[ Vol. 1 ] Ch. 4 – Adellia Monattlas

[ Edited (1) ]

“— Namaku adalah Adellia, Adellia Monattlas.” lanjut gadis itu.

“Oh ternyata namamu Adellia Monattlas, terimakasih telah menyelamatkan kami tadi.”

“Kalau kalian sudah selesai dengan urusan kalian lekas lah menuju kamp penyembuhan dan bersembunyi lah di sana, biarlah kami yang akan mengurus monster ini.” Tanpa menghadap ke arahku.

'Lagi-lagi ada orang yang menyuruhku untuk sembunyi?!'

“Maaf atas kelancangan ku, tapi aku akan tetap di sini, biarlah Saigiri yang akan menjagaku. Kalian fokuslah untuk mengalahkan monster itu. Aku peringatkan bahwa monster itu sangatlah kuat, pertahanannya sulit sekali untuk ditembus, dan yang terpenting dia sangat licik dan pintar. Kalian pasti akan membutuhkanku nanti.”

“Baiklah jika itu pintamu, tapi jangan harap aku akan menolong mu lagi. Kau jangan sampai menganggu kami, ini telah menjadi tanggung jawab kami.” Adellia kemudian melangkah maju tanpa memperdulikan perkataan ku lagi.

Sebenarnya aku tak begitu mengerti bagaimana mereka yang terdiri dari pasukan gabungan antara para kesatria terkuat berbagai ras terkuat dapat tergabung dalam satu pasukan, terlihat banyak pasukan yang memakai baju zirah yang berbeda-beda.

Ada yang berpakaian serba hitam yang melambangkan kaum kesatria seperti Adellia, rata-rata mereka bersenjatakan sebuah pedang dan tombak.

Ada yang memaki rompi sederhana nan coklat serta celana pendek yang menandakan kaum «rakshasa» atau «golem». Mereka terkenal kaum terkuat karena mereka bisa berubah menjadi raksasa dan bahkan pedang pun tidak mempan terhadap kaum ini karena tubuhnya yang keras dan besar.

Dan yang terakhir adalah kaum penyihir. Mereka memang seperti manusia pada umumnya. Tapi mereka lahir dengan bakat sihir. Tugas mereka adalah sebagai pendukung dan terkadang sebagai penyerang jarak jauh, mereka berpakaian serba longgar serta topi runcing khas seorang penyihir.

Kelebihan dari kaum penyihir adalah daya serang mereka yang sangat kuat, bahkan jika mereka berada di Pegunungan Witch kekuatan mereka dapat bertambah hingga berkali-kali lipat.

Adellia menghentikan langkah dan mengatakan suatu hal.

“—Oh ya, asal kau tau dunia kita akan segera hancur seperti pada masa itu, sebab itu belakangan ini sering terjadi sebuah insiden-insiden aneh seperti ini, tak hanya kaum elf saja yang merasakannya.”

"A-Apa.......!? Hancur...!?"

***

Aku mengistirahatkan tubuh yang terluka di atas pangkuan Saigiri. Pedang tergeletak nun jauh di sana menancap di atas tanah tampak gelisah.

Kecewa mungkin perasaan yang cocok untuk menggambarkan keadaanku saat ini, tidak bisa mengalahkannya dan dengan luka separah ini mungkin aku masih harus lebih bekerja keras lagi dalam berlatih.

“Apa kau sudah merasa baikan Kak?” tanya Saigiri.

Aku mendongak ke atas tampak wajahnya yang imut serta senyuman tulus yang membuatku melupakan semua rasa perih yang kurasakan. Aku merasa kehangatan yang dia berikan, pangkuannya sungguh nyaman dan membuatku betah untuk menetap.

“Maaf atas kelakuanku selama ini, tolong tetaplah seperti ini. Aku mohon biarlah aku tidur mengistirahatkan tubuh di atas pangkuan mu lebih lama,” ucapku sedikit manja.

“Sebentar ataupun untuk selamanya aku akan tetap seperti ini jika kakak memintanya dan juga kakak tidak perlu meminta maaf kepadaku. Selama ini kakak selalu melindungiku tanpa meminta balasan apapun. Sementara aku... aku selalu merepotkan kakak, selalu meminta bantuan, dan selalu mengaggumu di setiap kesibukanmu sehari-hari. Jadi untuk kali ini biarkan aku yanng akan menjadi pelindungmu.”

“Ba-Baiklah.....” balasku lirih.

Hanya saja perkataan Adellia masih menggema dalam pikiranku, kenapa kejadian di masa lampau akan kembali terulang. Apa benar dunia ini akan kembali hancur? Membayangkannya saja sudah membuatku ketakutan.

“Kak, apa tidak sebaiknya kita kembali saja ke markas, di sini masih terlalu berbahaya.” pinta Saigiri seraya membelai rambutku, memandangku dengan tatapan miris.

“Kita di sini saja, kau tak perlu takut, mereka tak akan kalah dari monster itu....”

Dia mengangguk, sepertinya dia paham apa yang aku rasakan sekarang.

Setelah beberapa menit beristirahat aku mulai bangkit dengan stamina yang telah pulih kembali. Kupaksakan tubuh untuk bangun meski luka di kaki masih terasa perih. Aku mengambil seutas kain yang tergeletak tak jauh lalu mengikatnya dengan kencang.

Dengan langkah menyeret aku mengambil pedang yang menancap tegak, mengayunkannya ke kanan dan ke kiri sebelum menyarungkannya. Tapi kali ini aku tak akan menggunakan pedang ini untuk bertarung karena kondisiku yang tidak memungkinkan.

“Saigiri, apa kau masih sanggup untuk berjalan? Sekarang kau lekaslah kembali ke markas, beri tahu mereka bahwa pasukan bala bantuan telah datang, dan tolong rawatlah ayah.” Aku memegang tangan kecilnya dan membantunya untuk bangun, lalu tanpa sengaja mata kami saling bertatapan.

“Tapi bagaimana denganmu? Apa kau ingin kembali ke medan perang?” ucapnya.

“Tidak, aku hanya ingin memastikan keadaan mereka.”

“Tapi kau tetap harus berhati-hati, mungkin monster itu akan mengincarmu lagi.”

“Tenanglah mereka pasti akan melindungiku, tapi jika memang itu terjadi aku masih dapat bertarung, lagian pedangku masih sanggup untuk memenggal kepala monster itu.”

“Jangan paksakan dirimu! Aku akan secepatnya memberi tahu markas pusat dan mengirim bala bantuan lebih banyak lagi,” ujar Saigiri seraya pergi menjauh dariku, tapi tampak dari sorot matanya bahwa dia masih mengkhawatirkanku.

Dari kejauhan dia melambaikan tangannya, aku pun membalasnya. Selain itu aku mulai melangkahkan kaki ke medan perang, mental serta stamina yang telah pulih kembali. Bahkan aku telah siap akan kemungkinan terburuk.

Menang atau kalah, aku akan tetap menyaksikan pertarungan selanjutnya antara pasukan bala bantuan melawan Zardock. Sekali lagi aku belum tahu kelanjutan dari pertempuran ini yang mungkin tak akan ada habisnya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Hallo sobatt pembaca sekalian!! yang sudah membaca novel ini maupun sekadar mampir, saya sebagai author mengucapkan banyak terimakasih jika kalian memberikan dukungan dengan cara di bawah ini:

* Dukung penulis dengan memberikan tips / vote seadanya

* Follow akun penulis

* Berkomentar yang baik dan bijak

* Always like and share in your social media

* Bintang limanya ya gaes

* Favorit (Ini yang paling penting wkwkwkwk)

Bantuan kalian sangatlah berarti untuk Author, karena setiap support yang kalian berikan dapat menambah semangat author dalam melanjutkan cerita ini!! Dukung terus ya gaesss.... :D

# Terimakasih banyak gaes, see you on the next chapter.... ^_^

WA : 08973952193

IG : bayusastra20

email : bayu_sastra20@yahoo.co.id

Terpopuler

Comments

Honey

Honey

Si Zardock ini duh, bikin repot aja. Sampe semua ksatria kumpul. Jadi penasaran dia ini mau ngapain. Mau ngehnacurin dunia? Kenapa? Apakah ada yang mengendalikan si Zardock?

2020-07-01

0

San Jaya

San Jaya

Mantap, tapi menurutku untuk bagian di mana pemeran utama istirahat di pangkuan Saigiri dan tiba² pulih dalam hitungan menit terlalu mengambang—tabu.

Ceritanya tetep menarik, Bay

2020-06-18

1

🌸Momy Kece🌸

🌸Momy Kece🌸

k

2020-05-25

1

lihat semua
Episodes
1 [ Vol. 1 ] Ch. 1 – Pertempuran yang Sia-sia
2 [ Vol. 1 ] Ch. 2 – Adikku, Saigiri!
3 [ Vol. 1 ] Ch. 3 – Terselamatkan, Bala Bantuan?
4 [ Vol. 1 ] Ch. 4 – Adellia Monattlas
5 [ Vol. 1 ] Ch. 5 – Putus Asa?
6 [ Vol. 1 ] Ch. 6 – Bertahan dan Menyerang
7 [ Vol. 1 ] Ch. 7 – Saigiri, Maaf
8 [ Vol. 1 ] Ch. 8 – Bevestiger! Sihir Pengikat!
9 [ Vol. 1 ] Ch. 9 – Pidato Kemenangan
10 [ Vol. 1 ] Ch. 10 – Tim yang Luar Biasa
11 [ Vol. 1 ] Ch. 11 – Munculnya Orang Misterius
12 [ Vol. 1 ] Ch. 12 – Tidak Dapat Bergerak!
13 [ Vol. 1 ] Ch. 13 – Ruimte Rusten, Sihir Penghenti Ruang
14 [ Vol. 1 ] Ch. 14 – Mati
15 [ Vol. 1 ] Ch. 15 – Kekuatan Penuh, Volle Kracth!
16 Chapter 16 : Kemenangankah?
17 Chapter 17 : Pesan Kakek Hork
18 Chapter 18 : Eloknya Pagi
19 Chapter 19 : Keadaan Desa
20 Chapter 20 : Tatapan Aneh
21 Chapter 21 : Aula Akademi Bunga Hijau
22 Chapter 22 : Raja Laiquendi
23 Chapter 23 : Tantang Tyaga
24 Chapter 24 : Sumpah Darah Suci
25 Chapter 25 : Tetua Agamemnon
26 Chapter 26 : Pesan Raja Achille
27 Chapter 27 : Parels van Spirit Bal
28 Chapter 28 : Mutiara Roh
29 Chapter 29 : Kekuatan Roh Carsten
30 Chapter 30 : Tiga Serangkai
31 Chapter 31 : Pemusatan Roh
32 Chapter 32 : Wadah Ranah Roh
33 Ch. 33 – Bukan Burung Dalam Sangkar
34 Ch. 34 – Praktek dan Petualangan
35 Ch. 35 – Lubang Cicin Energi Roh
36 Ch. 36 – Senjata Roh Jiwa I
37 Ch. 37 – Senjata Roh Jiwa II
38 Ch. 38 – Pengendalian Energi Roh
39 Ch. 39 – Balok Bata
40 Ch. 40 – Apakah Sebuah Konklusi?
41 Ch. 41 – Kekecewaan sang Raja
42 Ch. 42 – Penggambaran Jiwa
43 Ch. 43 – Kerbau Tanduk Sabit
44 Ch. 44 – Pilihan Carsten
45 Ch. 45 – Dual Sword
46 Ch. 46 – Hidup dan Mati
47 Ch. 47 – Tak Sadarkan Diri
48 Ch. 48 – Berhasil
49 Ch. 49 – Kepolosan Carsten
50 Ch. 50 – Efek Samping
51 Ch. 51 – Pertemuan di Hutan Kabut
52 Ch. 52 – Berbincang
53 Ch. 53 – Ada yang Berbeda
54 Ch. 54 – Bukan Hal yang Istimewa
55 Ch. 55 – Perdebatan Antar Saudara
56 Ch. 56 – Tidak Sesuai Harapan
57 Ch. 57 – Hari yang Melelahkan
58 Ch. 58 – Peleburan Energi Roh nan Aneh
59 Ch. 59 – Menyiapkan Barang
60 Ch. 60 – Latih Tanding
61 Ch. 61 – Tidak Ada Peningkatan
62 Ch. 62 – JANGAN BERCANDA!
63 Ch. 63 – Pulang
64 Ch. 64 – Perbincangan Sebelum Berangkat
65 Ch. 65 – Menunggu
66 Ch. 66 – Menunggu (2)
67 Ch. 67 – Tak Asing
68 Ch. 68 – Nona Adellia
69 Ch. 69 – Dimulai
70 Ch. 70 – Tiny Wolf
71 Ch. 71 – Kerabat Dekat
72 Ch. 72 – Buku Catatan
73 Ch. 73 – Penaklukan Tiny Wolf
74 Ch. 74 – Diskusi
75 Ch. 75 – Gemercik Aliran Sungai
76 Ch. 76 – Sepakat
77 Ch. 77 – Malam pun Tiba
78 Ch. 78 – Kemampuan dan Kekuatan
79 Ch. 79 – Aura Membunuh
80 Ch. 80 – Kau Pencuri!
81 Ch. 81 – Penyihir Kehormatan
82 Ch. 82 – Hans yang Ceroboh
83 Ch. 83 – Bahaya dan Salah
84 Ch. 84 – Makan Malam
85 Ch. 85 – Menggoda Adellia
86 Ch. 86 – Dua Lelaki Sejati
87 Ch. 87 – Melanjutkan Perjalanan
88 Ch. 88 – Gua Misterius
89 Ch. 89 – Majuu?
90 Ch. 90 – Kabut Tebal
91 Ch. 91 – Sial! Beribu Sial!
92 Ch. 92 – Hilangnya Kakek Hork
93 Ch. 93 – Sebongkah Batu
94 Ch. 94 – Skill Memasak
95 Ch. 95 – Mungkinkah?
96 Ch. 96 – Gelombang Pertama?!
97 Ch. 97 – Great Fire Ball
98 Ch. 98 – Efek Samping
99 Ch. 99 – Syukurlah
100 Ch. 100 – Kehabisan «Magen»
101 Ch. 101 – Tiga? Tidak, Ternyata Enam
102 Ch. 102 – Tidak, Masih Belum
103 Ch. 103 – Mencuri?
104 Ch. 104 – Kristal Sihir
105 Ch. 105 – Aku Tidak Bodoh
106 Ch. 106 – Tarian Pedang
107 Ch. 107 – Sebuah Parit Kematian
108 Ch. 108 – Tidur atau Menyerah?
109 Ch. 109 – Lagi-Lagi Adellia
110 Ch. 110 – «Viehoekige Beschermer»
111 Ch. 111 – Rencana Peningkatan Peforma
112 Ch. 112 – Terkendali
113 Ch. 113 – Mimpi
114 Ch. 114 – Waktunya Jaga
115 Ch. 115 – Pos Jaga
116 Ch. 116 – Zonics Archike
117 Ch. 117 – Barrier Pelindung
118 Ch. 118 – Majuu
119 Ch. 119 – Terimakasih
120 Ch. 120 – Keberangkatan
121 Ch. 121 – Tim Utama
122 Ch. 122 – Munculnya Kabut Aneh
123 Ch. 123 – Aku, Mati?
124 Ch. 124 – Kenapa?
125 !!!! EVENT BERHADIAH UANG TUNAI !!!!
126 Ch. 125 – Keluar?! Bodoh!
127 Ch. 126 – «Akik Steen» dan «Volle Kracth»
128 Ch. 127 – Dia Bukan Tyaga
129 Ch. 128 – Pasukan Adellia
130 Ch. 129 – Kehidupan
131 Ch. 130 – SON!
132 Ch. 131 – Heiler
133 [ END ] Ch. 132 – Akhir Penderitaan
Episodes

Updated 133 Episodes

1
[ Vol. 1 ] Ch. 1 – Pertempuran yang Sia-sia
2
[ Vol. 1 ] Ch. 2 – Adikku, Saigiri!
3
[ Vol. 1 ] Ch. 3 – Terselamatkan, Bala Bantuan?
4
[ Vol. 1 ] Ch. 4 – Adellia Monattlas
5
[ Vol. 1 ] Ch. 5 – Putus Asa?
6
[ Vol. 1 ] Ch. 6 – Bertahan dan Menyerang
7
[ Vol. 1 ] Ch. 7 – Saigiri, Maaf
8
[ Vol. 1 ] Ch. 8 – Bevestiger! Sihir Pengikat!
9
[ Vol. 1 ] Ch. 9 – Pidato Kemenangan
10
[ Vol. 1 ] Ch. 10 – Tim yang Luar Biasa
11
[ Vol. 1 ] Ch. 11 – Munculnya Orang Misterius
12
[ Vol. 1 ] Ch. 12 – Tidak Dapat Bergerak!
13
[ Vol. 1 ] Ch. 13 – Ruimte Rusten, Sihir Penghenti Ruang
14
[ Vol. 1 ] Ch. 14 – Mati
15
[ Vol. 1 ] Ch. 15 – Kekuatan Penuh, Volle Kracth!
16
Chapter 16 : Kemenangankah?
17
Chapter 17 : Pesan Kakek Hork
18
Chapter 18 : Eloknya Pagi
19
Chapter 19 : Keadaan Desa
20
Chapter 20 : Tatapan Aneh
21
Chapter 21 : Aula Akademi Bunga Hijau
22
Chapter 22 : Raja Laiquendi
23
Chapter 23 : Tantang Tyaga
24
Chapter 24 : Sumpah Darah Suci
25
Chapter 25 : Tetua Agamemnon
26
Chapter 26 : Pesan Raja Achille
27
Chapter 27 : Parels van Spirit Bal
28
Chapter 28 : Mutiara Roh
29
Chapter 29 : Kekuatan Roh Carsten
30
Chapter 30 : Tiga Serangkai
31
Chapter 31 : Pemusatan Roh
32
Chapter 32 : Wadah Ranah Roh
33
Ch. 33 – Bukan Burung Dalam Sangkar
34
Ch. 34 – Praktek dan Petualangan
35
Ch. 35 – Lubang Cicin Energi Roh
36
Ch. 36 – Senjata Roh Jiwa I
37
Ch. 37 – Senjata Roh Jiwa II
38
Ch. 38 – Pengendalian Energi Roh
39
Ch. 39 – Balok Bata
40
Ch. 40 – Apakah Sebuah Konklusi?
41
Ch. 41 – Kekecewaan sang Raja
42
Ch. 42 – Penggambaran Jiwa
43
Ch. 43 – Kerbau Tanduk Sabit
44
Ch. 44 – Pilihan Carsten
45
Ch. 45 – Dual Sword
46
Ch. 46 – Hidup dan Mati
47
Ch. 47 – Tak Sadarkan Diri
48
Ch. 48 – Berhasil
49
Ch. 49 – Kepolosan Carsten
50
Ch. 50 – Efek Samping
51
Ch. 51 – Pertemuan di Hutan Kabut
52
Ch. 52 – Berbincang
53
Ch. 53 – Ada yang Berbeda
54
Ch. 54 – Bukan Hal yang Istimewa
55
Ch. 55 – Perdebatan Antar Saudara
56
Ch. 56 – Tidak Sesuai Harapan
57
Ch. 57 – Hari yang Melelahkan
58
Ch. 58 – Peleburan Energi Roh nan Aneh
59
Ch. 59 – Menyiapkan Barang
60
Ch. 60 – Latih Tanding
61
Ch. 61 – Tidak Ada Peningkatan
62
Ch. 62 – JANGAN BERCANDA!
63
Ch. 63 – Pulang
64
Ch. 64 – Perbincangan Sebelum Berangkat
65
Ch. 65 – Menunggu
66
Ch. 66 – Menunggu (2)
67
Ch. 67 – Tak Asing
68
Ch. 68 – Nona Adellia
69
Ch. 69 – Dimulai
70
Ch. 70 – Tiny Wolf
71
Ch. 71 – Kerabat Dekat
72
Ch. 72 – Buku Catatan
73
Ch. 73 – Penaklukan Tiny Wolf
74
Ch. 74 – Diskusi
75
Ch. 75 – Gemercik Aliran Sungai
76
Ch. 76 – Sepakat
77
Ch. 77 – Malam pun Tiba
78
Ch. 78 – Kemampuan dan Kekuatan
79
Ch. 79 – Aura Membunuh
80
Ch. 80 – Kau Pencuri!
81
Ch. 81 – Penyihir Kehormatan
82
Ch. 82 – Hans yang Ceroboh
83
Ch. 83 – Bahaya dan Salah
84
Ch. 84 – Makan Malam
85
Ch. 85 – Menggoda Adellia
86
Ch. 86 – Dua Lelaki Sejati
87
Ch. 87 – Melanjutkan Perjalanan
88
Ch. 88 – Gua Misterius
89
Ch. 89 – Majuu?
90
Ch. 90 – Kabut Tebal
91
Ch. 91 – Sial! Beribu Sial!
92
Ch. 92 – Hilangnya Kakek Hork
93
Ch. 93 – Sebongkah Batu
94
Ch. 94 – Skill Memasak
95
Ch. 95 – Mungkinkah?
96
Ch. 96 – Gelombang Pertama?!
97
Ch. 97 – Great Fire Ball
98
Ch. 98 – Efek Samping
99
Ch. 99 – Syukurlah
100
Ch. 100 – Kehabisan «Magen»
101
Ch. 101 – Tiga? Tidak, Ternyata Enam
102
Ch. 102 – Tidak, Masih Belum
103
Ch. 103 – Mencuri?
104
Ch. 104 – Kristal Sihir
105
Ch. 105 – Aku Tidak Bodoh
106
Ch. 106 – Tarian Pedang
107
Ch. 107 – Sebuah Parit Kematian
108
Ch. 108 – Tidur atau Menyerah?
109
Ch. 109 – Lagi-Lagi Adellia
110
Ch. 110 – «Viehoekige Beschermer»
111
Ch. 111 – Rencana Peningkatan Peforma
112
Ch. 112 – Terkendali
113
Ch. 113 – Mimpi
114
Ch. 114 – Waktunya Jaga
115
Ch. 115 – Pos Jaga
116
Ch. 116 – Zonics Archike
117
Ch. 117 – Barrier Pelindung
118
Ch. 118 – Majuu
119
Ch. 119 – Terimakasih
120
Ch. 120 – Keberangkatan
121
Ch. 121 – Tim Utama
122
Ch. 122 – Munculnya Kabut Aneh
123
Ch. 123 – Aku, Mati?
124
Ch. 124 – Kenapa?
125
!!!! EVENT BERHADIAH UANG TUNAI !!!!
126
Ch. 125 – Keluar?! Bodoh!
127
Ch. 126 – «Akik Steen» dan «Volle Kracth»
128
Ch. 127 – Dia Bukan Tyaga
129
Ch. 128 – Pasukan Adellia
130
Ch. 129 – Kehidupan
131
Ch. 130 – SON!
132
Ch. 131 – Heiler
133
[ END ] Ch. 132 – Akhir Penderitaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!