Sementara itu di tempat yang berbeda. Mark telah bersiap-siap untuk pergi ke tempat tujuannya. Tempat di mana kuil penyimpan patung Budha Giok berada. Sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Jean Kecil. kemarin hari, yang ia dapatkan dari penyelidikannya melalui dunia maya.
"Jean, apakah kau yakin. Tidak ingin ikut dengan diriku pergi?" tanya Mark kepada Jean.
"Tidak Mark, aku tidak ingin ikut denganmu. Menurut ramalanku tentang dirimu hari ini. Jika aku ikut denganmu, maka keberuntunganmu akan memudar. Kau tidak ingin hal itu yang akan terjadikan?" timpal Jean, yang di iringi oleh senyum manisnya.
"Ya sudah, jika itu keputusanmu," jawab Mark.
"Tapi Mark, Jean Kecil ingin ikut denganmu" tampak Mark mempertimbangkan akan hal itu.
"Baiklah, jika ia ingin ikut denganku. Tapi aku tidak bisa menjamin keselamatannya itu," Jawab Mark.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri, Mark. Bahkan aku bisa menjaga keselamatanmu itu" Mark pun tertawa mendengar perkataan Jean kecil itu. Yang seakan sedang bercanda.
"Apakah aku tidak salah dengar, Jean Kecil. Tapi leluconmu itu lucu juga," ucap Mark, masih dengan tawanya.
"Kau tidak percaya Mark?. Baik nanti pasti akan aku buktikan," sahut Jean Kecil.
"Aku tidak percaya itu, tapi akan aku tunggu akan hal itu," jawab Mark, dengan penuh keangkuhannya itu.
"Baik!, Dan sebaiknya kita berangkat sekarang untuk membuktikan hal itu," ujar Jean Kecil.
"Baik!, kita berangkat sekarang," timpal Mark, lalu masuk ke dalam mobil terbang milik Jean. Yang diikuti oleh Jean Kecil.
Mobil terbang itu, lalu terbang menuju ke kuil di mana patung Budha Giok berada. Dan Matahari yang terbit dari ufuk timur pun mengiringi kepergian mereka berdua. Dari hadapan Jean. Yang sepertinya ingin melakukan sesuatu hal.
Sepeninggalan Mark dan Jean Kecil, Jean meninggalkan rumahnya. Ia berjalan sejauh 1 km ke arah barat. Hingga ia tiba pada sebuah bukit, dengan ketinggian ± 75 meter, dari permukaan tanah sekitarnya. Ia lalu menghentikan langkahnya, dan mengamati keadaan sekelilingnya. Ia takut ada yang mengikuti dirinya. Karena ia ingin ke makam rahasia kedua orang tuanya, yang berada di dalam bukit itu. Setelah merasa aman, ia lalu menempelkan telapak tangan kirinya ke arah cetakan telapak tangan kiri. Yang tercetak di pintu gua yang tertutup di dalam bukit itu.
Sesudah melakukan hal itu, perlahan\-lahan tapi pasti, pintu gua itu pun terbuka, dan Jean lalu masuk ke dalamnya. Suasana di dalam gua itu tidak gelap, tapi terang seperti suasana di luar gua saja. Karena diterangi oleh lampu-lampu, yang seakan takkan pernah padam dan abadi untuk selamanya.
Jean terus berjalan melangkahkan kakinya masuk ke dalam gua itu. Hingga akhirnya ia tiba, dan lalu berhenti pada sebuah ruangan berukuran 8×8meter. Di dalam ruangan itu terdapat 2 peti mati, yang terbuat dari kaca transparan, yang berisikan jasad kedua orang tua Jean. Yang terlihat seperti orang yang masih hidup, tidak pucat apalagi membusuk. Padahal mereka telah tak bernyawa sejak 10 tahun yang lalu.
Jean lalu bersila di antara peti mati kaca transparan kedua orang tuanya itu.
"Ayah, ibu. Maaf baru kali ini aku dapat menjenguk kalian berdua," ucap Jean, sambil mengelus peti mati kaca transparan ayahnya dengan tangan kanannya.
"Kalian masih terlihat segar seperti masih hidup saja. Ternyata ramuan yang diberikan oleh nenek sangat hebat. Bisa mengawetkan tubuh kalian seperti ini. Tapi sayangnya, nenek belum bisa menguasai ilmu yang dapat menghidupkan kalian kembali," ujar Jean, berbicara sendiri.
Jean pun terus begitu, hingga tanpa di sadarinya. Ada sesosok manusia berjubah abu-abu. Yang seperti kilat, langsung saja menyambar peti mati kaca transparan berisi tubuh ibunya.
Jean sangat terkejut dengan kejadian itu, tetapi dengan rileks ia pun mengejar manusia berjubah abu-abu itu, hingga keluar dari dalam gua itu. Tanpa lupa menutup pintu gua itu, dengan menempelkan telapak tangan kirinya kembali.
Sosok manusia berjubah abu-abu itu lalu berhenti berlari, pada sebuah batu besar yang membelakangi Jean . Yang segera berhenti beberapa meter di belakangnya.
"SIAPA KAU!?" tanya Jean, dengan kerasnya terhadap sosok yang tak dikenalnya itu.
"Siapa aku ini, itu tidak penting bagimu...," jawabnya dengan suara laki-laki yang berat. Dengan tangan kiri masih mengampit peti mati kaca transparan ibu Jean, yang seakan menempel dengan tangan kirinya itu.
"KEMBALIKAN IBUKU!" teriak Jean, dengan penuh kemarahannya itu.
"Jika kau mampu rebut saja dari diriku, tapi masalahnya aku rasa, kau itu tidak akan mampu melakukannya...," timpalnya, lalu melesat ke puncak bukit itu.
Jean lalu menyusulnya ke puncak bukit itu, walaupun ia harus dengan susah payah melakukannya.
"TERIMA INI!" teriak Jean dengan kerasnya.
Tampak dari tangan kiri Jean keluarlah jarum-jarum kecil, yang mengarah ke arah pencuri mayat ibunya. Tapi dengan kibasan tangan kanannya. Jarum-jarum kecil itu pun, malah berbalik arah menyerang dirinya sendiri. Yang segera menghindari serangan balik itu.
Terlihat jarum-jarum kecil yang jatuh dan menyentuh tanah, menciptakan ledakan-ledakan yang kecil di sekitar daerah itu.
"Gadis kecil, jangan berulah di depanku. Nenekmu saja yang telah mencapai shen level S, akan berpikir 2 kali untuk menghadapi diriku ini," ucapnya, dengan penuh keangkuhannya. Dengan masih membelakangi Jean, hingga Jean tak tahu seperti apa wajahnya itu.
"Jangan-jangan kau itu ketua dari kelompok Gura-Gura Baru, yang ingin menggunakan tubuh ibuku untuk kepentingan kalian?" ujar Jean, sambil bertanya.
"Aku jauh lebih hebat dari dirinya, dan anggota Gura-Gura Lama lainnya. Aku hanya ingin menghidupkan ibumu. Untuk menjadi peramal pribadi diriku, itu saja yang aku inginkan dari ibumu" bebernya, lalu melayang di udara.
"TIDAK PENTING APA KEINGINANMU ITU. KEMBALIKAN IBUKU!!" ucap Jean, berniat untuk menyerangnya kembali.
"Jika kau mampu, kejarlah aku. Selamat tinggal Gadis Kecil...," ucapnya, lalu dirinya pun melesat bagai cahaya, yang tak mungkin dikejar oleh Jean.
"Menggunakan kekuatan penuh aku pun percuma, kekuatannya telah melampui level S. Aku harus bagaimana lagi, Tuhan?" Jean lalu berlutut di atas bukit itu.
"Aku ceroboh, membuka pintu gua yang hanya bisa dibuka oleh nenek dan diriku saja. Aku benar-benar ceroboh, ternyata ada orang yang lebih kuat dari Ketua Gura-Gura Baru, nenekku dan kakek Well. Sepertinya keadaan akan semakin sulit untuk di prediksi ke depannya...," ratap Jean, menyesali kebodohannya itu.
Awan terlihat berarak, menutupi langit puncak bukit itu dengan tebalnya, seakan ia ingin melindungi Jean dari kepedihan hatinya itu. Kepedihan karena ia telah kehilangan jasad ibunya, dikarenakan kecerobohan yang dibuatnya sendiri. Tanpa ia mengetahui jati diri sesungguhnya dari si pencuri mayat ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments