Friend and Disaster

Mata Theo tak luput memperhatikan wanita yang sedang berceloteh ria dengan sahabat lamanya. Satu sudut bibirnya terangkat, bisa bisanya wanita itu tersenyum dengan lepas pada pria lain setelah malam panas mereka bersama.

"Ren!" Serunya ketika jarak mereka sudah hampir dekat.

"Theo?... Lama tak bertemu. What are you doing here?" Seru Ren kemudian mereka berpelukan ala pria.

"Aku tadi habis bertemu klien ku, dia ingin membicarakan proyeknya disini." Jelas Theo kemudia berucap "Apakah aku boleh bergabung?"

"Sure, duduk lah!" Pinta Ren.

Theo pun duduk di hadapan wanita yang pernah ia temui di club malam itu. Jangan tanyakan eksperinya ketika melihat Theo. Wajahnya dari tadi terlihat gelisah dan matanya tidak bisa berbohong bahwa ia khawatir. Ya Yuna sangat khawatir. ia takut kalau kalau pria yang bernama Theo itu menceritakan kejadian malam mereka pada kekasihnya.

Demi apapun Yuna tidak bisa jika harus kehilangan pujaan hatinya. Apalagi kesalahan yang ia lakukan merupakan kelasahan telak. Ren sangat membenci penghianat, Yuna tau itu.

"Theo ini Yuna, she is my girlfriend."

"Theodore Dexus, you can call me Theo" theo mengulurkan tangan pada wanita dihadapannya. Namun di sambut dengan ragu oleh wanita itu.

"Yuna Luwin Bowen, panggil saja Yuna."

"Nama yang bagus—Yuna." ujar Theo sambil tersenyum penuh arti. Yuna hanya memberikan senyuman singkat dan melepas tautan tangan mereka dengan cepat, Sekelebat ingatan pada malam itu terlintas dibenaknya tatkala tangan mereka saling bersentuhan.

Setelah perkenalan yang canggung itu, kini percakapan nya beralih menjadi Theo yang lebih mendominasi pembicaraan bersama Ren.

"Jadi sudah berapa lama kalian bersama?" Tanya Theo sambil memperhatikan Yuna yang semakin gugup. Dia berani sekali ketika sedang bersamanya, tapi kenapa di hadapkan dengan situasi seperti ini mentalnya jadi menciut? Theo suka ini, Dia memegang kartu As di antara pemainannya dengan wanita angkuh itu. Jujur saja melihat Yuna ketakutan seperti ini, menjadi hiburan tersendiri bagi seorang Theodor.

"Sudah satu tahun kami bersama." jawab Ren dengen senyum pada Yuna dan di balas senyum tulus yang di paksakan karna kegugupan.

Baru saja mulut Theo ingin menggali lebih jauh mengenai hubungan temanya dengan wanita ini, perhatian jadi teralihkan karena seorangan pelayan datang membawa makanan pesanan mereka.

Tak bersuara lagi mereka lebih memilih memakan menu yang mereka pesan, namun berbeda dengan Theo alih alih makan dia lebih tertarik memperhatikan Yuna yang masih terlihat gugup namun tidak segugup saat wanita itu pertama kali melihat Theo lagi setelah kejadian tempo hari.

Suapan demi suapan Yuna masukan kedalam mulutnya namun rasa makanan ini tidak seenak saat dibayangkan dalam bus. sepertinya rasa lapar Yuna sirna begitu saja saat pria itu datang menghantuinya. Ketika suapan berikutnya rasa mual entah kenapa menyeruak, Yuna bahkan harus menutup mulutnya saat makan yang ia telan mendobrak lagi ingin keluar.

"Yuna... Ada apa?" Mengabaikan makanan yang sedang di santapnya Ren memegang pundak Yuna khawatir.

Tidak menggubris pertanyaan Ren Yuna malah berlari menuju Toilet.

Ren yang merasa khawatir segera menyusul kekasihnya, membuntuti kemana ia pergi. Begitupun dengan Theo yang mengekor di belakang.

Setelah sampai di depan toilet mereka menunggu sebentar kemunculan Yuna, wanita itu keluar dengan wajah pucat.

"Kau tidak apa-apa sayang?" Ren lansung menyambut kehadiran sang kekasih membawanya pada dekapan nyaman.

"Aku tidak—" belum selesai kalimat yang Yuna ucapkan rasa mulai itu tiba lagi, tergesa ia menyeret diri kembali ke dalam toilet wanita.

Setelah menunggu beberapa lama akhirnya Yuna keluar juga dengan tubuh lemasnya dia menghampiri sang kekasih rasanya ingin menangis tapi sebisa mungkin ia tahan, tidak mau mebuat Ren khawatir atas kondisinya.

"Kita periksa ke dokter ya!" Lembut namun tegas Ren berucap karena tau Yuna pasti akan membantah perintahnya.

"Aku akan mengantar kalian, kebetulan perusahaanku dan rumah sakit satu arah." Theo yang dari tadi menyimak pun bersuara.

"Kurasa kita naik taksi saja Ren aku tidak ingin merepotkan teman mu—"

"Aku tidak mungkin membiarkan teman ku naik taksi sedangkan aku membawa mobil" belum seleai Yuna berbicara Theo sudah lebih dulu menyambar "lagi pula jika menunggu taksi akan terlalu lama." lanjutnya.

"Benar kata Theo. Yuna... Kau harus segera di periksa aku sangat khawatir." Ren menimpali terlebih juga karena dia tidak membawa mobil. Ia sengaja karena ingin mengejutkan kekasihnya namun tak di sangka akan terjadi kejadian seperti ini.

Akhirnya setelah berdebat sedikit mereka pergi menggunakan mobil Theo.

Theo tidak habis pikir dengan wanita ini dalam kondisinya masih tetap saja keras kepala dan mempertahankan ego.

Ren masih memperhatikan Yuna dalam duduknya dengan cemas. Dokter sedang melakukan beberapa pemeriksaan pada kekasihnya itu, hingga sebuah dering ponsel mengalihkan perhatiannya di liat layar ponsel yang berdering itu. Ia sempat berpikir dulu sebelum kakinya melangkah menuju pintu keluar.

Saat keluar dari ruang pemeriksaan ia melihat Theo masih berada di posisinya menunggu mereka di luar.

"Theo apa kau bisa menemani Yuna dulu? aku akan mengangkat telepon sebentar" tanya Ren begitu keluar. Theo hanya membalas dengan anggukan singkat dan langsung membawa diri masuk keruang pemeriksaan.

Tidak lama setelah Theo masuk pemeriksaannya sudah selesai. Dokter membawa Yuna duduk di sebelah kursi yang Theo tempati.

Setelah dokter kembali duduk di posisinya wajah wanita paruh baya itu menampilkan senyum yang penuh arti.

"Anda tidak perlu khawatir tuan," wanita paruh baya itu tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya "Istri anda tidak apa-apa yang di alaminya sekarang adalah tanda awal dari kehamilan dan selamat atas kabar ini saya ikut senang." Dokter wanita itu tersenyum kembali.

"Usia kandungannya sudah satu bulan, itu sebabnya istri anda mengalami mual mual dan mudah lelah. Untuk sekarang selalu jaga istri anda jangan sampai dia terlalu kecapean." Jelas wanita itu memberi saran.

Mendengar penjelasan itu raut muka Theo berubah drastis, perasaan terkejut tidak bisa ia jelaskan. Apa maksudnya? Wanita di sampingnya ini hamil? Dia bahkan belum menikah. Theo bahkan melupakan bahwa dokter tadi memanggil Yuna dengan panggilan istri anda?

Dengan masih penasaran tatapan Theo beralih melihat wanita di sampingnya yang kini menahan sesuatu pada pelupuk matanya. Mata Yuna berkaca kaca sekaligus melebar karna sama terkejutnya.

"Baik, terimakasih." Theo berucap dengan senyum singkat dan bergegas membawa Yuna keluar.

Menyesal

Benci

Kecewa

Hancur. dunianya kini hancur, setelah mendapati kenyataan bahwa ada insan lain yang hidup di dalam tubuhnya.

Sebenarnya yuna sudah menyadari ada yang tidak biasa dengan dirinya akhir akhir ini namun tak di sangka efeknya akan sejauh ini. Yuna hanya melangkah lunglai dengan tatapan kosong di sepanjang lorong rumah sakit.

Theo masih mengikuti di belakang dengan raut muka yang sulit diartikan. Masa depannya telah hancur, dan bagaimana dengan Ren? Jiga kekasihnya tau bahwa kini ia sedang berbadan dua. Dia pasti tidak akan berpikir dua kali untuk meninggalkannya.

Demi tuhan Yuna sangat mencintai Ren ia tidak tau harus bagaimana hidupnya tampa pria baik itu di sampingnya.

"Siapa lagi yang tidur dengan mu hingga kau mengandung seperti ini?" Theo angkat suara dari belakang meluapkan kekesalannya, entah kenapa ia kesal memikirkan wanita ini tidur bersama pria lain setelah bersamanya.

Mendengar itu tanpa pikir panjang Yuna berbalik dan

Plak...!!

Satu tamparan dengan keras mendarat di wajah tegas Theo. dengan wajah marah Yuna berucap lirih.

"Jaga mulut mu brengsek!"

"Aku bukan wanita kotor seperti yang kau pikirkan. Aku—tidak pernah tidur dengan laki laki lain selain dengan lelaki bajingan seperti mu," tutur Yuna sedikit tercekat karena terlalu emosi. sementara air mata yang ia tahan dari tadi tak berhasil lagi ia bendung.

"Dan sialnya aku malah mengandung anak dari pria bajingan sepertimu. Ini—anak mu brengsek!!!" Yuna sedikit mendorong tubuh Theo karna saking emosinya.

Theo bergeming masih mencerna setiap kalimat yang wanita ini ucapkan sudut matanya menyipit dengan kerutan didahinya.

"Kau jangan hawatir aku akan menyelesaikan masalah ini sendiri." tutur Yuna sambil menghapus kasar air matanya.

Mendengar ucapan Yuna raut muka Theo menjadi tegas ia tidak bodoh untuk tidak memahami maksud dari perkataan wanita dihadapannya "Singkirkan pikiran kotormu itu. Jika kau melakukan sesuatu pada bayi kita, aku tidak akan mebiarkanmu hidup tenang!"

Yuna terkekeh geli "Bayi kita? Aku bahkan tidak sudi menyebut janin ini sebagai bayi kita."

Mendengar perkataan itu emosi dalam diri Theo tersulut, Theo mencengkram dagu Yuna kasar, tatapannya menusuk melihat wanita gila di hadapanya "Jika kau melakukan sesuatu pada bayi ini—aku tidak akan tinggal diam yuna. Kau masih ingat video yang ku tunjukan malam itu? Aku bisa menunjukannya pada Ren kapan saja!" satu sudut bibirnya terangkat menunjukan senyum culas.

"Brengsek!" maki Yuna.

"Yuna." Ren datang dari belakang.

Segera ia menghapus air matanya. Tapi tetap saja Ren yang peka menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

"Ada apa? Kau kenapa sayang?" Ren memegang bahu kekasihnya lembut. "Apa hasil pemeriksaannya kau tidak apa-apakan?"

"Dia tidak apa apa hanya kecapean saja, dokter bilang pastikan istirahatnya cukup." sambar Theo.

"Aku tidak papa, ayo kita pulang Ren!" Yuna berucap sambil memeluk tubuh kekasihnya seakan akan dia bisa hilang kapan saja.

...~ Star Dust ~...

Selapas dari rumah sakit Ren langsung membawa pulang Yuna mereka pulang menggunakan taksi karena Yuna yang terus merengek ingin pulang dengan taksi meskipun Theo menawarkan tumpangan untuk mereka. Di papahnya wanita itu menuju kamar.

"Kau beristirahat lah sayang!" tutur Ren sambil membawa Yuna berbaring di tempat tidur. Baru sempat Ren bangkit, tangan Yuna menghentikan pergerakannya.

"Kau bisa menemaniku disini? Aku tidak ingin sendirian." Pinta yuna.

Ren mengulas senyum kemudian ia membawa diri berbaring bersama, dengan tangan Ren sebagai bantalan untuk Yuna supaya ia nyaman terlelap. Di belainya surai kekasihnya yang tak lama kemudian terlelap dalam dekapan Ren.

Sebenarnya kejadian di rumah sakit masih mengganggu pikirannya. Di tambah sikap Yuna yang menurutnya sedikit berbeda, ia merasa Yuna jadi lebih posesif padanya. Entah itu benar atau hanya perasaanya saja.

Karena Yuna yang terus menempel tidak mau lepas dari Ren, akhirnya pria itu memutuskan untuk menginap di rumah Yuna, sekaligus menjaganya jika terjadi sesuatu yang tidak terduga seperti direstoran.

Terpopuler

Comments

Levi Ackerman

Levi Ackerman

Wah, cerita ini seru banget, bikin ketagihan!

2024-10-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!