Mereka berempat terus berbincang tentang hidup mereka masing-masing, tanpa menyadari kehadiran Jean Kecil. Yang tengah bersembunyi dibalik pohon besar di dekat tempat itu. Ia terus mengamati keadaan di sekelilingnya, dengan fokus pada jaring yang menawan Mark dan yang lainnya.
Sepertinya Jean Kecil sedang merencanakan sesuatu hal untuk membebaskan mereka berempat.
"Menyelamatkan mereka secara terang-terangan. Pasti aku akan ketahuan oleh mereka," ucap Jean kecil di dalam hatinya. Sambil terus berpikir tentang cara membebaskan teman-temannya itu.
"Kata Kakak, jika tidak ingin terlihat oleh orang, maka aku harus menggunakan gelang warna merah ini," Jean kecil, lalu memakai gelang berwarna merah yang ada di dalam kantong bajunya, ke pergelangan tangan kirinya.
Dan secara tiba-tiba saja, ia pun menghilang, tak terlihat oleh mata. Hanya suara langkahnya saja yang terdengar oleh Mark. Yang memang memiliki pendengaran yang sensitif.
"Sepertinya ada yang datang?" kata Mark, berbicara sendiri.
"Siapa yang datang Mark, tidak ada siapa-siapa di sini?. selain kita dan mereka" ujar Nack, menanyakan tentang ucapan Mark itu.
"Aku tidak tahu, Nack. Tapi aku mendengar suara langkahnya. Walaupun sekarang telah berhenti langkahnya itu. Sepertinya, sekarang ia ada di sampingku," tegas Mark, atas pendengarannya itu.
"Ini aku, Mark..." sahut Jean kecil, pelan tapi terdengar oleh mereka berempat.
"RUPANYA KAU, JEAN KECIL," teriak Mark, dengan kerasnya. Yang membuat Axel dan 2 temannya mendengar ucapannya itu.
"Kau rupanya sudah frustrasi, Tuan Well Junior. Hingga berhalunisiasi seperti itu. Seperti ada yang akan menolongmu saja," ujar Axel, melihat sebentar ke arah belakang.
"Tenang saja, kami akan segera membawa kalian ke Pulau Gura-Gura. Tapi untuk saat ini, biarkan kami hanyut dalam kenangan kami terlebih dahulu," sambung Abel, lalu mereka bertiga pun melanjutkan pembicaraan mereka bertiga kembali.
"Kau ini bagaimana Mark, bicaranya pelan-pelan saja...," ujar Jean Kecil, yang seakan berbisik di telinga Mark.
"Ya, aku mengerti," jawab Mark, kini pelan suaranya.
"Baik, sekarang jaring ini akan aku robek dengan pisauku, agar kalian dapat bebas. Tapi ingat jangan ribut. Sebelum kalian semua bebas," ucap Jean Kecil, yang tak terlihat oleh mata.
Terlihat pelan-pelan tapi pasti, jaring itu mulai robek dan terbuka. Semakin membesar dan membesar robekannya oleh pisau khusus yang telah dialiri oleh shen Jean Kecil.
Hingga akhirnya Mark dan kawan-kawannya dapat keluar dan bebas dari dalam jaring itu. Tanpa disadari oleh Axel si pemilik jaring itu.
"Akhirnya aku bebas juga, Jean Kecil...," ujar Mark kepada Jean kecil, yang telah terlihat oleh mata. Karena telah melepaskan gelang berwarna merahnya, dari tangan kanannya.
"Kau ini benar-benar sudah frustrasi, ya. Tuan Well Junior!!" ucap Axel, tanpa menoleh ke belakang.
"Lihat di belakang kalian, Gura-Gura Baru. Kami ini sekarang sudah bebas," mendengar ucapan Mark. Axel lalu menoleh ke arah belakang.
Dan betapa terkejutnya Axel, ketika mendapati lawannya telah bebas.
"Celaka!, mereka telah bebas," mendengar ucapan Axel. Adel dan Abel pun tak kalah terkejutnya.
Mereka bertiga lalu bangkit dan menghampiri Mark dan yang lainnya.
"Sepertinya, kita harus menggunakan kekerasan sekarang ini. Untuk membawa mereka ke Pulau Gura-Gura. Tapi ingat jangan sampai mereka mati," kata Abel. Siap untuk menyerang.
"Sudahlah, buat apa kita menjadi musuh, lebih baik kita berteman saja. Karena kita adalah sama. Kita hanyalah orang-orang yang kesepian, yang dikondisikan seperti ini oleh takdir," mendengar perkataan Mark itu, mereka bertiga pun tertawa.
"Ha...!!!"
"Kami tidak sama dengan kalian, kami adalah anggota kelompok Gura-Gura Baru," sahut Adel.
"Memang apa hebat dan istimewanya kelompok Gura-Gura Baru?, hanya kumpulan orang-orang pembuat kekacauan saja. Lebih baik kalian ikut aku ke Gunung Well, di sana kalian akan lebih dihargai oleh penduduk Gunung Well. Daripada tetap menjadi anggota Gura-Gura Baru, yang jika sudah tidak berguna. Maka kalian akan dienyahkan dan disingkirkan. Apa kalian ingin seperti itu, suatu saat nanti?" ucap Mark, berusaha bersahabat dengan mereka bertiga. Dikarenakan persamaan nasib mereka yang kehilangan orang tua. Dikarenakan peperangan dan pembantaian.
"Kalianlah, yang seharusnya ikut kami ke Pulau Gura-Gura. Bukan kami yang harus ikut kalian ke Gunung Well," timpal Abel.
Mark tampak berpikir. Mencari jalan untuk mengajak mereka ke Gunung Well.
"Bagaimana jika kita bertaruh, siapa yang kalah dalam pertarungan ini. Ia yang akan ikut keinginan si pemenangnya," tawar Mark kepada mereka bertiga, yang tampak langsung berunding.
"Bagaimana Axel, Adel. Apakah kita harus menuruti kemauan Well Junior itu?" tanya Abel kepada kedua temannya itu.
"Aku rasa, kita sudah tidak memiliki pilihan lain. Menyerang mereka pun kita belum tentu menang. Apalagi ditambah Clark dan robot kecil itu. Kans kita untuk menang akan semakin mengecil saja," ucap Axel.
"Jika aku terserah kalian saja. Tapi yang pasti kita tidak boleh membunuh mereka. Dan kalaupun seandainya kita kalah nanti, lebih baik kita bunuh diri saja. Daripada kita harus mati disiksa oleh Pimpinan. Dikarenakan kita gagal dalam tugas ini," tutur Adel dengan dinginnya.
Abel lalu maju mendekati Mark untuk menyesetujui kesepakatan itu.
"Baiklah Well Junior, kami terima tantangmu itu. 3 lawan 5, kami tidak takut. Mari kita mulai pertarungan ini," kata Abel, dan Mark pun nampak tersenyum.
"3 tetap lawan 3. Clark dan Jean kecil tidak akan ikut dalam pertarungan ini," kata Mark tegas.
Mendengar namanya disebut, Clark lalu mendekati Mark. Ia pandang Abel dengan tajamnya.
"Aku memang tidak akan ikut campur dalam masalah ini, kecuali jika kalian ingin membunuh Nack. Terpaksa aku harus ikut campur. Lagi pula aku memiliki usul yang lebih baik, daripada harus bertarung seperti itu. Bagaimana jika kalian memperebutkan anak panah yang akan kulesatkan ke dalam hutan itu," kata Clark, sambil menunjuk ke arah hutan yang ada di pedalaman, dengan telunjuk kanannya.
Mark tampak bingung, sedangkan Axel curiga terhadap Clark.
"Kau memang memiliki anak panah dari mana, Clark?" tanya Mark.
"Tentu saja milik dirinya, masa aku harus pulang ke Kota Air Pasifik, itu hanya membuang waktu saja," sahut Clark, sambil menunjuk ke arah Abel.
"Kau itu jangan curiga, aku tidak akan memihak mereka. Aku ini netral, tidak memihak kepada siapa-siapa. Aku hanya ingin memberikan solusi terbaik saja, bagi kita semua," jelas Clark.
"Fran, Nack kalian setujukan dengan ide Clark itu?" tanya Mark, kepada kedua temannya.
"Ya, aku setuju saja," jawab Franco.
"Ya, aku setuju juga," jawab Nack.
"Bagaimana dengan kalian, Gura-Gura Baru?" tanya Clark.
"Baiklah kami setuju," ucap Abel, mewakili teman-temannya itu.
"Jika begitu, pinjamkan aku busur dan satu anak panahmu," ucap Clark, kepada Abel.
Dan Abel pun memberikan busur dan satu anak panahnya itu kepada Clark. Yang tampak memandangi busur dan anak panah itu.
"Busur dan anak panah yang bagus. Tidak kalah kualitasnya dengan busur dan anak panah, yang sering aku pakai untuk berburu hiu di samudera," ujar Clark mengagumi busur dan anak panah itu.
"Rupanya kau ahli dalam perburuan. Dan tahu banyak tentang busur dan panah. Yang kau pegang itu busur pemberian Tuan Dran, busur nomor wahid di Pulau Gura-Gura," jelas Abel, dengan pengetahuannya itu.
"Ternyata sekelas dengan busur pemberian Kakekku. Menggunakan ranting pohon pun sebagai anak panahnya, ia sudah mampu membunuh seekor gajah. Apalagi jika menggunakan shen sekelas Pimpinan kalian. Bukit pun bisa hancur terkena panahannya. Jika aku jujur saja, hanya bisa menghancurkan gedung bertingkat 10, dengan menggunakan panah ini," ucap Clark, dengan analisanya itu.
"Sekarang sebaiknya kalian berdiri sejajar," ucap Clark kembali.
Tampak Nack, Mark, Franco berdiri di kanan Clark. Sedangkan Abel, Axel dan Adel berdiri di kiri Clark, yang berada di tengah sebagai pemisah antara kelompok Mark dan Abel.
"Aku akan bertindak sebagai wasit di sini. Aku beri kalian waktu 10 menit, siapapun yang mendapatkan panah itu sebelum waktunya habis, maka panah itu masih bisa diperebutkan. Sekarang akan aku hitung waktu mundur. Ingat Gura-Gura Baru, aku sebagai Pimpinan kelompok pembunuh bayaran Kota Air Pasifik. Tidak mungkin akan berbuat curang. Pegang ucapanku ini," jelas Clark, melirik ke arah Abel dan kedua temannya.
Clark pun lalu mulai bersiap untuk melepaskan anak panahnya itu dari busurnya.
"3....2....1...!" anak panah itu pun lalu melesat dengan cepatnya. Dan secepat itu pula mereka berenam mengejarnya.
"Jean kecil, bagaimana lesatan anak panah yang aku lepaskan itu. Apa menurutmu mereka dapat mengejarnya?" tanya Clark, sambil tersenyum ke arah Jean kecil.
"Mungkin sekarang tidak, atau lebih tepatnya belum. Tapi masih ada kemungkinan di menit ke 8 mereka dapat mengejarnya. Atau mungkin panah itu akan terhenti sendiri oleh sesuatu hal," jawab Jean kecil.
"Ya sudah, sebaiknya kau, aku gendong di punggungku saja. Kita kejar mereka sekarang!" ucap Clark, dan Jean kecil pun lalu menempel di punggung Clark yang segera berlari, sama cepatnya dengan kecepatan anak panah yang ia lepaskan itu.
Di dalam hutan itu. Anak panah yang dilepaskan oleh Clark, terus melesat dengan kecepatan tinggi, menembus pohon-pohon besar hingga jatuh bertumbangan. Dan menghalangi jalan 6 orang yang mengejarnya.
"Ternyata sulit juga mengejar anak panah itu, walaupun sudah dengan kekuatan penuh" ucap Mark, sambil terus berlari mengejar anak panah itu.
"Ya, dalam berburu dan berpanah Clarklah ahlinya. Ia sudah terbiasa berburu hiu di dalam samudera," ucap Nack, menjelaskan tentang keahlian Clark.
"Padahal ini sudah menit ke 5, tapi anak panah itu tetap saja masih melesat. Sungguh kemampuannya luar biasa, jika dibandingkan dengan kita," ucap Franco, yang masih berlari sejajar semuanya. Dengan Abel dan kedua temannya itu.
"Ya, aku akui kecepatan memanahnya jauh lebih baik dan cepat dari pada diriku. Tapi bagaimana ya, jika panah itu menghantam bukit karang itu. Tidak mungkin ia dapat menghindarinya, ia kan hanya sebuah anak panah yang tidak memiliki mata," ujar Abel, sambil menatap bukit karang yang ada di hadapan mereka.
Dan benar saja dengan apa yang diucapkan oleh Abel. Di depan mereka telah terlihat sebuah bukit karang setinggi ± 50 meteran. Tampak anak panah itu lalu menghantamnya. Saat hal itu terjadi, maka terjadilah guncangan hebat di bukit karang itu. Hingga sebagian puncaknya pun runtuh, ke bawah. Tapi akhirnya anak panah itu pun berhenti melesat, tertancap di bagian batu karang yang menyusun formasi bukit itu.
"Mark, Nack, aku akan bergerak lebih dulu. Tunggu aku di puncak bukit karang itu," kata Franco, lalu melesat dengan cambuknya. Sedangkan Mark dan Nack melesat ke puncak bukit karang itu.
"Axel, Abel. Sebaiknya kalian ikuti mereka berdua. Biar aku yang mengambil panah itu," ucap Adel, melesat mengikuti Franco. Sedangkan Abel dan Axel mengikuti Nack dan Mark yang telah berada di atas puncak bukit karang itu.
"Kira-kira siapa yang akan menang ya?" tanya Mark berbicara sendiri.
"Kamilah yang akan menang, dan kalian harus ikut kami ke Pulau Gura-Gura," ucap Abel.
"Tidak tepat, kira-kira siapa yang akan menang. Tapi lebih tepatnya, siapa yang lebih beruntung di antara kalian. Ini baru menit kedelapan, masih ada sisa waktu 2 menit lagi," ujar Clark, yang tiba-tiba muncul di hadapan mereka berempat. Bersama Jean Kecil. Sambil melihat jam tangannya yang berbentuk kerang mutiara.
"Kau, mengagetkan kami saja," ucap Mark, sambil terus memperhatikan kejadian di bawahnya.
Franco berhasil mengambil anak panah itu dengan cambuknya, tapi tiba-tiba saja Adel merebutnya dengan benang bajanya yang keluar dari jari telunjuk kanannya. Lalu menggenggam dengan tangan kananya. Melihat akan hal itu, Franco pun tak tinggal diam. Ia pun lalu menendang tangan kanan Adel itu ke atas. Hingga anak panah itu pun melayang, terbang menuju ke atas puncak bukit karang itu.
"Mark, Nack tangkap panah itu," ucap Franco, yang segera melompat ke atas bukit karang itu. Yang disusul oleh Adel.
Mendengar hal itu, Mark dan Nack pun bergerak, hampir saja panah itu dapat digenggam oleh Mark. Jika saja Abel tidak merebutnya.
"Akulah pemenangnya!" kata Abel.
"Belum, masih ada 10 detik lagi, akan aku hitung mundur. Detik ke 9!" mendengar itu, Mark segera merebut anak panah itu dari tangan Abel. Dan langsung berlari menghindari kejaran Abel, Axel dan kini di tambah Adel.
"DETIK KE 5!" teriak Clark.
Mark tampak terpojok di bibir jurang. Dan akhirnya ia pun melemparkan panah itu ke arah Nack. Yang ada di belakang Abel dan temannya itu. Tapi belum sempat menyentuh anak panah itu. Nack telah ditubruk oleh Abel, Adel dan Axel hingga ia pun terjatuh, ditumpuk oleh mereka bertiga. Sedangkan anak panah itu terus mengudara. Yang akhirnya ditangkap oleh cambuk Franco.
"Detik ke 1!, pertandingan selesai!" ucap Clark.
Franco tampak tersenyum puas atas kemenangannya itu. Dan Mark segera menghampirinya. Sedangkan Adel, Abel dan Axel lalu bangkit dari tanah yang diikuti oleh Nack. Yang segera menghampiri teman-temannya itu.
"Sudah jelas siapa pemenangnya, kalianlah yang kalah," ucap Franco, masih memegang busur panah milik Abel di tangan kirinya. Sedangkan Jean Kecil masih terlihat betah di gendongan Clark, dibalik punggung kekarnya.
"Ya kami kalah, bukan karena kalian lebih kuat dari kami. Tapi hanya karena kalian lebih solid daripada kami," ucap Abel, lalu membisikan sesuatu hal kepada Adel.
"Apakah kau sudah siap, untuk membuat kita mati bersama, Adel?" tanya Abel, yang didengar pula oleh Axel.
"Ya, aku akan menggunakan benang bajaku. Untuk memenggal kepala kita bertiga bersama," ucap Adel, lalu dari ujung jarinya. Keluarlah benang baja yang menggerayangi tubuh mereka, yang seakan membentuk segitiga, menuju ke leher mereka.
Melihat akan hal itu Clark segera bertindak cepat. Bagai angin, ia lalu melesat dan menotok ketiganya. Hingga mereka bertiga tidak mampu bergerak sama sekali. Yang membuat benang baja Adel berhenti bergerak.
"Soal kecepatan, akulah yang tercepat di antara kalian semua," ucap Clark, dengan suara yang lantang.
"BUNUH KAMI, JIKA KAMI TIDAK DIBIARKAN BUNUH DIRI!" teriak Abel, dengan penuh emosi.
"Tidak akan, dan tidak akan kami biarkan kalian melakukan hal itu. Kami hanya ingin konsisten dengan perjanjian awal kita. Kalian kalah, itu berarti kalian harus ikut kami ke Gunung Well," sahut Clark.
"Bukannya kami tidak konsisten dengan perjanjian kita. Tapi masalahnya, Pimpinan dan Gura-Gura Baru lainnya pasti akan memburu kami dimanapun kami berada. Karena kami telah gagal dalam tugas kami!" jelas Abel.
Clark nampak terdiam mendengar penjelasan Abel. Clark seakan tak mampu memberi solusi lagi bagi mereka bertiga.
Tampak Mark maju dan berdiri di samping Clark. Untuk memberikan solusi kepada mereka bertiga.
"Jangan hiraukan mereka. Aku akan bicara dengan Kakek Well, agar ia melindungi kalian bertiga. Dengan keadaan terburuk, Pimpinan Gura-Gura Baru akan menangkap kalian. Tapi itu dengan catatan kalian tinggal di Gunung Well, dan menaati peraturan di sana. Masalahnya ada pada kalian, ada niat atau tidak kalian ingin berubah menjadi lebih baik dari saat ini?" ucap Mark, tampak mereka bertiga pun berpikir, terutama Abel yang akhirnya mengambil keputusan.
"Baik, kami akan ikut kalian ke Gunung Well," tegas Abel.
"Clark, lepaskan totokanmu itu, kita akan ke Gunung Well sekarang," ucap Mark, dan Clark lalu melepaskan totokannya kepada mereka bertiga.
"Ini busurmu, terimakasih atas pinjamannya," ucap Clark, mengembalikan busur panah itu kepada Abel. Yang segera menaruhnya, di belakang pundaknya kembali.
"Ini panahmu," ucap Franco, lalu mengembalikan panah itu kepada Abel yang segera menaruh pada tempatnya.
"Gunung Well, 1000 km ke arah barat laut dari sini. Ayo kita pergi sekarang. Semakin cepat, semakin baik," ucap Mark, lalu menuruni Bukit karang itu, yang diikuti oleh Clark yang masih menggendong Jean Kecil. Abel, Axel, Adel, Franco dan Nack yang ada di belakang Clark. Mereka berlari dengan kecepatan tinggi, agar sampai di Gunung Well secepat mungkin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Michelle 12
jean kecil lucu ya
2020-12-05
0