Nack dan Tella terus berjalan secara bersamaan. Sepasang kekasih itu lalu membuka pintu kuil utama itu. Dengan masing-masing membuka satu bagian pintu kuil misterius itu.
Setelah pintu itu terbuka, mereka berdua masuk ke dalam kuil misterius itu. Tanpa menutup pintunya kembali.
Terlihat di dalan kuil misterius itu, keadaannya terang. Dikarenakan sinar Matahari yang masuk melalui atap transparan kuil misterius itu. Langkah demi langkah mereka tapaki bersama di jalan sempit di dalam kuil, untuk memasuki kuil misterius itu lebih dalam. Yang mungkin akan membawa mereka berdua pada keberadaan patung Budha Giok.
Mereka berdua terus berjalan di dalam kuil misterius itu. Akan tetapi tak ada orang lain yang mereka temui di dalam kuil itu sama sekali. Seolah kuil itu benar-benar kosong tanpa seorang penghuni pun di dalamnya. Yang membuat Tella merasa curiga akan hal itu.
"Ini aneh Nack, kenapa tidak ada orang lain di dalam kuil ini?. Bahkan tidak ada rintangan sedikit pun. Jangan-jangan ini semua hanyalah jebakan. Atau patung Budha Giok itu, mungkin telah ada yang mengambilnya," ujar Tella, dengan penuh kecurigaan dan keseriusannya. Yang kini berjalan di samping Nack, di dalam kuil misterius itu. Dengan penuh kewaspadaan yang tinggi.
"Aku tidak tahu semua itu Tell. Tapi jika semua ini hanyalah sebuah jebakan. Maka kita akan menghadapinya bersama-sama. Tapi jika patung Budha Giok itu telah ada yang mengambilnya. Mungkin itu telah nasib kita, yang tidak berjodoh dengan patung itu," sahut Nack, dengan penuh bijaksananya. Dengan mata yang penuh dengan kewaspadannya. Dan mengamati keadaan sekelilingnya, dengan kedua mata cokelatnya.
"Ya, tapi aku tidak menginginkan dua hal itu yang terjadi. Aku yakin patung itu belum ada yang mengambilnya. Dan aku ingin ini bukanlah sebuah jebakan yang telah direncanakan oleh seseorang," ucap Tella. Masih dengan kekhawatirannya, terhadap kejadian yang akan terjadi.
"Ya, hal itu juga yang aku harapkan terjadi pada diri kita berlima," jawab Nack, dengan terus melangkahkan kakinya bersama Tella.
Mereka berdua terus melangkahkan kakinya ke dalam kuil misterius itu. Dengan fokus pada pencarian patung Budha Giok. Hingga kewaspadaan mereka pun berkurang. Tanpa mereka sadari adanya kehadiran robot-robot dari koloni Mars dan Bulan. Yang datang tak lama setelah kedatangan mereka berlima.
Akan tetapi mereka berdua pun akhirnya menyadari juga kehadiran robot-robot itu. Walaupun itu hanya samar-samar saja. Dikarenakan, mereka adalah robot. Yang keberadaannya sulit mereka deteksi, tak seperti manusia. Yang dapat dengan mudah mereka deteksi keberadaannya.
"Nack, apa kau menyadari atas kehadiran makhluk lain, selain kita berdua. Yang mengikuti langkah kita dari belakang?" tanya Tella, seakan berbisik kepada Nack yang ada di sampingnya.
"Ya, aku menyadarinya. Tapi sulit bagi kita untuk mengetahui siapa mereka. Karena pancaran energi mereka samar-samar, seperti bukan pancaran energi dari manusia," jawab Nack pelan.
"Lalu apa yang harus kita lakukan Nack?"
"Kita bersikap seperti biasa saja, seakan kita tidak menyadari kehadiran mereka," jawab Nack, dengan suara yang ditekan serendah mungkin. Agar suaranya tak terdengar oleh penguntit diri mereka.
Mereka berdua terus berjalan ke dalam kuil misterius itu, dengan penuh kewaspadaan. Hingga mereka berdua tiba di ruangan utama yang diterangi oleh cahaya dari lilin-lilin kecil yang berjumlah tak terhitung banyaknya. Ditambah dengan sinar Matahari yang menerobos masuk ke ruangan itu, semakin terlihat terang saja ruangan itu.
"Nack, ini aneh, katanya kuil ini tidak di huni oleh siapa pun. Tapi kenapa lilin-lilin itu menyala. Pasti ada yang menyalakan lilin-lilin itu?" ujar Tella, dengan penuh selidiknya.
"Tella, aku tidak tahu akan hal itu. Dan aku mohon jangan banyak bertanya lagi. Apa kau itu tidak melihat, lilin-lilin itu, tidak meleleh sama sekali, walaupun sedang menyala?" Nack pun menunjuk ke arah lilin-lilin kecil yang menyala, tapi tak meleleh tubuhnya. Nack lalu melanjutkan ucapannya itu.
"Sudah jelas bukan, jika ada campur tangan kegaiban dalam kasus ini. Tapi sekarang jangan pikirkan akan hal itu. Mari sekarang kita ambil patung Budha Giok itu!" ujar Nack, sambil menunjuk ke sebuah patung Budha seukuran genggaman tangan orang dewasa, yang terbuat dari batu giok, yang berada di altar pemujaan.
Mereka berdua lalu melangkahkan kakinya kembali, berniat untuk mengambil patung itu. Tetapi beberapa langkah sebelum mereka melakukan akan hal itu. Tanpa diketahui asalnya, tiba-tiba saja muncul ratusan robot yang mengepung mereka berdua. Di dalam ruang utama kuil misterius itu.
"Ternyata, yang menguntit kita adalah para robot, Nack. Dan tidak aku duga jumlah mereka sangat banyak. Kita telah terkepung Nack!" ujar Tella, dengan penuh kepanikannya.
Sedangkan Nack tampak tenang menghadapi keadaan yang seperti itu. Walaupun sesungguhnya hatinya pun panik, sama seperti kepanikan yang sedang dialami oleh Tella. Tetapi sebagai seorang lelaki, Nack berusaha untuk tenang menghadapi hal itu.
"Tenang Tell, jumlah mereka memang banyak. Tapi belum tentu mereka dapat menang dari kita," ucap Nack, berusaha menenangkan Tella. Walaupun sesungguhnya ia pun tidak yakin, jika mereka berdua dapat memenangkan perebutan patung Budha Giok itu, dengan para robot yang berjumlah ratusan. Yang dipimpin oleh robot merah, yang di panggil Komandan Merah oleh anak buahnya itu.
"Kalian para robot, ingin apa ada di sini dan menguntit kami?" tanya Nack, kepada para robot itu. Sambil melepas masker hitam yang ia pakai, yang di ikuti oleh Tella.
"Kami ingin apa ada di sini?. Tentu saja ingin mengambil patung Budha Giok itu," jawab Komandan Merah, sambil menunjuk ke arah patung itu.
"Oh, jadi seperti itu tujuan kalian. Tapi sayang sekali kami telah datang terlebih dahulu daripada kalian. Jadi kamilah yang berhak mengambil patung itu," ucap Nack dengan penuh ketegasannya.
"Kalian memang datang terlebih dahulu. Tapi sayangnya, walaupun kalian kelompok yang kuat. Tapi jumlah kalian hanya berlima. Dan 3 teman kalian telah kami kirim ke neraka!" mendengar ucapan dari Komandan Merah.
Nack pun terkejut, antara percaya dan tidak percaya atas kebenaran ucapan Komandan Merah.
"Kau jangan membual, robot bodoh!. Kami berlima ini adalah pembunuh bayaran kelas satu!" ucap Nack. Dengan kerasnya.
"Percuma saja kalian itu pembunuh bayaran kelas satu. Di tempat sesempit ini, kalian tidak bisa menggunakan kekuatan maksimal kalian. Apalagi jumlah kami sangatlah banyak. Apakah kalian masih belum percaya, jika 3 teman kalian telah mati. Baiklah!, akan kuberikan buktinya!" ujar Komandan Merah, lalu memberi perintah kepada anak buahnya itu.
"Hay kalian!, lemparkan mayat teman mereka bertiga, kehadapan mereka berdua!" teriak Komandan Merah.
Tampak tiga robot yang berada di barisan paling belakang pun melemparkan mayat Fabian, Holman dan Felton ke hadapan Nack dan Tella. Yang membuat Nack dan Tella, yang melihat kenyataan yang ada. Hanya dapat terperangah, seakan tak percaya dengan penglihatan dan kenyataan yang ada. Yang tengah mereka alami.
"Aku tidak berdustakan?. Sekarang giliran kalian berdua, untuk menyusul mereka ke neraka...!" ucap Komandan Merah, siap menyerang Nack dan Tella.
"Tell, mari kita habisi mereka, sebelum mereka menghabisi kita...," ujar Nack, sambil mengeluarkan pedang lasernya, dari dalam sarungnya, yang menempel di pinggang kirinya. Sedangkan Tella mengeluarkan rantai bajanya, yang seringan sutera. Yang melingkar di celananya bahan berwarna ungunya.
"Baik kita serang mereka sekarang!!" ucap Nack, memberi komando, untuk menyerang para robot itu kepada Tella.
Mereka berdua lalu maju dan menyerang pasukan robot ini, dengan kekuatan yang mereka miliki. Satu persatu, robot-robot itu pun berjatuhan ke lantai terkena serangan Nack dan Tella. Tubuh robot-robot yang berjatuhan di lantai kuil misterius itu. Telah membuat ruangan itu pun menjadi semakin sempit saja. Yang membuat gerakan Nack dan Tella menjadi semakin sangat terbatas dalam menyerang pasukan robot Mars dan Bulan.
Tapi walaupun keadaan seperti itu, Nack dan Tella terus menyerang pasukan robot itu. Tetapi jumlah pasukan robot yang terlalu banyak, bagi mereka berdua. telah membuat mereka berdua didera kelelahan yang sangat dalam dan parah. Akibat dari penyerangan mereka berdua yang begitu agresif, terhadap pasukan robot yang tak dapat mereka hitung jumlahnya itu.
"Nack, jumlah mereka terlalu banyak dan mengepung kita. yang membuat kita tidak dapat bergerak leluasa. Sepertinya kita tidak mungkin dapat bertahan lebih lama daripada ini!" ujar Tella, dengan napas yang memburu.
"Aku tahu Tell, keadaan ini telah mendesak kita. Tapi kita harus tetap bertahan. karena hanya tinggal itu, yang dapat kita lakukan sekarang ini. Ternyata kita salah telah perhitungan. Aku pikir para robot dari Mars dan Bulan, tidak akan ikut campur dalam urusan ini. Tapi ternyata mereka juga menginginkan patung Budha Giok itu. Entah untuk kepentingan apa. Tapi yang pasti kita semua sudah salah prediksi," ucap Nack, sambil menahan serangan dari pasukan robot Mars dan Bulan, dengan pedang lasernya.
Terlihat mereka berdua semakin terdesak oleh pasukan robot Mars dan Bulan. Hingga tenaga mereka berdua, sebagai manusia telah terkuras habis. Di dalam menghadapi pasukan robot Mars dan Bulan, yang begitu banyak jumlahnya itu.
"Nack, aku sungguh sudah tidak dapat bertahan lagi...," ucap Tella, lalu jatuh tersungkur di lantai.
Melihat akan hal itu, Nack berusaha untuk menolong Tella. Akan tetapi hal itu dihalangi oleh robot\-robot yang menyerangnya secara membabi buta.
"INI TIDAK BOLEH TERJADI, TELLA HARUS SEGERA AKU SELAMATKAN!!" teriak Nack, berusaha memboyong tubuh Tella.
Akan tetapi lagi-lagi para robot itu menyerangnya secara agresif.
"SIAL!, ruangan tertutup seperti ini membuat aku dan Tella tidak dapat bergerak leluasa. Apalagi ditambah dengan banyaknya jumlah robot-robot ini," tutur Nack, seakan menyesalkan keadaan yang terjadi.
Semakin lama tenaga Nack, semakin berkurang secara dratis, seakan ia sudah tak memiliki tenaga lagi sama sekali.
Dan akhirnya ia pun terjatuh bersimbah di lantai di dekat Tella.
Melihat akan hal itu, Komandan Merah lalu memerintahkan kepada para anak buahnya itu untuk menghabisi Nack dan Tella.
"Cepat kalian habisi mereka!" ucapnya.
Tampak berapa robot maju ke arah Nack dan Tella, yang benar-benar sudah tak berdaya dan hanya dapat pasrah menjemput kematiannya itu. Sedangkan Nack masih dapat melakukan perlawanan yang cukup berarti.
Terlihat Nack bangkit kembali. Walaupun pakaiannya telah compang-camping terkena serangan para robot yang agresif itu. Tapi ia selalu bangkit dari jatuhnya dan masih berusaha untuk menolong Tella yang sedang sekarat.
Suasana pun semakin genting, sepertinya Tella dan Nack akan mati di tempat itu, dihabisi oleh pasukan robot dari Mars dan Bulan. Di dalam menjalani misi mereka itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments