BAB 2

"Naureen!"

Mendengar seseorang memanggilnya, Naureen pun menoleh ke arah suara yang asing itu berasal. Ia mengamati dengan baik bagaimana seorang pria bertubuh tinggi itu perlahan mulai mendekatinya.

Naureen membelalakkan matanya, ia sangat terkejut setelah pria itu benar-benar ada di hadapannya. Ia tertawa lalu menggelengkan kepalanya seakan tidak percaya.

"Nauu!" Sapa pria di hadapannya. Pria dewasa itu terdiam namun senyumnya terlihat jelas. Ia kebingungan, kenapa bisa bertemu Naureen disini.

"Aku enggak salah lihat kan?" Kata Naureen menganga, ia masih berusaha mengartikan situasinya saat ini.

"Kamu... Kamu sedang apa disini?" Tanya pria bertubuh kekar itu.

"Aku kerja disini, kak Jeno sendiri kenapa bisa ada disini?"

Ya, pria yang sejak tadi kebingungan dengan pertemuan yang tidak terduga ini bernama Jeno. Tubuhnya tinggi, badannya kekar, wajahnya pun indah sekali di pandang, tidak akan merasa bosan meskipun memandanginya terus menerus.

Jeno tertawa lalu menghela nafas dan tersenyum. Tatapannya yang teduh tak pernah terlepas dari Naureen.

"Kita bukan lagi di kampus, panggil aja Jeno." Kata Jeno, lembut.

Kampus? Ada apa dengan kampus.

"Jeno? Rasanya jadi canggung." Ucap Naureen tersenyum.

"Enggak apa-apa. Aku lebih senang kalau kita bisa jauh lebih santai." Jelas Jeno, tatapannya semakin dalam.

Naureen merasa panas, tiba-tiba saja ia jadi salah tingkah. Tersenyum lalu membuang pandangannya ke arah lain. Wajahnya pun memerah, ia benar-benar tersipu saat ini.

"Em, by the way. Kenapa kamu ada disini?" Tanya Naureen mengubah topik.

"Ah, iya. Ini hari pertama ku kerja disini. Jadi sekarang kita kolega." Sahut Jeno masih dengan senyumnya. Ia mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Naureen.

Naureen pun langsung meraih tangan Jeno tanpa ragu. Senyumannya juga merekah.

"Selamat bergabung dan semoga betah ya." Kata Naureen menyambut Jeno sebagai rekan kerja barunya.

"Sudah jelas aku akan betah disini, terlebih ada kamu." Mereka baru bertemu tetapi kenapa Jeno bisa se-manis ini. Dan Naureen pun terlihat sangat senang dengan pertemuan tak terduga ini.

"Ah... Kamu masih Jeno yang sama rupanya." Naureen mengangguk-anggukkan kepalanya selagi menatap Jeno yang tidak henti-hentinya tersenyum.

Selagi mereka saling melempar senyum, Jeno merogoh saku Jas-nya dan mengeluarkan ponsel. Lalu benda pipih itu di berikan kepada Naureen. Naureen yang kebingungan hanya mengangkat alisnya seraya bertanya apa maksud pria itu.

"Simpan nomor-mu." Katanya. Naureen mengangguk dan menurutinya.

"Aku mau ke ruangan Bu Mira. Bisa tolong bantu aku kesana?" Tanya Jeno.

"Ayo." Sahut Naureen. Mereka pun berjalan beriringan.

Membicarakan banyak hal dengan Naureen di pertemuan pertamanya, membuat Jeno terlihat tidak pernah melepaskan senyumannya. Begitu juga dengan Naureen, bahagianya terlihat jelas. Ia tidak pernah menyambut pria dengan se-antusias ini.

___

"Nauuu, Naureen!" Panggil Sean sambil tergesa-gesa menghampirinya dengan membawa beberapa lembar kertas.

"Kenapa? Masih pagi udah heboh banget." Tanya Naureen heran.

"Berkas yang kemarin gue kasih ke bu Novi, katanya ada beberapa yang enggak sesuai. Terus gue di suruh perbaiki tapi beliau enggak kasih tahu mana yang salah." Jelas Sean yang terlihat sangat panik hingga beberapa kali menggigit bibirnya.

"Lagi?" Seru Naureen membelalakkan matanya.

"Bu Novi ada masalah apa sih sama lo? kayaknya sering banget deh minta revisi tanpa penjelasan apa pun." Sambungnya sambil tertawa, lalu mengambil berkas yang di pegang Sean.

"Gue ada kopi tuh, tapi sandwich-nya jangan. Gue cek sebentar." Sambungnya sambil menyodorkan kopi yang baru saja ia beli.

"Enggak Nauu, makasih." Tolak Sean dengan wajah serius.

"Panik banget lo? Biasanya tanpa di tawari pun lo langsung aja tuh, minum layaknya pemilik kopi itu sendiri." Naureen mengerutkan keningnya, heran.

"Bukan, tapi gue udah ngopi tadi. kalau sandwich-nya sih boleh." Ucap Sean yang kemudian terenyum jahil.

"Ish! Gue pikir lo enggak nafsu minum kopi karena panik di suruh revisi berkas. Dasar lo!" Naureen menggerutu dengan wajah cemberutnya sementara Sean mentertawainya.

Naureen dan Sean masih dalam keheningan sebab mereka berdua tengah fokus merevisi berkas. Tatapan mereka sama sekali tidak teralihkan oleh apa pun, sampai pada saat...

"HAI GUYS!"

Teriakan maut Fey yang tidak ada tandingannya itu seketika menghancurkan fokus Naureen dan Sean.

"Ah!" Seru Sean hampir mengangkat kursi yang semula ia duduki.

"FEY!" Teriak Naureen dengan mata yang membulat.

Sementara kedua temannya tengah kesal sebab terkejut dengan teriakannya, Fey justru tertawa puas setelah melihat reaksi Naureen dan Sean. Di kantor bahkan dimana pun mereka bertemu, pasti ada saja tingkah konyol yang selalu mengisi pertemuan mereka.

"Lagian ngapain sih lo berdua serius banget?" Tanya Fey setelah meletakkan tasnya di meja kerja dan menghampiri kedua temannya yang kembali serius.

"Biasalah bu Novi." Sahut Sean singkat tanpa melihat Fey yang berdiri di belakangnya.

"Dia cinta banget kayaknya sama lo Sen, sampai tiap hari dia selalu cari cara biar bisa ketemu lo terus." Celetuk Fey yang langsung mendapatkan cubitan dari Sean.

"Ahh! Sakit Seaaannn!" Teriak Fey yang terkejut sekaligus kesakitan. Staff lain yang kebetulan ada di ruangan tersebut pun terkejut dengan teriakan Fey.

"Makanya jangan sembarangan kalau ngomong!" Gumam Sean.

Naureen tidak terganggu sama sekali meskipun kedua temannya tengah bertengkar. Ia hanya terus memaku pandangannya pada layar monitor, jari jemarinya terus menari di atas keyboard tanpa sedikit pun terusik dengan pembicaraan mereka.

"Kenapa juga ya cuma departemen sebelah aja yang kepala tim-nya di ganti, kenapa enggak sekalian aja ganti bu Novi." Gumam Fey seperti tidak takut kalau-kalau yang bersangkutan mendengar perkataannya.

"Sshhhttt. Jangan berisik ngomongnya, kalau sampai bu Novi dengar bisa di cabik-cabik lo!" Seru Sean memberi peringatan kepada Fey yang memang suka ceplas-ceplos.

"Eh bentar, lo udah tahu siapa pengganti pak Robby?" Tanya Sean.

"Gue belum lihat orangnya sih,, tapi gue dengar tadi namanya pak Jeno." Sahut Fey.

Naureen yang semula fokus menatap layar monitor seketika menoleh ke arah Fey. Naureen tampaknya sangat terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Lo bilang apa barusan? Siapa kepala departemen baru nya?" Tanya Naureen, matanya melebar.

"Pak Jeno." Sahut Fey.

"Jeno Mahendra?" Kata Naureen lagi, memastikan.

"Mungkin. Yang jelas namanya Jeno."

Naureen terkekeh.

"What? Astaga, dia enggak mau gue panggil kak tapi gue harus panggil dia pak?"

Melihat Naureen yang tiba-tiba tertawa, Sean dan Fey bertukar pandang. Mereka heran.

"Lo kenal?" Tanya Sean.

"Jadi..." Naureen menarik nafas dalam-dalam.

"Jeno tuh kating gue dulu di kampus. Gue sama dia dekat banget, sampai dia sering antar jemput gue kalau kita ada jam kuliah yang sama." Jelas Naureen sambil tersenyum.

"Tadi juga enggak sengaja ketemu di halaman, tapi dia enggak bilang di posisi apa." Sambungnya.

"Oh... Jadi dia kating lo?" Tanya Sean memastikan.

"Dan lo berdua kenal dekat?" Tanya Fey.

Sean dan Fey menjadi penasaran tentang bagaimana kedekatan yang di maksud oleh Naureen. Kedua temannya sangat antusias untuk mendengarkan penjelasan yang lebih rinci dari Naureen. Pasalnya Naureen sudah cukup lama sendiri tanpa pasangan. Jadi hal tersebut seperti sebuah harapan bagi kedua temannya untuk Naureen.

"Hm. Kita dekat banget deh pokoknya. Cuma ya kita udah lama loss contact, enggak tahu kabar masing-masing. Karena terakhir ketemu pun udah lama banget." Jelas Naureen.

"Dua orang dewasa kayak kalian, sedekat itu?"

"Yakin, kedekatan lo cuma sebatas kating dan antar jemput kuliah aja atau...?"

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!