"Oh! Karena mendapat undangan itu, jadi kau sombong?" Ucap ibu yang baru bergabung.
"Aku tidak merasa begitu, bu. Aku belajar bersungguh sungguh untuk bisa masuk ke kampus hebat itu." Jawab Juliet memegang erat undangan tersebut.
"Juliet, Juliet! Kau tidak ingat dengan apa yang pernah aku katakan padamu dulu? Ayahmu tidak mampu membiayai kuliahmu." Tutur Ibu.
"Itu beasiswa, bu. Semuanya gratis. Sama sekali tidak mengeluarkan biaya apapun." Jelas Juliet.
"Ibu, apakah Juliet akan kuliah? Bagaimana bisa dia kuliah sedangkan aku tidak?" Tanya Kakak pada Ibu dengan wajah sedih.
"Aku tidak mengizinkanmu kuliah!" Larang Ibu.
"Tidak, bu. Aku sudah bekerja sangat keras untuk ini. Aku akan tetap kuliah!" Jawab Juliet.
"Buang jauh-jauh ambisimu itu. Kuburlah cita-citamu itu!"
"What? No way!" Jawab Juliet lagi, ia tidak menyangka dengan perkataan ibunya.
"Jika kakakmu tidak kuliah maka kau pun juga begitu!" Tegas Ibu pada Juliet.
"Tidak kuliah adalah pilihannya dan pilihanku adalah kuliah. Kenapa aku harus sama dengannya disaat pilihan kami sudah jelas berbeda?" Jawab Juliet tak kalah tegas.
"Beraninya kau mengatakan hal seperti itu pada Ibumu?"
Ibu mengambil paksa surat undangan yang ada ditangan Juliet dan merobeknya, membuang sobekan kertas itu ke lantai.
"Itulah balasannya jika membangkang pada orang tua!"
"Kau sudah merasa tinggi dan hebat ya, hingga ingin merendahkan kakakmu?"
"Baru mendapat undangan saja kau sudah lupa diri! Bagaimana jadinya jika kau masuk disana ha?"
Ibu marah, mengeluarkan semua kata-kata apapun yang diinginkannya. Kakak menangis.
Sedangkan Ayah langsung pergi setelah menyaksikan kami tanpa bereaksi apapun.
Dan aku, apa yang harus aku lakukan?
"Maafkan aku, bu. Aku benar-benar tidak ada niatan untuk merendahkan kakak ataupun membangkang pada Ibu. Ini adalah kesalahanku, aku tidak bisa menjaga perkataanku. Maafkan aku bu, kak!" Ucap Juliette, menundukkan kepala.
"Pergilah ke kamarmu!" Titah Ibu pada Juliet tanpa merespon permohonan maafnya.
"Kau juga, pergi ke kamarmu! Berhenti menangis seperti anak kecil!" Titah Ibu pada kakak juga, lalu pergi menyusul Ayah ke kamar.
Juliet memunguti undangannya yang sudah menjadi sobekan kertas dan pergi ke kamarnya. Namun saat didepan pintu, kakak menarik tangan Juliet.
"Juliet, apa kau tetap akan kuliah?" Tanya Kakak.
"Tentu saja, iya."
"Jangan diterima, Juliet! Bagaimana bisa kau akan kuliah di kampus terkenal itu, sedangkan aku tidak kuliah?" Bilang Kakak dengan wajah memelas.
"Kakak tau, aku benar-benar berjuang untuk mendapatkan ini. Dan aku menolak hasil usahaku hanya karena keinginan kakak yang tak berbobot?" Jawab Juliet, sambil menunjukan sobekan surat undangan yang ada di genggaman tangannya.
"Apa kau tidak kasihan dengan aku?"
"Ini sudah malam, kak. Aku ingin tidur." Ucap Juliet mencoba mengakhiri pembicaraan, hendak menutup pintu kamar.
"Tunggu, Juliette! Aku mohon pertimbangkanlah lagi. Tolak undangan itu!" Kakak menahan pintu, memohon sambil menangis dan menggenggam erat tangan Juliet.
"Jangan mengeluarkan air mata untuk suatu hal yang sia-sia. Dengan kau seperti ini tidak akan mengubah keinginanku, kak." Bilang Juliet pada kakaknya.
"Kau tidak boleh egois seperti ini! Aku adalah kakakmu, kau harus menuruti aku! Kau tidak akan kuliah!" Kakak semakin erat menggenggam tangan sang adik, bahkan sambil menarik-narik dengan paksa.
"Lepaskan aku, kak! Biarkan aku beristirahat!" Pinta Juliet, mencoba melepaskan tangannya dari tarikan sang Kakak
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
nona lavenderoof
Jangan Lupa Dukungannya ya, Lavendears!
Hope you enjoy this bab!
Thank you and happy reading!
2024-09-23
5