Cladia bersiap untuk keluar dari ruangannya menuju ke café untuk makan siang bersama teamnya ketika dilihatnya Ornado memasuki ruangannya bersama James dan Amadea.
“Mau kemana Cla? Ikutlah kami untuk keluar makan siang bersama,” Ornado berdiri di hadapan Cladia, diikuti James dan Amadea.
“Maaf, aku sudah buat janji dengan team kita untuk makan siang bersama di café,” Tangan Cladia terangkat dan telunjuknya menunjuk ke atas, mata Ornado mengikuti arah tangan Cladia.
“Berapa hari ini kamu selalu makan bersama teammu, kali ini kebetulan Ornado tidak ada janji makan siang dengan klien, lebih baik kali ini kamu ikut dengan kami,”James ikut bersuara untuk mengajak Cladia untuk makan siang bersama mereka.
“Aku juga ingin lebih mengenalmu, sebenarnya jujur saja, aku penasaran sekali dengan kamu,” Amadea tersenyum manis, mempertegas keinginan mereka untuk mengajak Cladia, tapi perkataan Amadea barusan cukup membuat Cladia sedikit mengernyitkan alisnya.
Kenapa penasaran denganku? Apa Amadea tahu aku istri Ornado dan berusaha mencari-cari cara untuk menyingkirkanku? Cladia bertanya-tanya dalam hati.
Amadea gadis yang cantik, sangat cantik, kalau dia menjadi istri Ornado, akan jadi pasangan yang benar-benar serasi, tiba-tiba saja pikiran Cladia melayang membayangkan mereka berdua disandingkan, dan tanpa dia sadari, ada sedikit rasa sakit di dadanya ketika dia membayangkan itu. Ah, Cladia segera membuat dirinya kembali fokus, membuang jauh-jauh bayangan aneh barusan.
“Maaf, mungkin lain kali aku bisa bergabung dengan kalian, dari tadi pagi aku terlanjur berjanji untuk makan siang bersama mereka, kalau tiba-tiba aku membatalkannya gara-gara kalian mengajakku, mereka bisa berpikir macam-macam,” James mengangkat alisnya dan bibirnya, sekilas dipandangnya wajah Ornado yang terdiam.
“Ok, mungkin lain kali ya, aku tunggu kesempatan baiknya untuk kita bisa makan bersama,” Amadea segera bersuara ketika dilihatnya baik James ataupun Ornado sama-sama terdiam mendengar penolakan Cladia. Tanpa menunggu jawaban dari Cladia, Amadea membalikkan tubuhnya sambil kedua tangannya meraih lengan James dan Ornado, mengajak mereka berdua bergegas meninggalkan ruangan itu.
“Ayo, waktuku di sini tinggal sebentar lagi, kalian harus memperlakukanku dengan baik,” James mengacak rambut Amadea mendengar perkataan Amadea barusan.
Cladia menarik nafas panjang melihat Amadea yang berdiri di antara James dan Ornado, sambil memeluk lengan mereka berdua, berjalan meninggalkan kantor itu.
Sudah, tidak usah dipikirkan, Cladia merutuk dalam hati dan segera ikut meninggalkan ruangannya berjalan menuju café. Ketika dia sampai disana yang lain sudah berkumpul disitu. Robi yang melihat Cladia dari jauh langsung melambaikan tangannya, memberi tanda agar Cladia mendekat ke meja mereka.
“Lama sekali baru datang Cla,” Robi langsung menarik kursi di hadapannya untuk Cladia, setelah itu dia kembali ke kursinya, sehingga mereka duduk berhadap-hadapan.
“Ah, iya, ada yang harus kubereskan di kantor sebelum aku kesini,” Cladia menjawab pertanyaan Robi sekenanya tanpa berpikir panjang.
“Silahkan bu. Saya segera akan pesankan begitu Ibu Cladia selesai memilih menunya,” Amalia menyodorkan buku menu ke arah Cladia.
“Eh, Cla, berapa hari ini aku lihat makan siangmu selalu spaghetti, disini sebenarnya menu terbaiknya adalah soto banjar,” Robi menunjuk ke arah buku menu dengan gambar soto banjar.
“Aku tidak terlalu suka makanan berkuah,” Cladia berkata dengan matanya tetap konsen memandang buku menu di hadapannya, mencoba meliha-lihat menu yang ada yang mungkin membuatnya tertarik.
“Kalau begitu kamu bisa coba iga bakar menteganya, benar-benar nikmat, walaupun terasa sedikit berlemak, aku jamin kamu tidak akan menyesal memakannya,” Cladia tersenyum mendengar promosi dari Robi sambil tangannya masih sibuk membalik-balik buku menu.
“Kalau sering-sering makan makanan berlemak bisa-bisa belum genap seminggu aku makan disini pakaian-pakaianku tidak akan muat lagi,” Robi tertawa pelan mendengar perkataan Cladia.
“Ah, jangan perdulikan itu, dengan berat badanmu sekarang, mau tambah 4-5 kg lagi kamu tetap akan terlihat cantik,” Cladia langsung mendongak kaget mendengar perkataan Robi, dia berencana untuk menyangkal perkataan Robi, tapi melihat orang yang berdiri di belakang Robi ketika dia mendongak membuatnya lebih kaget lagi sehingga matanya membeliak. Robi yang melihat reaksi Cladia segera menoleh ke belakang, dan apa yang selanjutnya dia lihat membuat dia tidak kalah kagetnya dengan Cladia, tepat dua meter di belakangnya tampak Ornado berdiri dengan kedua tangannya berada di celana panjangnya dengan tatapan tajamnya dan tanpa senyum di wajahnya. Entah sudah berapa lama dia berdiri di situ dan berapa banyak pembicaraannya dengan Robi yang dia dengar.
Ah, benar-benar, kenapa tiba-tiba dia muncul disini? Bukannya seharusnya dia bersama James dan Amadea? Cladia bersbisik dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya. Tanpa dipersilahkan tiba-tiba Ornado menarik kursi di samping Robi dan duduk disana, tepat di hadapan Cladia yang jadi sedikit salah tingkah karena kehadiran Ornado yang tidak disangka-sangka.
“Selamat siang semua, hari ini saya sengaja datang ke café untuk melakukan penilaian secara pribadi tentang café ini, semoga ke depannya café ini bisa semakin meningkatkan pelayanannya,” Ornado tersenyum sambil memandang secara bergantian orang-orang yang duduk satu meja dengannya, mereka segera memberi balasan untuk sapaan Ornado dengan sedikit menganggukkan kepala mereka dan tersenyum, sedang karyawan yang sedang makan di meja lain tampak saling berbisik karena merasa heran dengan kedatangan CEO mereka di café itu, yang selama ini belum pernah sekalipun datang mengunjungi café itu.
Begitu mengetahui kedatangan Ornado, penanggung jawab café segera mendekatinya dan sedikit membungkuk untuk menunjukkan rasa hormat.
“Siang Pak Ornado, senang sekali anda bersedia meluangkan waktu mengunjungi café ini, kita-kira apa yang ingin Bapak makan siang ini?” Ornado melipat tangannya sambil memandang ke arah Cladia yang sedikit menunduk untuk menghindarai tatapan mata Ornado.
“Buatkan saya menu yang sama dengan apapun yang dipesan Ibu Cladia,” Ornado berkata dengan matanya tetap tidak beralih dari wajah Cladia. Penanggung jawab café tersebut langsung menoleh memandang wajah Cladia, menunggu jawaban Cladia makanan apa yang akan dia pesan.
“Silahkan Ibu Cladia, berapa hari ini anda sudah menikmati masakan di café ini, sebagai orang diluar perusahaan ini saya yakin anda akan bersikap netral, jadi pilihan anda pasti pilihan yang terbaik menurut anda, dan saya penasaran dengan pilihan anda. Saya ingin mencobanya juga,” Cladia mengangkat kepalanya mendengar perkataan Ornado, lebih dari siapapun dia tahu ada nada marah, walaupun orang lain mungkin tidak menyadarinya karena Ornado berkata dengan nada biasa-biasa saja, tapi bagi Cladia, suara Ornado barusan seperti petir di telinganya, pedas dan tajam.
Dasar Robi, kenapa juga kamu bicara seperti itu tadi, seperti tukang gombal saja, Cladia mengomel dalam hati sambil matanya sedikit melotot ke arah Robi, memberi tanda bahwa dia merasa jengkel dengan apa yang barusan terjadi dan sedikit banyak dia menyalahkan Robi.
“Jadi menurut kalian bagaimana pelayanan di café ini?” Ornado berkata sambil menyendok makanan di depannya.
“Saya rasa cukup memuaskan pak, terbukti saat makan siang banyak karyawan yang lebih memilih makan di café ini daripada keluar kantor atau memesan makanan dari luar,” Ornado mengangguk-anggukkan kepalanya, matanya memandang salah satu anggota team yang barusan menjawab pertanyaannya.
“Kalau kamu Robi, apa yang membuat kamu menyukai café ini?” Robi yang sedari tadi berusaha mengatur gerak-geriknya di depan Ornado karena peristiwa sebelumnya memandang ke arah Ornado.
“Suasana café disini menyenangkan pak, selain masalah rasa, team mereka juga welcome terhadap setiap karyawan yang datang kesini,” Ornado kembali menganguk-anggukkan kepalanya.
“Menurutmu, lebih berpengaruh mana? Suasana café ini atau orang yang menemani makan siangmu di café ini?” Cladia tersentak kaget mendengar pertanyaan Ornado ke Robi, begitu juga Robi, tidak menyangka mendapat pertanyaan seperti itu, sehingga membuat dia sedikit gugup. Ornado langsung mengalihkan pandangnya dari Robi kearah Cladia sambil tersenyum.
“Sudah, tidak perlu dijawab, jawab saja dalam hati. Ada pepatah dari orang-orang sini kalau sudah cinta tahi kucingpun terasa coklat,” Dengan masih memandangi wajah Cladia dengan senyumnya, Ornado meraih gelas di hadapannya.
“Jangan kuatir Robi, disini bukan cuma kamu kok yang sedang tidak bisa membedakan antara tahi kucing dan coklat,” Ornado mengalihkan pandangan matanya dari Cladia dan meminum juice di gelasnya.
Ah, kamu ini, Robi cuma memujiku sedikit saja kamu sudah seperti orang kebakaran jenggot, bersikap seperti itu, sedangkan tadi di kantor jelas-jelas Amadea menarik lenganmu dan memeluk lenganmu, kamu diam saja, bahkan jelas-jelas kamu tidak ada niat untuk melakukan perlawanan, memang pria adalah makhluk yang super egois dan kejam, bibir Cladia sedikit mendesis, ada rasa jengkel yang meluap di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Susanti
😬😬😬😬.. ada perang dalam hati
2022-10-15
0
Juragan Jengqol
rob, ingat ya, kamu sudah dikasih peringatan sama ceo nya 😏😆
2022-05-20
0
Natalisna
ornado seperti teman nya raja alvero bucin.. posesif akut.. 😂😂😂
2021-12-18
0