Setelah menutup pintu rumah, Ratih pun kembali berjalan ke arah ruang makan dan memberikan sebuah kalung kepada Cia.
"Kenapa Ma? Loh ini apa Ma?" Tanya Cia bingung kala Ratih memberikan sebuah kalung kepadanya.
"Tadi Mama nemu di depan sayang, di dalam kotaknya ada tulisan 'untuk Cia'. Tapi kotak sama tulisannya udah mama buang ke tempat sampah sayang," Ujar Ratih berbohong.
"Buat Cia? Wah bagus banget Ma? Tolong bantuin pasangin dong," Ujar Cia kemudian memberikan kalung itu kepada Ratih.
"Tapi kok tulisannya A ya Ma? Padahal kan nama Cia C?" Bingung Cia.
"Udah Sayang, mungkin pengirimnya ingin kamu selalu mengingat dia," Ujar Ratih kemudian menyodorkan segelas susu kepada Cia.
"Makasih Ma, Cia berangkat dulu ya Ma." Ujar Cia kemudian menyalimi tangan Ratih dan Natan yang dibalas kecupan keduanya di pipi kiri dan kanan Cia.
"Didepan udah ada supir baru buat kamu Sayang, selamat sekolah!" Ujar Ratih yang di angguki oleh Cia.
"Dadah Ma, Pa." Ujarnya dengan melambaikan tangannya ke arah Ratih dan Natan dengan antusias.
"Dah sayang!" Ujar mereka balas melambaikan tangannya kompak ke arah Cia yang perlahan menghilang di balik dinding ruang tamu.
Tok tok tok
Cia mengetuk pintu mobil itu dengan pelan membuat sopir yang berada di dalamnya keluar dari mobil kemudian membukakan Cia pintu mobil yang mendapatkan tatapan heran dari Cia.
"Cia bisa sendiri Pak, makasih ya Pak." Ujarnya kemudian masuk ke dalam mobil.
"Sama-sama Nona," Kemudian sang sopir masuk ke dalam mobil dan menjalankannya dengan hati-hati menuju ke arah sekolah Cia.
"Nama bapak siapa Pak?" Tanya Cia maju ke tengah-tengah kursi penumpang.
"Nama saya Ujang Nona," Jawab Ujang yang mendapatkan tatapan protes dari Cia.
"Kenapa Nona?" Tanya Ujang heran karena melihat wajah Nonanya itu.
"Jadi Cia panggilnya apa?" Tanya Cia.
"Panggil Mang Ujang aja Nona," Ujar Ujang yang di angguki oleh Cia.
"Mang Ujang panggil Cia jangan Nona dong! Emangnya Cia udah setua itu ya?" Kesal Cia yang mendapatkan kekehan kecil dari Ujang.
"Jadi saya harus panggil Nona apa?" Heran Ujang
"Panggil nama aja Mang! Kalo Mang Ujang gak mau, Cia gak mau berangkat bareng Mang Ujang lagi!" Ujarnya mengancam membuat Ujang keok. Jika tidak mengantar Cia, apa yang akan di kerjakannya? Pikirnya.
"Iya Cia," Ujar Mang Ujang yang mendapatkan senyuman lembut Cia.
"Mang Ujang udah punya berapa anak?" Tanya Cia kepo.
"Satu Nona, Eh, Cia, namanya Rendi." Jelas Mang Ujang yang di angguki oleh Cia.
"Umurnya berapa Mang?" Tanya Cia.
"Lima tahun Cia." Jawab Mang Ujang
"Kapan-kapan Cia mau liat ya Mang? Boleh?" Ujar Cia yang di angguki oleh Ujang.
"Iya Cia, nanti kalo Cia mau liat tinggal bilang sama Mamang aja ya Nak," Ujar Ujang.
"Kita udah sampai Cia. Mau di antar sampai dalam atau sampai sini aja?" Tanya Ujang.
Sekolah Cia memang tidak mengizinkan orang-orang yang pergi sekolah dengan diantar jemput untuk di antar sampai ke dalam sekolah karena takut bentrok dengan kendaraan siswa yang kebanyakan berkendara sendiri.
"Gak apa-apa Mang. Cia masuk dulu ya," Ujar Cia kemudian mengulurkan tangannya yang membuat Ujang heran.
"Kenapa Nona?" Herannya.
"Salim Mang!" Ujar Cia masih mengadahnya tangannya sembari melotot ketika mendengar panggilan Ujang kepada dirinya.
"Tapi Cia..."
Cia semakin membesarkan matanya membuat Ujang dengan cepat memberikan tangannya yang langsung di salimi Cia dengan hormat.
"Cia masuk dulu ya Mang." Ujar Cia sembari keluar dari mobil meninggalkan Ujang yang masih terbengong di tempatnya.
"Pertama kalinya nurutin majikan yang kelewat aneh tapi baik!" Ujar Ujang kemudian kembali menjalankan mobilnya ke arah rumah keluarga besar Raxanvi.
Setelah kepergian Ujang dari halaman sekolah, Aaro pun juga masuk ke area parkir sekolah kemudian berlari untuk mengikuti Cia menuju kelas gadis itu.
"Hallo Risa!!!" Teriak Cia kemudian memeluk leher Risa dari belakang membuat yang punya kaget.
"Loh? Lo udah masuk?" Tanya Risa yang di angguki oleh Cia.
"Emangnya kenapa?" Heran Cia yang mendapatkan gelengan kepala oleh Risa.
"Ayo duduk!" Ajak Risa. Menggandeng tangan Cia menuju tempat duduk mereka.
"Cia? Semalam lo tidur dimana?" Tanya Risa yang membuat Cia menatapnya bingung.
"Di rumah lah. Emangnya mau dimana lagi?" Heran Cia yang membuat Risa menyengir.
"Iya juga ya Ci," Ujar Risa.
"Udah! Ayo duduk! Pasti gurunya bentar lagi masuk." Ajak Cia. Benar saja! Tak lama Cia mengatakan itu, guru pun masuk ke dalam kelas mereka kemudian memulai pelajaran pagi ini.
"Aaaaa Risa.... Cia capek! Masa tadi ulangan dadakan sih? Kan Cia bego banget! Malah gak bisa jawab semuanya!" Frustasinya.
"Yaudah! Ayo kita rehat sejenak untuk menghilangkan penat ulangan tadi dengan makan di kantin," Semangat Risa dengan menggebu diikuti oleh Cia.
"Ayo!" Ujar Cia tak kalah semangatnya.
Mereka pun pergi ke kantin dengan tangan yang bergandengan satu sama lain.
Sesampainya di kantin, mereka mengedarkan pandangan mereka mengelilingi kantin guna mencari tempat duduk. Disana! Terlihatlah Rion yang tengah melambaikan tangannya ke arah Risa membuat Risa peka.
"Ayo ke sana!" Ajak Risa kemudian menuju tempat Rion dan teman-temannya.
"Hallo Sa! Ci! Sini duduk!" Ajak Rion membuat Risa mengangguk mengiyakan. Namun berbeda dengan Cia. Dia mengangguk sembari menunduk membuat Aaro yang berada di sana menghela nafasnya kasar.
"Kalian pesan apa?" Tanya Dikru. Anaknya Rella dan Roy yang seangkatan dengan Cia.
"Cia mau makan Soto aja!" Ujar Cia yang di angguki oleh Dikru.
"Gue bakso!" Ujar Risa kemudian laki-laki itu pergi memesan makanan mereka.
"Heh... Gue belum Tai! Lo gitu banget sialan. Pilih kasih." Teriak Zaki kesal namun tidak di hiraukan oleh Dikru yang terus berjalan menuju stan makanan yang diinginkan oleh kedua orang gadis itu.
"Ci? Tau gak? Kemarin gue baru aja beliin lo hadiah tau," Ujar Risa yang membuat Cia menatap Risa antusias.
"Mana?" Tanyanya antusias.
"Nanti di mobil, oke?" Tanya Risa yang balas kerlingan oleh Cia.
"Okee!" Ujarnya.
"Cia!" Ujar suara itu membuat Cia kembali menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Muka lo kenapa pucet banget Aa?" Tanya Risa ketika melihat wajah Aaro.
"Dari tadi pagi dia muntah-muntah mulu," Ujar Rion mewakilkan Aaro yang tengah menangkupkan kepalanya di atas meja kantin.
Cia mendongakkan kepalanya mendengar perkataan Rion. Ya! Dia bisa membedakan mereka melalui suara dan warna mata mereka. Suara Aaro itu serak dan berat, sementara suara Rion agak cempreng.
Risa menatap Rion, memberi kode agar Rion menjelaskan nya agar Cia juga ikut mendengarkannya.
"Dari tadi pagi Aaro belum makan apapun. Semua makanan yang masuk kedalam mulutnya langsung keluar gitu aja dari sana. Bahkan Udang balado yang merupakan makanan kesukaan Aaro aja keluar gitu aja waktu masuk ke dalam mulut Aaro. Mana dia punya riwayat Maag lagi." Jelas Rion seraya menatap kembarannya itu khawatir.
"Kalo maag kenapa gak makan?" Sambung Cia membuat mereka mengalihkan pandangannya ke arah Cia dengan kaget.
Tercengang dengan Cia yang akhirnya menyambungkan pembicaraan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments