Alin menghela nafas, lalu memegang tangan Vrela yang sedang menggenggam gagang pedang
"Biar ku bantu, serahkan padaku" ucap Alin dengan lembut. Alin mengambil kain lalu mengikat rambutnya
"Ling-ling apa kau yakin?!" tanya Vrela cemas.alin mengangguk penuh percaya diri "Kan ku ajarkan mereka!" bisiknya ditelinga vrela
"Hey, tuan maaf tapi temanku lelah karena berdebat denganmu. Aku akan menggantikan nya!" teriak Alin yang membuat satu jalan dipasar kota itu melirik ke arahnya
"Apa kau yakin gadis kecil?! Kami semua disini bukan hanya berpendidikan diperguruan tinggi tapi kami juga murid panglima besar. Apa kau mau memotong kelamin kami juga?" ucap salah satu pria remaja dengan nada meremahkan
Diluar dugaan Alin tersenyum dengan sombong didepannya. Suaranya yang malas dan mendominasi nampak seperti suara lonceng dikuil "Tuan aku rasa aku lebih tua dari anda jadi aku lebih tau sopan santun dan rasa malu, aku nggak akan sesadis itu kepada kalian"
Tak mau kalah teman dari pria itu mengejek alin "Kau bahkan tak kan bisa mengangkat pedang itu nona! Bagaimana kau mau mengalahkan kami?!"
Alin menghela nafas dengan malas "Kalau belum dicoba nggak akan ada yang tau hasilnya. Oh ya tuan tadi pemimpin kau bilang teman aku bebas memilih pedang kalian, karena pedang ini kalian yang pilihkan aku tidak mau, pedang ini terlalu berat dan jelek"
Wajah pemimpin pria remaja itu sedikit berkedut "Kau menolaknya?! Itu pedang kesayanganku semakin berat maka semakin kuat, kau bahkan tak bisa memilih pedang dengan baik"
Alin menyapukan pandangannya ke pedang-pedang yang dipegang para remaja itu"Aku hanya melakukan apa yang kusuka, aku ingin pedang yang bersarung itu!" ucapnya seraya menunjuk pedang itu.
Semua remaja itu tau pedang yang dipilih gadis kecil itu hanya bagus di sarungnya saja sedangkan untuk pedangnya sendiri tidak cukup tebal untuk menahan serangan pedang yang lebih berat
"Kau tau nona, pedang ini pernah patah aku membawanya hanya untuk hiasan dan berjaga-jaga" ucap pria muda pemilik pedang itu
Alin terkekeh "Kau sudah memperbaikinya tapi belum mencobanya biarlah aku saja yang mencoba kemampuan nya!"
Pria itu tertegun sejenak bagaimana gadis itu bisa tau dia sudah memperbaiki nya namun nggak pernah mencobanya lagi
"Berikan padanya! Dan sekarang nona kau tinggal pilih lawanmu?" ucap pemimpin pria itu
Alin tersenyum malas "Karena kalian teman satu perguruan pasti kalian punya solidaritas yang tinggi,aku tak masalah siapa pun boleh melawanku! Dan lebih baik kalian tidak melawanku Satu-satu karena aku nggak punya banyak waktu"
"Kau mau kami beramai-ramai atau beregu 3 orang?!ingat nona, salah satu dari kami ada cucu seorang jendral"
Alin menghitung mereka,mereka berenam tp satu orang pasif seperti hanya penonton "Aku mau kalian berpartner jadi sekali menyerang dua orang. Kalian ada 6 orang jadi sudah jelas ada 3 ronde, peraturannya sama seperti perang semua harus ikut tanpa terkecuali!" ucap alin
Pria itu menyeringai "Ya...ya, terserah kau Saja! Satu ronde pun kau belum tentu bisa menang. Kalau kau kalah Nona, kau harus jadi pelayan kami"
Alin menatapnya dengan jijik "Ok, tapi jangan salahkan aku. kalau aku main dengan brutal"
"Brutal juga tak bisa mengalahkan kami? Paling hanya goresan kecil yang bisa kau berikan!"
"Aku mohon maaf kalau setelah ini diantara kalian ada yang menderita kemandulan.tapi Tenang saja aku nggak akan memotong punya kalian" ucap Alin dengan meremehkan
"Ayo mulai, kalian serang aku duluan!" ucap alin dengan pelan dan tenang seperti air sungai yang jernih
Sebelum menyerang dua orang pria mengejek alin "Lihatlah dia bahkan tidak mengerti cara menggunakan pedang" ucap pria dihadapannya
Pria dibelakangnya ikut menimpali "Hey nona kalau menggunakan pedang buka dulu sarung pedangnya"
Alin menyeringai dan langsung to the
Point "Serang aku"
Melihat sikap sombong alin yang begitu mendominasi kedua pria itu tersulut api amarah
Brukk...
Pria itu terjatuh ke tanah saat hendak menyerang alin, alin tidak melawan dia hanya menggeser kan sedikit tubuhnya
Pria yang lain menyerang alin dari arah berlawanan namun gadis kecil itu tetap menghindarinya
"Hey, hadapi kami kau terus menerus menghindari serangan!"
Alin terkekeh "Ini masih pemanasan santai saja, apa yang tadi itu bisa dibilang serangan dimataku kau hanya berteriak dan berlari"
Alin bergerak cepat menyerang kedua pria itu. dia hanya memukul keduanya dipundak dengan sarung pedangnya dan keduanya sudah terjatuh kesakitan
"Apa sesakit itu? Aku sarankan kalian yang menonton cepat panggilkan tabib!" ucap Alin bersimpati melihat keduanya
Kedua pria itu tak bisa menggerakkan lengannya "Hiks...apa yg kau lakukan pada tanganku? Beraninya kau membuat tanganku mati rasa, teman-temanku akan mematahkan lenganmu itu" ucap pria itu seraya mundur
Alin ingin tertawa mendengar nya "Tuan, dia hanya menyerangmu sekali dia bahkan cuman memukulmu, kau seharusnya bersyukur tidak jadi mandul" teriak Vrela yang tengah bersantai dibawah pohon
Alin melirik Vrela "apa kau ingin aku mengajari mereka sebuah pelajaran, vre?" Vrela mengangguk dan kembali berteriak "Terserah padamu Ling'er, kalau kau tak lelah kau boleh mengajari mereka semua!"
Para remaja pria itu tertegun sejenak hingga sebuah suara terdengar "Ketua, aku akan menyerangnya bersama Kilin" ucap salah satu remaja disamping pemimpin kelompoknya
Pemimpin itu mengiyakan dia berpikir alin akan lelah setelah pertarungan yang tadi karena dirinya selagi pertarungan trus saja menghindar dengan kecepatan tinggi
2 menit
Plakk...Plakk
"Kakimu terlalu lebar dan kau membuka begitu banyak celah untuk musuh menyerang" ucap Alin seraya memukul kaki kedua remaja pria itu dengan sarung pedangnya
Plakk
"Menyerang seseorang tak perlu berteriak karena itu membuat gerakanmu di ketahui musuh" ucap alin lagi seraya memukul pundak keduanya saat mereka menyerang secara bersamaan
"Aku menyerah ! Ketua aku tidak bisa menyerangnya lagi, badanku serasa remuk!" ucap Remaja pria yang sudah terkulai lemah ditanah
Disisi lain pemimpin remaja itu membujuk temannya yang sedari tadi hanya menonton semuanya
"Ayolah Ray, kau adalah cucu seorang jendral, murid dari panglima besar, dan juga prajurit termuda di kerajaan. Kau harus tunjukan rasa solidaritas mu jangan takut sama seorang gadis kecil, dia itu lemah dan hanya sebuah semut ditanganmu" bujuk Pemimpin remaja pria itu
Remaja pria yang memakai kemeja putih yang digulung sesiku itu menggelengkan kepalanya
"Kau bodoh Juan xi, kau tak liat cara berperang nya aku tak mau ikut campur, lagian kan aku sudah bilang aku disini hanya untuk menunggu omaku. Kalau oma liat aku memukul seorang gadis ntah apa yang akan ia lakukan padaku"
Pemimpin yang bernama juan xi itu tidak menyerah "Hey... Nenek tuamu itu masih sibuk dia nggak peduli km ikut denganya atau tidak. Yang dia pedulikan itu obat dan cucu kesayangannya"
Ray tak menahan emosinya didepan Juan xi "Kau tau apa tentang nenek tua dan cucu kesayangannya yang kau bicarakan itu ?! Mereka keluarga ku simbol kehidupan ku, kakakku orang pertama yg mengajarkan ku cara memegang pedang bukan hanya oma yang menyanyanginya tapi seluruh keluarga termasuk diriku. Aku nggak akan terima jika ada yang menghinanya!"
Alin yang mendengar luapan emosi remaja pria itu bertepuk tangan "Itu bagus tuan! Tp coba kau liat temanmu dia bahkan sudah tak sanggup berdiri, apa kalian sebagai pria hanya sekuat itu? sekarang siapa yang akan melawan ku?!"
Kedua Pria yang sibuk berbincang tadi itu menatap temannya yang sudah pingsan
"Ayolah Ray bantu aku sekali ini aja! Ini semua untuk harga diri seorang pria. Kau taukan diantara kita semua hanya kau yang paling berbakat" Juan xi terus membujuk Ray hingga dirinya jengah
"Ini yang terakhir aku membantumu!" gumam Ray seraya bangkit dari tempat yang ia duduki
Juan xi berdiri disamping Ray seraya membusungkan dadanya dengan sombong "Kau tak bisa mengalahkan kami Nona, Ray adalah seorang prajurit kerajaan dia juga cucu seorang jendral sama seperti ku yang juga seorang cucu jendral"
Alin menatap keduanya, dia tidak tertarik dengan pria bernama juan xi "Aku rasa satu diantara kalian bakalan ada yang mandul"
Juan xi menyerang alin duluan "Coba saja kalau berani nona!" serangan pedangnya pas di bahu alin untunglah gadis kecil itu bisa menghindar
Alin masih sama tidak mengeluarkan pedang dari sarungnya dia memukul kaki Juan Xi yang terbuka lebar
Plakk... Plakkk...
Suara itu begitu cepat "Sudah ku bilang sejajarkan kuda-kuda kaki kalian, saat kalian membukanya terlalu lebar itu hanya akan mempersulit kalian"
Juan Xi tak menghiraukan perkataan alin, lalu dia menyerang alin kembali namun kali ini gadis kecil itu tak menghindar dia melawan pedang itu dengan pedang berlapis sarung ditangannya
Suara gesekan pedang dengan sarung pedang memenuhi sekitar, alin menyeringai saat Juan Xi hanya berfokus pada kekuatan yang ada dipedangnya
BRAGG... BRUKK...
Tubuh Juan xi terjatuh diatas meja pedagang saat Alin menendangnya, pedangnya terlempar jauh di bawah
Alin berlanjut ke Ray yang kini tengah menyerangnya berbeda dengan yang lain serangan Ray sulit diprediksi walaupun kemampuannya bagus menurut alin masih ada beberapa celah yang harus diperbaikinya .
Saat Juan Xi menunduk hendak mengambil pedangnya tiba-tiba saja tanpa sengaja sarung pedang alin mengenai bagian penting tubuh Juan xi saat menghindari serangan Ray
AKHH...AWW...
Juan xi memekik kesakitan tubuhnya ambruk seketika dan dia terus saja menutupi selangkangannya, Juan xi merasa langit akan runtuh dihadapannya
Alin tidak fokus pada teriakan jaun xi karena sedari tadi dia berusaha menyerang Ray, yang membuat alin kagum serangan pedang Ray mampu meretakkan sarung pedang yang terbuat dari kayu berlapis kulit ditangannya
Alin menyeringai "Kemampuanmu bagus, Bocah sialan!" ntah mengapa kata kasar itu yang keluar dari lambenya alin mungkin karena kata itu tadi dia dengar dari oma nya
Alin membuka sarung pedangnya dan melemparkannya ke Vrela. Dia membiarkan pedangnya trus bergesekan dengan milik Ray
Clang, Clang
Suara pedang kembali saling berbenturan
Setelah sekian lama bertahan, gadis kecil itu melakukan serangan balik. Dia berlari ke sudut dan melompat melewati kepala Ray lalu mendarat tepat dibelakangnya. Melihat Alin yang begitu gesit melompat dan menghindar, para pemuda disekitar terkagum-kagum melihatnya.
Sang gadis kemudian menusukkan pedang ke arahnya
"Clang" dengan sigap pedang gadis itu
Ditepisnya
alin menghela nafasnya karena tadi hanya sempat merobek sedikit bajunya, ray. Ray yang melihat lengan bajunya sobek tersulut emosi "Kau tau baju ini adalah kesayanganku karena diberikan kakakku dari london dan kau... Telah merobeknya aku takkan melepaskanmu"
Mendengar itu alin menyeringai itulah saat yang dirinya tunggu-tunggu
Ray menyerang alin dan berhasil mengenai ikat rambutnya, kini Rambut wanita itu terurai dengan begitu menawan. alin menyisir panjangnya ke belakang lalu kembali menyerang Ray.
Ray begitu kelelahan hingga
Kemeja bagian dadanya yang kini terbuka menampakkan sesuatu yang menarik perhatiannya Alin. Sama seperti Ray yang penampilannya berantakan Hangfu alin juga sudah tak karuan
Grakan alin begitu cepat hingga tak kasat mata, Ray bahkan tak sempat mengangkat pedangnya namun saat alin didepannya
Ray tak menduga yang dilakukan alin, bukanlah menyerangnya dengan pedang. dia hanya menyentil dahinya dengan jemari lentiknya, jemari lentik alin dengan cepat beralih ke telinga pria muda itu
"Akhh...ouch sakit" pekik Ray saat telinganya ditarik dengan begitu kuat
Alin tertawa geli melihat sikapnya "Bocah sialan, bukannya menunggu oma kau malah menantangku. Siapa namamu?!"
setelah pertempuran tadi alin sempat lupa tentang hal yang penting, dia baru mengenali pria didepannya karena lambang dikalung yang ia pakai jika tak melihat kalung itu dia pasti tidak akan ingat siapa pria didepannya
"Hahaha... kakak macam apa aku ini?! namamu kan Rayden Swan Ettallen"
"Kakak?!" semuanya jadi hening
Ray terlihat sangat bingung saat menatap Alin. Hingga sebuah suara mengentrupsi ketegangan yang ada
"Alin?!"
Sebuah wanita tua menerobos kerumunan remaja dan pedagang yang mengililingi keduanya
"Hey...sedang apa kau disini?! Apa sudah selesai Reuni dengan adik tercinta mu itu? sekarang ikut oma!" ucap oma yang membuat alin melepaskan telinga Ray
Alin berubah menjadi manja dan hendak mengadu pada omanya "Oma,Ray tadi_-" seketika mulut alin dibungkam kedua tangan adiknya. "Kak, kau mengadu pada oma maka tamat riwayat ku!" bisik Ray di telinga gadis itu.
Senyum merekah diwajah alin, dia berbisik balik sebelum menyusul omanya "Kalau begitu kau berutang padaku"
•••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Eka Hafiz Alfarizi
Adik nantang kakak nih ceritanya...😁😁
2020-12-05
1
ERna Khitiengkhan
Hahaha 😂 adik nya 😂
2019-09-28
3
Linda Dwi Novita
ternyata dia kha ade
2019-08-15
1