3.

Baru beberapa langkah keluar ruangan, perasaan sungkan Ziva kembali muncul ketika merasakan dua pria itu berjalan tidak jauh di belakangnya dan Bianca tidak menyadari hal itu.

“Haish Zi, kayanya gue mesti ganti incaran deh”

Ziva hanya menarik nafas panjang mendengar keluhan temannya itu.

“Lo tau gak ? sorot matanya itu tajam banget Zi ! gue rasa kalo sampai gue kepergok perhatiin dia, bisa ketusuk mata gue”

“Lo dengarin gue ngomong gak sih ?!” gerutu Bianca

“Dengar”

“Terus kenapa diam ajaaa ?” gemas sekali Bianca pada temannya itu

“Ya terus gue mesti bilang apa ?”

“Ya apa kek, udah kenapa sih Zi cukup di kampus aja lo cosplay jadi es batunya, masa disini juga ? emang lo gak ada cita-cita dapat gebetan gitu ?”

“Gak”

“Haish !!”

Saat masuk ke kantin karyawan, mereka harus mengantri sesuai jalur yang disediakan.

“Banyak banget yang masih antri, apa kita bakalan kebagian Zi ?”

“Pasti kebagian kok”

Bukan Ziva yang menjawab, tapi Bagas.

Saat Ziva dan Bianca menoleh ke belakangnya, rupanya sudah ada Arshaka yang mengantri tepat di belakang Bianca, dan Bagas di belakang Arshaka.

“Eh, bapak” sapa Bianca tersenyum gugup

“Zi, tukeran” bisik Bianca langsung menyelak antrian Ziva yang memang tadi mengantri di depannya

“Makanya Ka jangan tajam-tajam punya mata, anak gadis orang jadi takut tuh” ledek Bagas

“Ma-Maaf pak” Bianca sampai tidak berani menatap Arshaka

“Hem” hanya itu yang Arshaka sahuti

“Ka, tukeran dong” pinta Bagas

“Antri”

“Ck !”

Suasana terasa begitu mencekam bagi Bianca sampai dia tidak secerewet biasanya karena kehadiran Arshaka.

Ke empat orang itu tidak ada yang mengeluarkan suara, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

“Siapa Zi ?”

Bianca hanya menolehkan kepalanya saat mendengar suara notifikasi di ponsel Ziva.

“Dept collector” sahut Ziva asal dengan jemari tangan sibuk membalas pesan

“Emang ada dept collector yang berani nagih ke rentenir kaya lo ?!”

“Ya lagi pakai nanya”

“Orang nanya apa salahnya sih Zi”

“Hem”

“Siapa Zi ?”

“Astaga Bi”

“Orang penasaran doang”

“Nih !” ketus Ziva menunjukkan layar ponselnya pada Bianca

“Oohh”

“Udah ?”

“Ck, es batu” ketus Bianca

Tanpa Ziva ketahui, sejak awal dia membuka jendela percakapan di aplikasi ponselnya, Arshaka mengintip di belakangnya. Sangat mudah bagi Arshaka melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain karena tinggi Ziva hanya sebatas dagunya saja.

Sampai giliran mereka tiba dan duduk di meja kosong seadanya, Ziva kembali sibuk dengan ponselnya.

“Gabung boleh kan ? belum ada meja yang kosong lagi soalnya” seru Bagas yang sudah menarik kursi di samping Ziva

“O-Oh, boleh pak, boleh” sahut Bianca

Namun saat Arshaka menarik kursi di sampingnya, refleks Bianca menelan salivanya susah payah.

“Kenapa ? kamu risih saya duduk disini ?”

Padahal biasa saja nada bicara Arshaka, datar tanpa ada sorot mata tajam disana, namun bagi Bianca nyawanya tetap terancam berada di dekat Arshaka.

Dengan segala kepekaannya, Ziva menggeser piring makannya dan menarik piring makan Bianca ke tempat duduknya.

“Sini” serunya beranjak bangun

Buru-buru Bianca langsung pindah duduk dengan Ziva sebelum Ziva berubah pikiran.

“Sebegitu seramnya kah saya ?” kali ini Arshaka bertanya pada Ziva yang sudah duduk di sampingnya

“Gak pak”

“Jujur aja Ziva, dia emang perlu validasi dari orang lain biar sadar” celetuk Bagas

“Emang gak seram pak, kalo seram tuh pak Arshaka gak makan nasi pak”

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!