Revi: menghela napas "Gue cuma ngerasa Rico udah mulai minta hal-hal yang bikin gue nggak nyaman. Dia minta kiss kemarin, dan itu buat gue ngerasa udah kelewatan."
Intan: menunjukkan rasa empati "Gue ngerti, Rev. Itu emang bisa bikin lo ngerasa nggak nyaman. Kalo lo nggak siap atau ngerasa itu melewati batas lo, lo berhak untuk ngomong."
Sarah: mengangguk setuju "Iya, nggak ada yang bisa maksa lo untuk melakukan sesuatu yang lo nggak mau. Lo harus jaga diri lo sendiri."
Bela: menambahkan "Mungkin lo bisa ngobrol baik-baik sama Rico. Bilang aja kalo lo ngerasa itu terlalu cepat dan lo maunya pas udah halal."
Revi: membalas dengan nada tegas "Gue udah coba jelasin ke Rico, tapi dia kayak nggak ngerti. Gue takut kalo gue terus bertahan, gue bakal ngerusak diri sendiri. Makanya gue pikir putus aja."
Intan: memegang tangan Revi "Kalo itu yang terbaik buat lo, gue dukung keputusan lo. Yang penting, lo harus merasa nyaman dan bahagia dalam hubungan lo."
Sarah: memberi dukungan "Lo ngelakuin hal yang bener dengan mendahulukan harga diri lo sendiri. Kalo hubungan itu bikin lo ngerasa nggak nyaman, lebih baik diputus aja."
Bela: mencoba membuat suasana lebih ringan "Eh, jangan khawatir. Kita semua ada di sini buat lo. Jadi, lo nggak sendirian."
Revi: tersenyum tipis "Thanks, guys. Gue cuma butuh waktu buat mikirin gimana caranya ngomong mau putus."
Mereka melanjutkan makan sambil memberikan dukungan kepada Revi. Keterbukaan dan empati teman-temannya memberikan sedikit ketenangan dalam menghadapi situasi yang sulit.
Di kantin, Arga duduk di sebelah Karin yang tampak sedikit murung. Arga berusaha mencairkan suasana dan membuat Karin merasa lebih baik.
Arga: memilih makanan di meja “Karin, lo mau makan apa? Gue ambilkan.”
Karin: terlihat ragu “Nggak usah, Arga. Gue lagi nggak nafsu makan.”
Arga: menyodorkan piring ke Karin “Ayo, makan aja. Makanan ini enak. Mungkin bisa bikin lo merasa lebih baik.”
Karin: mengambil sepotong makanan “Terima kasih. Tapi gue nggak tahu, Arga. Gue takut.”
Arga: mencoba membuat suasana lebih ceria “Gue ngerti. Tapi kita harus berusaha untuk tetap positif, kan? Gimana kalau kita rencanakan sesuatu yang seru untuk akhir pekan ini? Bisa bikin lo lupa sejenak tentang masalah kita berdua.”
Karin: tersenyum tipis “kemana?”
Arga: menyeringai “Gimana kalau kita jalan-jalan ke tempat yang lo suka? Atau mungkin nonton film bareng?.”
Karin: mendengarkan dengan seksama “nanti ya gue pikirin.”
Arga: dengan nada serius “Gue ngerti kekhawatiran lo. Rin percaya sama gue, ngga akan terjadi apa-apa . Kita bisa cari cara untuk mengatasi ini dengan baik.”
Karin: mengangguk “Oke, tapi kalo ada sesuatu gimana?”
Arga: mengangguk setuju “Kita bisa ngobrol lebih lanjut nanti. Sekarang, ayo kita nikmati makanannya dulu. Setelah itu, kita cari waktu yang tepat untuk bicarakan hal ini.”
Karin: tersenyum lebih lebar “Ya, oke Makasih.”
Arga: tersenyum “Gue bakal selalu ada buat lo.”
Mereka melanjutkan makan dengan suasana yang lebih santai. Arga berusaha keras untuk membuat Karin merasa lebih nyaman dan tenang, sambil menyadari betapa pentingnya menjaga hubungan mereka agar tetap baik dan saling mendukung.
Di sudut kantin, Sisil duduk bersama beberapa teman sambil memperhatikan Arga dan Karin. Dia merasa jengkel melihat kedekatan mereka yang semakin terlihat jelas. Sisil mulai mengomentari situasi itu dengan nada sinis.
Tiara: menatap Arga dan Karin dari kejauhan “Lihat tuh, si Arga dan Karin. Kayaknya mereka makin dekat, ya?”
Katty: mengalihkan perhatian “Iya, gue juga perhatiin. Mereka kelihatan nyaman bareng.”
Tria: menggeleng “mereka kayanya pacaran ya?”
Sisil: penasaran “Apa maksud lo?”
Tiara: dengan nada serius “Semenjak mereka ngilang, terus dibua, mereka ngga pernah ribut lagi, barangkali waktu itu meraka baikan”
Katty: mengangguk “lucu banget si tapi musuhku pacarku kaya judul ftv”
Sisil: menghela napas “diem ngga lo!”
Sisil lalu kembali fokus pada makanannya, tapi pandangannya tetap tertuju pada Arga dan Karin.
Kringg….
Kringg…
Kring…
Bel masuk pun berbunyi.
Bel masuk berbunyi, dan suasana kantin tiba-tiba menjadi ramai dengan siswa yang mulai beranjak menuju kelas. Arga, yang sedang asyik berbicara dengan Karin, langsung panik saat melihat Karin tiba-tiba terhuyung dan kemudian pingsan di lantai kantin.
Arga: memegang bahu Karin “Karin! Karin, bangun! Jangan bercanda!”
Revi, Bela, Intan, dan Sarah yang berada di dekat situ langsung berlari menghampiri.
Revi: berbicara cepat “Karin! Karin!”
Bela : “dia kenapa ga”
Intan: berusaha memeriksa kondisi Karin “pingsan. Cepet bawa di ke UKS ga!”
Sarah: melihat Arga gelisah sambil mengangkat karin “Arga, tenang. Coba panggil guru atau petugas kesehatan sekolah..”
Arga: dalam keadaan panik “Aku harus cepet bawa dia.”
Galamg yang melihat dari kejauhan akhirnya menghampiri.
Galang: menyampaikan “itu tadi karin kenapa?!”
Revi : “gatau karin tadi gue kebetulan liat dari meja gue tiba-tiba dia pingsan”
Arga dan teman-temannya dengan cepat membawa Karin ke ruang kesehatan sekolah, sementara galang dan beberapa siswa lainnya membantu memastikan tidak ada yang menghalangi jalan.
Di ruang kesehatan, petugas kesehatan segera memeriksa kondisi Karin dan memastikan dia mendapatkan perawatan yang diperlukan.
Petugas Kesehatan: memeriksa tekanan darah dan kesehatan karin “jangan panik, karin…”
Arga : “karin kenapa?”
Petugas Kesehatan : “karin hanya kelelahan atau dehidrasi, dia juga kayanya lagi banyak pikiran. Kita akan periksa lebih lanjut.”
Arga, yang tampak sangat khawatir, berdiri di samping tempat tidur Karin sambil menunggu hasil pemeriksaan.
Arga: berbisik “Karin, bangunlah. Aku di sini, semuanya akan baik-baik saja.”
Teman-teman Arga dan Karin yang mengikuti ke ruang kesehatan turut menunggu dengan cemas, berharap Karin segera sadar dan mendapatkan penjelasan tentang kondisinya.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments