Episode 4

Lyra duduk termenung di dalam mobil, pandangannya terpaku ke luar jendela. Matanya mengikuti kendaraan yang berlalu-lalang, sementara lampu-lampu malam menerangi gelapnya kota. Suara klakson saling bersahutan, menambah hiruk-pikuk dunia yang terasa begitu ramai. Namun, di dalam pikirannya, Lyra kembali pada momen beberapa jam lalu, ketika seorang pria dengan lantang menyebutkan namanya dalam sebuah ikatan sakral.

Pernikahan itu terjadi begitu cepat. Jun, pria yang baru pertama kali ia temui, dengan percaya diri menjabat tangan pamannya dan mengikuti arahan penghulu. Ia melafalkan ijab kabul tanpa cela, menyebut nama Lyra dengan tepat. Semua berlangsung begitu lancar, seperti telah dipersiapkan dengan matang. Bahkan doa bersama yang menyusul terasa hampir seperti formalitas belaka. Sementara itu, Lyra masih diliputi kebingungan, mencoba mencerna kenyataan yang baru saja terjadi.

Usai akad, Nenek Luna dengan bahagia menarik tangan Lyra, memeluknya erat. "Lyra, akhirnya kau menjadi cucuku," katanya penuh suka cita. Lyra hanya tersenyum kecil, menyadari bahwa semua ini adalah rencana matang dari Nenek Luna, neneknya sendiri, dan bahkan pamannya. Dari cincin hingga mahar, semua telah diatur tanpa sepengetahuannya. Dengan napas panjang, Lyra mencoba menerima ulah kedua neneknya yang penuh semangat namun juga memusingkan.

Setelah menyelesaikan berbagai urusan, Lyra pamit kepada Nenek Luna. Ia harus kembali bekerja keesokan harinya, dengan jadwal penerbangan di siang hari. Sebelum pergi, Nenek Luna sempat memberikan wejangan, bahkan menyuruh Lyra berhenti bekerja untuk mengurus Jun. Namun, Lyra hanya mengangguk sambil tersenyum lemah, terlalu lelah untuk berdebat. Nenek Luna pun meminta Jun mengantar Lyra pulang, sementara Nenek Via dan pamannya sudah lebih dulu kembali karena ada urusan lain.

Di dalam mobil, Lyra menghela napas panjang, mengingat semua kejadian yang berlangsung dengan begitu cepat. Di sampingnya, Jun terlihat sibuk membaca dokumen, wajahnya serius tanpa memedulikan keberadaan Lyra.

Tatapan Lyra tertuju pada pria itu, membuat Jun sadar akan pengamatannya. Tanpa mengalihkan fokus dari dokumennya, Jun bertanya dengan nada datar, "Apa yang ingin kau katakan?"

“Kenapa kau menyetujui nenek Luna untuk menikahiku?” tanya Lyra tanpa ekspresi. “Apa kau begitu bodoh sampai tidak menyadari akting kedua nenek itu? Sudah jelas mereka merencanakan ini.”

Ucapan Lyra membuat dahi Jun berkerut. Bahkan, asisten Jun yang mengemudikan mobil, Satria, tak mampu menahan senyum kecil mendengar keberanian Lyra.

“Kau tenang saja,” jawab Jun dengan tegas. “Pernikahan ini hanya sementara. Setelah urusanku selesai, aku akan menceraikanmu. Kau akan keluar kota, begitu juga aku. Anggap saja ini hanya angin lalu.”

Lyra tetap tenang mendengar penjelasan Jun, lalu bersandar sambil berkata, “Dasar pria, menikahi dan menceraikan seenaknya. Aku bahkan sudah memecahkan rekor menikah hanya hitungan jam, dan sekarang jadi janda.” Kalimat itu, meski diucapkan tanpa emosi, sukses membuat Jun menatapnya penuh amarah.

“Satria, hentikan mobil,” perintah Jun tiba-tiba.

“Tapi, Tuan... apa yang ingin Anda lakukan?” tanya Satria ragu.

“Lakukan saja!” potong Jun.

“Kenapa kau harus bertanya jika kau tahu jawabannya? Tentu saja tuanmu ini ingin mengusirku dari mobilnya,” jawab Lyra santai.

“Kau sadar diri juga.” Ucap Jun dengan senyum kecut.

Namun sebelum Jun bisa berkata lebih, Lyra dengan cepat melanjutkan, “Baiklah, aku akan menghubungi nenek Luna. Akan kuberitahu bagaimana cucunya meninggalkan wanita malang di pinggir jalan malam-malam.”

Jun mendengus kesal, tetapi ketika Lyra mulai mengutak-atik ponselnya, ia dengan sigap merebutnya. “Kau mencoba mengancamku?” tanya jun menarik paksa ponsel Lyra.

Namun, Lyra berhasil menghindar. “Tuan Jun, telingamu bermasalah? Aku tidak mengancammu, hanya berniat memberi tahu nenek Luna soal ini,” ujarnya licik.

Jun kembali menghela napas panjang. "Terus jalan," katanya akhirnya pada Satria.

Satria, yang menjadi saksi bisu, hampir tidak bisa menahan tawa. “Nona Lyra sungguh luar biasa. Tidak pernah ada yang bisa membuat Tuan Jun semarah ini,” pikirnya.

Keheningan menyelimuti mobil hingga berapa saat kemudian, mereka telah sampai ke rumah Nenek Via. Didepan pintu, nenek via menyambut mereka, Jun turun menyapa nenek via dengan lembut.

Membuat wajah Lyra begitu syok, “Pria ini benar-benar aktor hebat. Dasar munafik,” gumamnya dalam hati. Tadi didalam wajahnya seperti serigala sekarang seperti cucu berbakti.

Lyra pun masuk bersama nenek, sementara Jun pamit untuk pergi. Ia berkata akan menjemput Lyra besok untuk mengantarnya ke bandara. Setelah mengatakan itu, Jun pun pergi melesat dengan mobilnya menjauh dari rumah nenek Via. Lyra bergegas naik ke kamarnya, ia menghindari nenek Via. Ia malas berdebat dengan neneknya soal yang terjadi dirumah sakit. ia juga tidak mau mengeluarkan kata yang mungkin akan menyakiti neneknya.

Lyra membersihkan dirinya, setelah itu beranjak menuju ranjangnya. Mengingat beberapa kejadian hari ini yang diluar prediksinya.

“Hmm, pernikahan yang tidak sesuai ekspetasi. Walaupun aku single, tetapi aku juga punya pernikahan impian arggg...”Jeritnya pelan dan kesal, wajahnya cemberut.

“Aku sial banget, udah gitu sekarang aku menjadi janda. Oh, Tuhan...” ucapnya. Lyra lelah memikirkan semua kejadian hari ini, dia pun memutuskan untuk segera tidur karena besok dia akan ke bandara pagi hari.

Terpopuler

Comments

anita

anita

lnjut thor

2024-12-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!