Bab 17. Pertemuan Pertama

Nadia mulai bermain biola pada usia yang sangat muda. Sebelum SMA, ketika bisnis ayahnya masih berjalan dengan baik, dia bahkan bermimpi untuk mengambil jurusan biola. Namun bisnis ayahnya gagal, dan tiba-tiba, semuanya berubah.

Orang tuanya bercerai, ayahnya menyatakan kebangkrutan, dan kemudian dia menghilang entah kemana. Toko makanan kecil milik ibunya memungkinkan Nadia untuk menyelesaikan sekolah menengah atas, tetapi mereka tidak cukup stabil secara finansial untuk mendukung jurusan seni.

Biola Nadia terbengkalai di sudut kamar tidurnya. Dia bisa saja terus bermain sebagai hobi, tetapi biola itu adalah pengingat akan hal-hal yang lebih baik dia lupakan—mimpinya yang tidak tercapai, ketidakhadiran ayahnya. Biola itu adalah simbol dari semua yang telah hilang dari dirinya.

Nadia mungkin telah mengabaikan musik, tetapi dia tidak mengabaikan studi belajar. Dia tidak memiliki masalah untuk masuk ke universitas negeri sendirian. Segera setelah dia masuk sekolah, dia sedang dalam perjalanan menuju kelas ketika dia melewati kerumunan siswa yang berisik.

“Klub Orkestra! Orkestra! Selamat datang bagi para pemula untuk beberapa alat musik!”

Klub-klub di sekolah sedang merekrut anggota baru. Ada berbagai macam klub, semua dengan anggota yang masing-masing berteriak untuk mempromosikannya. Tapi satu-satunya yang Nadia dengar adalah Klub Orkestra. Klub itu memanggilnya. Dia tidak pernah berpikir untuk mengambil biola lagi.

Klub Pengusaha dan Klub Pengembang penuh sesak dengan siswa yang ingin bergabung. Namun tidak banyak orang yang mengantre untuk mendaftar di Klub Orkestra. Murid yang berteriak dari balik stan mengerutkan kening dan menampar punggung murid yang apatis di sebelahnya.

“Ayo, Davino! Cobalah lakukan sesuatu. Jika terus seperti ini, kita tidak akan mendapatkan anggota baru.”

Itu adalah saat pertama kalinya Nadia menatap Davino. Hidungnya yang mancung, matanya yang rileks, bibirnya yang berbentuk bagus. Wajahnya menarik, tapi ekspresi itulah yang benar-benar menarik perhatiannya. Mata sayu seorang pria yang tidak tertarik pada hal-hal seperti perekrutan anggota klub universitas, tapi tetap saja menjaga stan meja.

“Ayolah, Davino, apa kamu mendengarkan aku? Mainkan saja satu bagian. Setidaknya kita manfaatkan penampilanmu inu. Oke? Tolonglah!”

“Kamu saja.” Davino menolak dengan dingin. “Aku tidak mau.”

“Aku tidak punya alat musik. Ayolah, lakukan saja.”

Davino menghela nafas mendengar permintaan siswa lainnya dan mengambil biolanya. Dia berdiri, bibirnya yang terkatup bergerak-gerak seolah-olah ada jawaban yang akan diberikan.

Begitu dia meletakkan biola di bahunya, orang-orang mulai melihat ke arahnya. Dia menggelengkan kepalanya seolah-olah merasa terganggu, dan kemudian mulai bermain. Sebuah melodi yang indah mengalun di antara suara-suara berisik di tengah kerumunan.

Itu adalah gerakan terakhir dari Partita in D Minor Bach untuk biola solo, “Chaconne”. Melodi yang dramatis itu menelan semua suara lain di ruangan itu. Namun, mata Davino-lah yang menangkap Nadia. Matanya tidak bernyawa sampai dia mengambil biola itu.

Sekarang, mata itu dipenuhi dengan nyala api yang ganas. Dia adalah orang yang berbeda. Nadia seperti tidak lagi berada di kampus universitas yang ramai, tapi sendirian di ruangan gelap, bermain hanya untuk dirinya sendiri. Matanya terasa terbakar.

Segera setelah Davino meletakkan biolanya, Nadia berjalan seperti orang kesurupan dan mengambil formulir pendaftaran klub. Dia menuliskan nama, alamat, dan alat musiknya—biola—dan menunjukkan formulir tersebut kepada orang yang terlihat seperti penanggung jawabnya.

Presiden klub menatap kertas tersebut, lalu tersenyum dan menatap Davino.

“Wah, wah! Dia memainkan biola.”

Davino duduk membungkuk di kursi dengan menyilangkan kakinya, raut ketidaktertarikan kembali muncul di wajahnya, tapi mendengar kata-kata itu, dia duduk tegak.

“Biola?” Davino menatapnya dengan sinis.

Matanya langsung tertuju pada tangan Nadia. Dengan hati-hati melewati jari-jari ramping Nadia yang memegang kertas-kertas itu.

Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak.”

Mulut Nadia ternganga mendengar penilaian dingin Davino.

“Apa yang kamu lakukan? Bagaimana bisa kamu mengatakan ‘tidak’ seperti itu?” Presiden klub rupanya juga terkejut.

Dia menjadi pucat dan melirik ragu-ragu ke arah Nadia untuk melihat reaksinya. Mungkin dia merasa kasihan padanya karena Nadia terlihat terintimidasi oleh Davino.

Presiden klub bergegas menjelaskan, “Maaf, ada banyak tempat untuk alat musik lain, tapi kami punya banyak biola. Kamu harus mengikuti audisi.”

Jika ada audisi, mereka pasti menerima beberapa pemain biola.

Kenapa dia langsung menolaknya begitu cepat? Nadia memprotes dalam hatinya.

“Oh, baiklah. Aku minta maaf.” 

Setelah Nadia meminta maaf, presiden klub kemudian melanjutkan.

“Tidak, tidak. Kamu tidak perlu minta maaf. Kami seharusnya berterima kasih karena kamu sudah mau mendaftar di klub ini. Davino tidak tahu bagaimana harus bersikap di sekitar orang lain. Maukah kamu datang untuk audisi? Ini tanggal 25 Maret, silakan mencobanya. Oke?”

Setelah presiden klub selesai menjelaskan, Davino memiringkan kepalanya dan berbicara dengan dingin. “Kamu tidak perlu repot-repot mengikuti audisi.”

“Kenapa aku tidak boleh?” Nadia biasanya pendiam dan pasif, tapi penolakan keras dari Davino membuatnya ikut terpancing. “Kenapa aku tidak boleh ikut audisi klub?”

Davino mengusap rambutnya dan menghela napas. “Hah. Lihatlah tanganmu. Tidak ada satu pun kapalan. Kamu sudah lama tidak bermain, kan? Ada banyak orang yang ikut audisi. Kamu tidak akan bisa masuk jika seperti itu. Aku mencoba untuk menghemat usaha. Jangan repot-repot berlatih.”

Davino berbicara seolah-olah menunjukkan belas kasihan yang besar…. Wajah Nadia menjadi panas dan merah. Wajah presiden klub menjadi pucat lagi. Dia memberitahukan waktu dan tempat audisi, serta lagu yang harus dimainkannya.

“Tolong datanglah,” pintanya pada Nadia. “Davino hanya orang yang brengsek. Jangan biarkan dia mengganggumu. Oke?”

^^^To be continued...^^^

Terpopuler

Comments

La Rue

La Rue

wow Davina with her throwback 😍

2024-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!