Jangan pergi dulu, ada yang ingin aku tanyakan!!!" Ucapku.
"Terutama kau!!! Kali ini aku akan melepasmu, akan kutunggu kau nanti wahai anak muda dengan darah «Half-Elf», aku akan meminum darahmu dan aku akan menjadi yang terkuat di daratan ini, percayalah—" Ujarnya dengan menatapku tajam dan mengancungkan sebuah jari telunjuk.
"Bagaiamana kau tahu?!"
"Tunggulah beberapa tahun ke depan aku akan menjemputmu...." Ucapan terakhirnya ditandai dengan menghilangnya kabut hitam pekat dan tubuh palsunya mulai hancur sedikit demi sedikit. Kini tinggal «Ganjur» yang tersisa, tergeletak di atas panah dengan pancaran cahayanya yang memudar pula.
"Jangan menghilang dulu... Sial aku tidak sempat mendengar jawabannya." Ucapku kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
San Jaya
Kalo tombak itu punya keunikan mampu mengikuti berat dan kenyamanan, kalo dipake orang gemuk ... dia menyesuaikan berarnya ke orang atau justru sebaliknya? :v
----
Terlalu banyak kemungkinan-kemungkinan di ceritanya, dan pembaca nggak tau atau bahkan nggak peduli sama kemungkinan itu ... soalnya yang kami tunggu itu fakta tentang tubuh tidak bernyawa itu dan gimana caranya bisa pindah raga gitu.
----
2020-07-04
0
Honey
Yaampun. Ini mengerikan. Jadi orang itu belum sepenuhnya lenyap. Tygaaaa. Tenang saja, aku akan selalu di sisimu. Gadis cantik ini akan selalu menemanimu. Eaaak.
2020-07-04
0
rita ningsih
tak genepi dadi 16
2020-05-05
2