“Oh, begitu. Tetapi mengapa istri Mas Nathan tidak pernah ikut datang kemari untuk memilih sendiri gaunnya?” tanya Nesya berusaha tegar, berusaha berbesar hati, bahwa apapun yang dirasakannya saat ini adalah hal lumrah. Seorang gadis jatuh cinta pada seorang pria, itu adalah biasa. Dan tentunya apa bila pria itu sudah memiliki pasangan, si gadispun dengan rela memendam perasaannya, dan mundur tanpa harus diketahui oleh pria tersebut. Dan inilah yang sedang dilakukan oleh Nesya. Memendam perasaan dengan senyuman.
Nathan tersenyum tipis sambil menarik nafas berat. “Dia sakit.”
Dan Nesya tidak perlu bertanya lebih banyak lagi. Dari jawaban singkat itu saja, dia sudah bisa meyakinkan dirinya kalau istri Nathan pastilah sedang sakit parah sehingga tidak mampu untuk ikut membeli pakaiannya sendiri. Makanya Nesya tidak meneruskan pertanyaannya.
“Hm, aku minta maaf jika pertanyaanku…”
“Tidak apa-apa, Nesya. Kau pantas menanyakannya. Mengingat aku sudah tujuh bulan membeli begitu banyak gaun wanita, sendirian saja. Siapapun pasti akan penasaran. Dan setidaknya,pasti akan betanya apakah aku akan menjualnya kembali, atau untuk diberikan kepada seseorang. Aku malah heran, karena kau bisa bertahan selama ini tidak bertanya padaku. Ternyata kau bukan seorang yang gampang penasaran, ya?”
Nesya tersenyum. “Aku berusaha untuk tidak menyinggung perasaan pembeliku, Mas. Itu saja.”
“Bagus. Kau adalah penjual yang hebat.” Nathan menyudahi pilihannya. Namun dia teringat dengan gaun pesananya. “Sudah selesai?”
“Oh, iya. Manekinnya masih di dalam. Sebentar.” Nesya segera masuk, dan tak berapa lama dia keluar dengan mendorong patung wanita yang telah mengenakan gaun berwarna merah, yang tampak sangat indah.
Nathan menatap gaun ciptaan Nesya dari tempatnya berdiri. Matanya tampak tidak berkedip. Beberapa saat kemudian dia berdehem. “Ini gaun sutra yang paling indah yang pernah kusaksikan. Aku yakin sakali, kau memang seorang yang berbakat. Kalau aku jadi kau, aku akan mulai mengembangkan bakatku dan bukannya terpenjara di toko kecil ini,” gumam Nathan memuji.
Nesya hanya tersenyum. Satu sisi, dia merasa amat marah karena telah berani menyukai sorang pria yang ternyata sudah beristri. Namun disisi lain, dia juga merasa apa yang dirasakannya adalah hal yang wajar, karena selama ini dia tidak tahu status Nathan sbenarnya. Dengan selalu berpergian seorang diri, pria setampa Nathan tidak akan mungkin tidak memikat gadis yang memandangnya. Terlebih Nesya yang setiap bulan bertemua dengannya. Namun perasaan Nesya kini merambat menuju simpati. Nathan pasti sangat menyayangi istrinya. Hal itu bisa dilihat dari cara pria itu memilihkan gaun-gaun yang bagus dan berharga mahal untuk istrinya. Dan hanya Tuhanlah yang tahu, apakah istrinya bisa memakai seluruh gaun-gaun itu, saat ini. Atau mungkin, menunggu istrinya sembuh, entahlah. Nesya tidak ingin memikirkan sejauh itu.
*
“Mas Nathan!” sapa Nesya sedikit terkejut, saat melihat pria itu memasuki apotik, dimana dia berada.
“Nesya?” sambut Nathan yang tampak sediit terkejut. “Kenapa kau ada disini? Kau baik-baik saja, kan?”
“Aku baik-baik saja, Mas. Aku baru mengantarkan gaun pesanan pemilik apotik ini.” Jawab Nesya cepat. “Mas sendiri?”
“Aku menebus obat untuk istriku.” Jawabya tersenyum. “Nesya, apa kau akan kembali ke tokomu?”
“Iya. Mas.”
“Kalau begitu aku akan mengantarkanmu. Apotik ini terlalu jauh dari tokomu.” Ucap Nathan tegas. Namun terdengar lembut di telinga Nesya. Memang tadi dia harus dua kali ganti kendaraan untuk bisa sampai ke apotik tersebut. Makanya, tawaran Nathan untuk mengantarkannya ke toko, tidak akan ditolaknya.
“Rumah Mas Nathan tidak jauh dari sini, kan?” tanya Nesya setelah mereka berada di dalam mobil Nathan. Pria itu mengangguk.
“Dekat sekali.”
“Hm…Mas, apakah..aku…hm…” Nesya ingin sekali mengutarakan isi hatinya. Namun dia takut Nathan akan menolaknya.
“Apa, Nes? Tanya saja, jangan ragu.”
Nesya tersenyum, “apakah aku boleh berkenalan dengan istrimu?” tanya nya akhirnya. Dan dia merasa lega setelahnya.
Nathan tersenyum, “Kenapa tidak boleh? Istriku pasti sangat senang karena dikunjungi oleh desainer kesukaannya.”
“Desainer kesukaannya?”
Nathan mengangguk. “Kau sudah menjadi desainer kesukaannya. Sebenarnya dia juga sangat ingin bertemu denganmu. Aku saja yang tidak berani menyampaikan permintaannya kepadamu.”
“Wah, ternyata…siapa sangka kami mempunyai keinginan yang sama, ya?”
“Iya. Sekarang?”
“Iya, sekarang saja, Mas. Mumpung kita berada dekat dengan rumah Mas.”
“Baiklah.” Nathan memutar arah mobilnya, memasuki sebuah kompleks perumahan merah yang tampak sepi. Lalu mereka berhenti di sebuah rumah besar yang letaknya paling ujung jalan. Setelah turun, Nathan membawa Nesya langsung masuk ke dalam rumahnya.
“Istriku ada di atas.” Katanya seraya mempersilahka Nesya mengikutinya. Setelah menaiki anak tangga yang lumayan banyak,akhirnya mereka sampai ke sebuah kamar yang amat luas, yang di dalamnya terdapat sebuah tempat tidur mewah. Sepanjang mata Nesya memandang, seluruh perabotan di rumah itu tampak amat mewah. Nathan dan Istrinya ternyata amat sangat berada. Pantas saja Nathan tidak pernah pusing mengeluarkan uang sebanyak apapun untuk membeli gaun-gaun istrinya.
“Nesya, masuklah. Pekenalkan, ini Christal, istriku.” Ucap Nathan seraya membantu istrinya duduk di sisi ranjang. Seorang wanita cantik yang tampak sangat kurus dan lemah. Nesya langsung jatuh iba melihatnya, dan ia segera melangkah mendekat. “Christal, inilah Nesya, desainer kesukaanmu itu.”
Christal memutar bola matanya, mencoba melihat ke arah Nesya. Tampaknya wanita itu sangat susah melakukannya. Namun begitu mampu melihat Nesya, senyumnya langsung mengembang, sementara tangannya terulur mengajak Nesya mendekat.
“Apa khabar, Nesya?” terdengar suara parau, yang hampir merupakan bisikan, keluar dari mulut Christal. Nesya segera mendekati wanita malang tersebut, dan menyambut tangannya.
“Aku baik-baik saja, Kak.” Jawab Nesya tersenyum lembut.
Christal menggenggam erat tangan Nesya. Lalu tangannya menyentuh pipi gadis itu, “Kau cantik sekali, Nesya. Sama seperti gaun-gaun ciptaanmu.”
“Terima kasih, Kak. Kakak juga cantik.” Jawab Nesya bersungguh-sungguh.
“Benarkah? Tengkorak ini kau bilang cantik?” tanya Christal terkekeh. “Kau memang gadis menyenangkan ya? Persis seperti yang diceritakan suamiku.” Katanya melirik Nathan. Lalu tangannya segera menarik tubuh Nesya kedalam pelukannya. Sentakan tangannya begitu kuat, membuat Nesya terkejut. Detik berikutnya, Nesya merasakan sesuatu menancap di lehernya. Tajam, panas membara, dan menyakitkan. Nesya mencoba meronta, namun semakin lama tenaganya semakin terkuras habis. Ia mencoba menatap Nathan, mencari penjelasan akan apa yang telah terjadi. Namun wajah pria itu tampak sangat dingin dan penuh misteri. Sampai akhirnya pandangannya menggelap.
Semenit berlalu. Sebuah tubuh yang hanya tinggal tulang berlapiskan kulit dan pakaian, jatuh terkulai di lantai. Bersamaan dengan itu, seorang wanita yang sangat cantik, turun dari tempat tidur seraya membersihkan mulutnya dari sisa-sisa darah yang menempel di sekitar mulutnya.
“Sayang, apakah aku sudah cantik kembali?” tanyanya menatap Nathan. Pria itu segera menghampiri istrinya dan mengecup bibirnya dengan mesra.
“Kau adalah wanita paling cantik yang pernah kumiliki selama beberapa abad ini, Christal.” Jawab Nathan tersenyum manis.
-\=Tamat\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Jenny Eka
selalu jadi idolaku.
molai dr story club dan akhirnya menuangkan ide disini😘
2020-09-20
1
IG : anissah_31
hai kak, semangat trs..
salam dr "Sang Pemuda" 😊
2020-09-16
0
Mala Sonya Ariati
bagus ceritanya
2020-06-30
1