All in One

Di suatu pagi yang cerah, terbangunlah seorang laki laki manis yang merindukan ranjang empuk lamanya itu.

"Hoaaaamm.. secepat inikah pagi datang. Aku masih tidak ingin meninggalkanmu sekarang." gelut Flint sambil memeluk gulingnya itu.

5 menit lagi. Hanya 5 menit. Waktu please jangan berjalan dengan cepat. gerutu Flint.

Tidak selang beberapa lama kemudian, tok tok tok. "Flint, Julie sudah datang. Dia menunggumu dibawah." ucap Sara.

Melototlah mata Flint, langsung loncatlah dia dari tempat tidurnya dan membuka pintu kamar. "Ma suruh Julie tunggu sebentar aku belum mandi, aku siap siap dulu." jawab Flint kepada Sara dengan berbisik.

Flint langsung bergegas ke kamar mandi yang ada didalam kamarnya. Walaupun sedang terburu buru, Flint tidak ingin melupakan suatu hal yang penting untuk dirinya. Dia mengeringkan rambut, memakai baju, memakai wax, dan juga parfum. Memang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk Flint bersiap siap bagi seorang pria, namun tetap saja, masih lamaan kaum perempuan.

Tidak lupa Flint membawa tas ransel yang berisi buku buku untuk bahan Julie belajar yang sudah dia siapkan tadi malam.

Sesudahnya Flint bersiap siap, dia langsung menuju lantai kebawah. Terlihat seorang perempuan manis sudah menunggu Flint sedari tadi.

"Nih sarapannya. Makannya dimobil aja. Kasian Julie udah nunggu lama." kata Sara sambil menyodorkan kotak makan.

"Eheheheh yaudah Ma aku sama Julie berangkat dulu ya. Bye byee." pamit Flint dan mencium kening ibunya itu.

"Pergi dulu ya tante." kata Julie.

Flint dan Julie pun berjalan menuju ke luar rumah.

"Mobil atau motor?" tanya Flint.

"Motor."

"Kenapa?"

"Sudah lama tidak naik motor bersamamu."

"Aha baiklah."

Saat di perjalanan,

"Seneng gak naik motor bareng aku lagi?" tanya Flint.

"Seneng lah."

"Hari ini langitnya lagi cerah. Mereka menyambut kita dengan bahagia."

"Mari bahagia bersama hari ini!"

"Jangankan hari ini. 1000 tahun pun aku mau bahagia bersamamu."

"Ahahahaa. Kamu bawa berapa banyak buku hari ini?"

"Aku bawa 5 hari ini. Tenang saja, waktu kita belajar bersama masih banyak kok. Buku yang aku punya juga gak kalah banyaknya."

"Woahhh otak dan jiwaku sudah siap menerimanya. Ngomong² kamu kapan balik?"

"Beberapa hari sebelum aku masuk kuliah. Awal Februari yang pasti."

"Baiklah. Kamu harus menyiapkan tenaga untuk mengajariku selama 1 bulan kedepan."

"Apa? Menyiapkan hati untuk mencintaimu selamanya? Udah kok, udah aku persiapkan."

Mendengar perkataan Flint, Julie mencubit pundak Flint. Namun ada segelintiran kebahagiaan di hati Julie, dia bisa merasakan candaan, gombalan Flint yang sudah lama tidak dia dengar.

"Sudah sampai. Apakah otakmu sudah siap tempur nona manis?" tanya Flint seraya memarkir motornya.

"Jangan banyak bicara. Otakku sudah tidak sabar menyantap buku ditas mu."

"Whoa hahaha. Baiklah ayo!" ajak Flint dengan merangkul Julie masuk kedalam perpustakaan.

Flint memilih tempat duduk yang pas untuk Julie belajar. "Ini buku buku nya. Masih ada sekitar 40 an buku lagi. Apa yang ingin kamu pelajari terlebih dahulu?" tanya Flint sambil mengeluarkan isi tasnya.

"Yang ini dulu." jawab Julie sambil menunjuk buku yang dikeluarkan Flint.

"Baiklah pacarku. Di buku ini ada soal yang mirip mirip dengan ujian. Kamu coba kerjakanlah dulu sebisamu. Ini pelajaran yang pernah kamu pelajari dulu. Kalau ada yang tidak bisa tanyakan padaku."

"Kamu seperti guru les saja. Bagaimana ini? Aku lupa membawa uang."

"Kalau begitu bayarlah dengan nilai yang memuaskan."

"Siap kapten."

Julie : Begitulah Flint. Flint bisa menjadi kakakku yang selalu menjagaku, terkadang juga bisa menjadi adik yang harus aku lindungi, terkadang bisa menjadi teman disaat aku sedang sendirian, selalu mendukung diriku dan terkadang bisa menjadi guru yang selalu mengajariku. Banyak hal yang sudah kami lalui bersama, banyak pengalaman pula yang sudah kami dapatkan sebagai manusia yang sebelumnya tidak pernah berpacaran. Flint bagaikan all in one yang sudah Tuhan datangkan kedalam hidupku. Aku sangat mensyukuri pemberian Tuhan ini dan tidak ingin membuat Tuhan menyesal sudah memberikan Flint kedalam hidupku.