Akhirnya kereta terbang yang ditumpangi oleh Mark dari Stasiun Kota Angkasa Khatulistiwa, tiba di Stasiun Sundaland yang berada dunia bawah.
Setelah melalui perjalanan udaranya, yang cukup panjang. Kereta terbang itu, akhirnya mendarat di daratan Bumi. Sesudah kereta terbang itu berhenti di pusat stasiun kereta terbang di dunia bawah. Yang berada di bagian pusat dari Sundaland yang terletak di khatulistiwa Bumi.
Tetapi biarpun berada di pusat dari sebuah semenanjung yang muncul karena surutnya air laut. Akibat dari zaman es modern yang sangat dahsyat melanda Bumi sejak beberapa ratus tahun lalu. Ditambah lagi dengan meletusnya gunung-gunung api berkuatan super vulkano di seluruh dunia. Hingga membuat suhu semakin turun di Bumi, dan es di kedua kutub Bumi pun meluas melebihi 20• lintang utara-20• lintang selatan Bumi.
Dengan kondisi separah itu. Maka es di kutub utara meluas hingga menutupi Bumi bagian utara hingga Afrika Utara-Semenanjung Arab-Anak Benua India-Asia Tenggara Utara (Semenanjung Sundaland Utara)-Sebagian besar Amerika Tengah. Sedangkan di Bumi bagian selatan es menutupi hingga Afrika Selatan-sebagian besar Australia-sebagian Amerika Selatan.
Bisa dibilang hanya daerah khatulistiwa Bumi yang bebas dari es. Kecuali puncak-puncak gunung di khatulistiwa yang melebihi 3000 meter dari laut pada zaman itu. Ikut tertutup oleh salju abadi. Yang tak mencair di saat musim panas, terpanas pada zaman itu.
Semua keadaan itu telah membuat populasi manusia menurun dratis. Setelah terjadinya perang nuklir, perang kimia dan perang biologi, yang menggunakan virus yang telah dimutasi. Dan telah menjelma menjadi virus yang sangat berbahaya bagi manusia, yang dapat membunuh manusia secara cepat. Beberapa ratus tahun yang lalu. Mengawali keruntuhan negara-negara, yang dimulai dari negara terlemah. Hingga negara-negara terkuat di Bumi. Kehancuran akibat dari perang dunia itu pun sangat mengerikan.
Semua negara-negara hancur akibat perang dunia terbesar di dalam sejarah peradaban modern manusia. Hingga membuat manusia kembali ke titik nol dalam hal teknologi, karena kehancuran itu.
Dan ada sebagian dari manusia-manusia di Bumi yang tersisa dari perang dunia itu. Yang malah mempelajari kitab-kitab kuno dari masa lalu untuk mempelajari isinya. Hingga ada dari sebagian dari mereka yang dapat menguasai tenaga dalam tingkat tinggi yang mereka sebut sebagai shen. Hingga manusia zaman itu pun terbagi dalam kelompok manusia biasa yang hidup berdasarkan teknologi, yang telah melompat dari titk nol hingga teknologi penciptaan kota angkasa dan kota dalam samudera, yang merupakan maha karya yang diciptakan oleh manusia 200 tahun yang lalu.
Sedangkan kelompok manusia lainnya adalah manusia khusus yang menguasai shen. Dengan jumlah langka, dan mereka hidup seperti manusia biasa. Yang menyebar di dunia atas seperti 7 kota angkasa, dunia bawah yang berada di daratan Bumi. Dan dunia samudera seperti 7 kota samudera yang berada di kedalaman samudera di Bumi.
Setibanya di Stasiun Sundaland. Mark keluar dari kereta terbang itu. Lalu melangkahkan kakinya dengan mantap, meninggalkan stasiun dunia bawah itu, tanpa mempedulikan kehadiran siapapun di tempat itu.
Ia melangkahkan kakinya bagai berjalan seorang diri saja. Tanpa menoleh ke arah manapun. Ia hanya berjalan dengan tatapan ke depan, untuk menuju tujuannya.
"Akhirnya aku sampai juga di dunia bawah. Udara di sini ternyata jauh lebih dingin, daripada udara di dunia atas. Tapi pemandangannya jauh lebih indah, daripada pemandangan di dunia atas," ucap Mark di dalam hatinya, lalu menatap Kota Angkasa Khatulistiwa, yang terlihat hanya sebesar koin di atas langit, di antara awan-awan yang menyelimutinya. Dengan tetap melangkahkan kakinya, yang membuat dirinya semakin menjauhi Stasiun Sundaland di dunia bawah.
"Ke mana aku harus pergi ya?" tanya Mark, masih di dalam hatinya, dengan penuh kegundahan. Seakan ia lupa akan tujuan perjalanannya semula. Walaupun akhirnya ia pun mengingat akan tujuan awalnya.
"Oh ya, bukannya aku ingin ke rumah Jean?. Aku ingin diramal kembali olehnya. Aku hanya ingin bertanya, apakah ramalan tentang diriku telah berubah saat ini, atau tidak?" ujar Mark, lalu terus berjalan ke arah timur, berjalan sendiri di Semenanjung Sundaland, yang telah kering. Tak terisi oleh air laut lagi, di karenakan akibat dari zaman es yang lebih dahsyat dari zaman es sebelumnya.
"Lebih baik aku berlari saja, agar aku lebih cepat tiba di rumah Jean."
Setelah mengucapkan akan hal itu. Mark berlari dengan cepatnya. Bagai anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Hingga ilalang-ilalang tinggi yang ia lalui pun patah dibuatnya. Dan berserakan di belakang dirinya.
★★★★★
Semenanjung Sundaland yang begitu luas, nyaris tanpa penghuni. Hanya ada hutan dan ilalang yang dihuni oleh para binatang hutan. Tak ada jalan raya dan transportasi modern sama sekali, yang tersedia di daerah itu. Dikarenakan hancur oleh perang yang sering terjadi di masa lalu. Baik sesama manusia, maupun manusia dengan robot. Yang ada hanyalah kereta terbang, yang berfungsi sebagai penghubung antara dunia atas dan dunia bawah, yang tentu saja kereta terbang itu hanya melintasinya lewat udara.
Sedangkan kereta darat telah punah ditelan oleh zaman. Akibat dari jumlah manusia yang semakin menyusut, dikarenakan kombinasi antara perang, perubahan iklim dan bencana alam yang datang dari dalam Bumi maupun luar Bumi.
Tampak di dalam perjalanannya, hanya ada beberapa rumah yang dilihat oleh Mark di daratan Sundaland.
Setelah berlari cukup lama, melintasi ilalang yang tumbuh di Semenanjung Sundaland dengan suburnya. Tak berselang jam, akhirnya Mark tiba di tujuannya.
Mark telah tiba di depan sebuah rumah yang terlihat angker dan penuh misteri. Dengan tanpa bersuara sedikit pun, bagai seorang penyusup profesional. Mark masuk ke dalam rumah itu, dengan mudahnya. Dan langsung menemui penghuninya. Yang sedang duduk di atas sofa hitam, dan terlihat sedang bersantai. Menikmati kesendiriannya. Dengan jalan pikirannya sendiri.
"Hay, Jean!. Bagaimana kabarmu?" tanya Mark, yang muncul dari arah belakang. Kepada gadis yang berprofesi sebagai peramal dengan ketepatan 100%.
Walaupun belum melihat wajah Mark, tetapi Jean pun membalas perkataan Mark tadi.
"Rupanya kau, Mark. Aku kira siapa?. Kau masih saja seperti itu dan begitu, dari dulu. Tidak memiliki tata krama. Masuk ke rumah orang tanpa permisi, bagai hantu saja...," timpal Jean, yang duduk di atas sofa berwarna hitam. Sambil menoleh ke arah Mark, yang berjalan menghampiri dirinya.
"Kau ini seperti seorang penyusup saja...," lanjut Jean lalu tersenyum, ketika Mark telah berada di hadapannya. Dengan senyum di wajah cantiknya, dan rambut hitam sebahu, dengan berpakaian casual. Yang ditutupi oleh sweater berwarna ungu.
"Jean!, Jean. Kau itu seperti baru kenal aku saja. Sudah tahu aku seperti itu, masih saja diprotes," jawab Mark, lalu duduk di sisi kanan Jean, di sofa panjang hitam itu.
"Ya, kau memang selalu seperti itu. Dan hal itulah yang membuat aku suka denganmu," ujar Jean, sambil menyodorkan kepalanya, di dada Mark.
"Jean, jangan bercanda aneh lagi seperti itu, aku tidak suka akan hal itu," timpal Mark, sambil tangannya membelai rambut Jean. Yang tergerai sebahunya. Tanpa mempedulikan perasaan Jean, yang sangat mencintai dirinya.
"Baiklah, jika kau tidak suka aku bicara akan hal itu. Aku janji tidak akan membicarakan akan hal itu lagi," sahut Jean, dengan tegasnya. Hingga membuat suasana pun menjadi hening sejenak.
Tetapi sesaat kemudian, Jean menanyakan tentang tujuan Mark. Datang ke rumahnya dan menemui dirinya.
"Mark, tumben kau dalam setahun ini sudah menemuiku sebanyak 2 kali. Ada perlu apalagi Mark, kau menemui diriku?" tanya Jean, memecahkan keheningan itu.
Namun Mark hanya diam tak menjawab pertanyaan Jean.
Mark terlihat ragu, untuk mengutarakan tujuannya itu. Hingga akhirnya Jean menebak maksud kedatangan Mark, menemui dirinya.
"Ingin aku ramal lagi?" tebak Jean, menegakan kepalanya kembali, dari dada bidang Mark.
"Ya seperti itulah," jawab Mark singkat.
"Apalagi yang ingin kau ketahui tentang masa depanmu itu?. Bukannya semuanya sudah aku beberkan secara jelas, beberapa bulan yang lalu," ucap Jean, menatap mata Mark dengan tajamnya. Seakan ia ingin membaca isi hati dan pikiran Mark.
"Ya, aku tahu itu. Tapi aku ingin diramal kembali. Siapa tahu ramalanmu, tentang diriku bisa berubah menuju ke arah yang lebih baik kali ini," timpal Mark tegas.
"Mark, kau ini kenapa sih?. Bernafsu sekali ingin mengetahui masa depanmu melalui ramalanku. Apakah kau percaya penuh dengan ramalanku itu?" Jean pun berbalik bertanya, yang membuat Mark terdiam sejenak. Hingga akhirnya menjawab pertanyaan balik dari Jean.
"Tidak, aku mungkin hanya percaya 80%, pada ramalanmu itu," timpal Mark tegas, lalu tersenyum tipis kepada Jean, yang ada di sampingnya.
"Syukurlah, jika kau tidak percaya 100% dengan ramalanku itu. Karena aku sendiri pun tidak yakin akan ketepatan ramalanku itu. Walaupun pada kenyataannya selalu mengatakan, jika ketepatan ramalanku itu, adalah 100%," Jean pun membalas senyum tipis Mark, lalu melanjutkan ucapannya kembali.
"Padahal, aku sendiri tidak bisa meramalkan masa depanku sendiri. Jadi bagiku percuma, walaupun aku itu bisa meramal dengan ketepatan 100%," ujar jean, dengan sedikit kesal terhadap kemampuan meramalnnya, yang diwarisi dari generasi ke generasi dari para leluhurnya.
"Ya, sudahlah Jean. Mungkin takdirmu memang harus seperti itu. Sekarang, tolong ramallah aku...," pinta Mark, sambil mengulurkan telapak kiri tangannya kepada Jean.
Jean lalu memegang, meraba dan melihat tangan kiri Mark, dengan penuh ketelitiannya. Seakan seperti orang buta, yang sedang
membaca tulisan khusus. Yang hanya mampu dibaca oleh dirinya dan para pendahulunya.
Jean tampak terkejut melihat telapak tangan kiri Mark, yang sepertinya telah ada perubahan pada garis-garis di telapak tangan kirinya. Dibandingkan dengan sebelumnya, saat Mark diramal beberapa bulan yang lalu oleh dirinya.
Melihat keterkejutan Jean, Mark menjadi ikut terkejut. Melihat reaksi Jean atas telapak tangan kirinya, yang tengah dibaca oleh Jean. Entah apa yang sedang dibaca oleh Jean dari tangan kiri seorang Mark Well.
"Ada apa Jean?, apakah ada yang aneh dengan telapak tangan kiriku ini?," tanya Mark, dengan penuh tanda tanya.
"Ya Mark. Tidak seperti biasanya, aku menemui dan melihat ramalan yang berubah. Biasanya ramalanku tidak akan berubah selama 1 tahun ke depan. Tapi hal berbeda ini terjadi pada dirimu. Sepertinya ramalan untuk masa depanmu sedikit berubah. Apakah akhir-akhir ini, kau sering berdoa kepada Tuhan?" ujar Jean, bertanya dengan kalkulasinya itu.
"Ya Jean, aku sudah lakukan apa yang kau sarankan kepadaku dulu. Berdoa kepada Tuhan, tanpa terikat oleh agama apapun," jawab Mark, dengan jujurnya.
"Mungkin itulah jawabannya, kenapa ramalanku sedikit berubah. Dulu aku meramal dirimu, jika tahun ini adalah tahun tersial bagi dirimu. Dan nyawamu pun sedang diintai oleh maut," kata Jean, sambil meraba telapak tangan kiri Mark. Lalu melanjutkan ucapannya kembali.
"Tapi ramalan kali ini mengatakan, jika tahun ini adalah tahun yang penuh misteri di dalam kehidupanmu. Dan maut pun enggan berurusan dengan tiga naga yang bersatu," mendengar penjelasan Jean, Mark terlihat bingung.
"Jean, apakah kau bisa menjelaskan arti ramalan itu, dengan bahasa yang lebih umum. Agar aku dapat mengerti?" tutur Mark.
Dan Jean pun menganggukan kepalanya, pertanda ia mengabulkan permintaan Mark.
"Ya, aku bisa menjelaskannya kepadamu dengan bahasa yang lebih sederhana. Semoga kau paham dengan penjelasanku ini," Jean lalu melepaskan tangan kiri mark dari tangannya.
"Yang dimaksud dengan tahun penuh misteri itu, adalah bahwa tahun ini merupakan tahun yang penuh teka-teki dan sulit untuk di prediksi. Yang baik bisa menjadi buruk, yang baik belum tentu baik. Dan yang buruk belum tentu buruk. Apakah kau mengerti dengan penjelasanku itu Mark?" tanya Jean.
Mark pun menggelengkan kepalanya. Pertanda ia tak mengerti dengan penjelasan dari Jean.
"Tidak sama sekali Jean, aku benar-benar tidak mengerti dengan semua penjelasanmu itu. Entah ada apa dengan otakku ini?" sahut Mark, sambil menunjukan jari telunjuk kananya ke keningnya, dan menghembuskan napasnya ke udara. Seakan ia tengah frustrasi dengan ucapan Jean yang tak ia mengerti itu.
"Memang ini sulit untuk dijelaskan dan dimengerti. Tapi biarkanlah, semuanya serahkan pada takdir yang akan menuntun dirimu. Jika memang hal buruk atau baik yang akan terjadi pada dirimu tahun ini, terjadilah," ujar Jean menghentikan ucapannya sejenak, lalu melanjutkan kembali.
"Tapi aku berharap hal baiklah yang akan terjadi pada dirimu nanti," Jean melepaskan pandangannya ke arah Mark.
Ada kekhawatiran di matanya untuk diri Mark.
Mark pun mengerti dan menyadari akan hal itu. Hingga ia berbicara kembali kepada gadis peramal itu.
"Jean, kenapa kau memandangku seperti itu?. Tidak perlu mengkhawatirkan diriku seperti itu Jean...?. Aku bisa menjaga diriku, seperti tahun-tahun sebelumnya," ucap Mark, berusaha untuk menepis kekhawatiran Jean. Yang terlihat begitu dalam mengkhawatirkan keselamatannya.
"Ya aku tahu, dan yakin akan hal itu," timpal Jean, lalu tersenyum.
"Lalu bagaimana dengan ramalanmu, yang selanjutnya?" tanya Mark kembali, mengalihkan topik pembicaraannya.
"Oh ya, akan kujelaskan itu sekarang juga," Jean terdiam sejenak, lalu berkata kembali.
"Bukannya kau itu bershio naga Mark?" tanya Jean.
"Ya, itu memang shioku. Lalu apa hubungannya dengan ramalanmu itu?" tanya Mark, balik bertanya kepada Jean.
"Hubungannya sangat erat Mark. Yang dimaksud dengan maut enggan berurusan dengan 3 naga yang bersatu adalah. Jika kau bersatu, dengan 2 sahabatmu yang sering kau ceritakan itu, maka maut akan enggan berurusan denganmu. Aku tebak, pasti 2 sahabatmu itu bershio naga, sama seperti dirimu?"
Ucapan Jean itu membuat Mark, menjadi teringat dengan 2 sahabatnya. Franco dan Nack. Yang telah terpisah selama 15 tahun, pada sebuah panti asuhan di dunia bawah yang telah dihancurkan oleh pasukan robot Mars dan Bulan. Hingga mereka bertiga terpisah, karena Mark dibawa pergi oleh Er Well. Yang kini menjadi ayah angkatnya. Dan merupakan kloningan terkuat dari Or Well, sang penguasa Gunung Well.
Mark lalu menjawab pertanyaan dari Jean, setelah mengingat kedua sahabatnya itu.
"Ya, kau benar dan tepat Jean. 2 sahabatku itu memang bershio naga, sama seperti diriku. Dan kau bilang, kami akan bertemu dan bersatu lagi?" tanya Mark nampak berpikir dalam.
"Ya," jawab Jean dengan singkatnya.
"Kapan dan di mana?" tanya Mark kembali, dengan penuh rasa penasarannya.
"Aku tidak tahu Mark. Yang aku tahu hanya sebatas itu. Karena kini di dalam ramalanku, masa depanmu sulit untuk aku prediksi dengan pasti. Maafkan aku Mark, jika aku tidak dapat memberi jawaban yang dapat memuaskan dirimu," jelas Jean, dengan penuh penyesalannya.
"Sudahlah Jean, jangan meminta maaf kepadaku. Kau tidak salah dan tidak perlu ada yang dipersalahkan. Biarkanlah semuanya berjalan sesuai dengan takdirnya," sahut Mark dengan bijaksananya.
"Kau semakin dewasa saja Mark," ujar Jean, yang membuat Mark tersenyum. Yang diperhatikan oleh Jean, jika di wajah Mark. Terlihat raut-raut kelelahan.
"Sepertinya kau lelah Mark?, sebaiknya kau tidur saja di kamar biasa," ucap Jean.
Mark berpikir sejenak baru menjawabnya.
"Ya, aku memang lelah Jean. Aku pergi ke kamar dulu ya?" timpal Mark, lalu bangkit dari duduknya, dan berniat meninggalkan Jean.
"Jika kau lapar atau haus, semuanya sudah tersedia di dalam kamar. Makanlah terlebih dahulu, sebelum kau tidur Mark," ucap Jean.
"Ya, aku mengerti..."
Mark lalu masuk ke dalam kamar yang dimaksud oleh Jean. Lalu menutup pintunya rapat-rapat kembali, saat dirinya telah berada di dalam kamar itu. Entah apa yang dilakukannya di dalam kamar itu. Yang tahu mungkin hanyalah dirinya saja.
Sepeninggalan Mark, Jean bangkit dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamarnya. Ia kunci pintunya rapat-rapat. Ia lalu mengambil benda seperti ponsel layar sentuh. Lalu ia pun menyentuh tombol virtual pada layar benda itu.
Dari dalam layar seperti ponsel layar sentuh itu, keluarlah sosok seperti dirinya bersama seorang lelaki tampan. Mereka berdua adalah ibu dan ayah kandung Jean.
Tampak Jean berusaha memeluk kedua orang tuanya itu. Tetapi hal itu tidak bisa ia lakukan, karena semuanya hanyalah hologram.
"Awas kalian kelompok Gura-Gura Baru!. Jika aku bisa menemukan nenekku, aku akan membuat perhitungan dengan kalian semua. Semuanya gara-gara kalian, ayah dan ibuku tewas di tangan kalian. Jika saja saat itu tidak ada Tuan Er Well dan Mark, pasti aku pun telah tewas di tangan kalian. Dasar kelompok tidak memiliki hati, sesuka hati kalian saja, membunuh orang yang ingin kalian bunuh," ucap Jean di dalam hatinya, lalu membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya. Sambil terus memegang benda mirip ponsel itu.
"Dua orang dari kalian yang membunuh ayah dan ibuku telah terbunuh oleh Tuan Er Well saat menyelamatkan aku 10 tahun yang lalu, dari keganasan kalian. Mungkin jumlah kalian sekarang ini tinggal 16 orang, dan satu persatu kalian akan aku bunuh. Biar dunia ini jauh lebih aman tanpa kalian," kata Jean lirih, takut suaranya terdengar oleh Mark.
Air matanya pun jatuh menahan kerinduannya, kepada kedua orang tuanya yang sudah mati itu. Ia lalu hanya terdiam, menyaksikan hologram Ayah dan Ibunya, yang terlihat bahagia di dalam kamarnya.
Matahari akhir abad 30 terlihat mulai masuk ke peraduannya. Dan udara pun menjadi lebih dingin, seperti ingin membekukan kehidupan di Bumi. Yang memang tengah membeku akibat dari zaman es yang berkepanjangan, sejak ratusan tahun lalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Alan Alanshorie
siap tong
2021-01-31
0
ZalikaAngel 🤧🥀❣️
Hallo like dan vote 5 bintang Uda mendarat🤧
jadi jangan lupa tinggalkan like dan vote 5 bintang di “playboy maniak sexx"
2020-06-10
1