"Sayang? Kau masih mendengar? Aku ada di parkiran perusahaan mu. Ada hal penting yang harus dibicarakan dengan mu, Apakah kau punya waktu?" Tanya Diana.
"Kau ada di sebelah mana?" Tanya Adrian dari seberang telepon membuat senyuman indah terukir di wajah Diana.
Deg!
'Aku masih terus berdebar setiap kali mendengar suamiku memberi perhatian,' ucap Diana dalam hati.
"Aku akan ke ruangan mu sekarang," ucap Diana langsung turun dari mobil.
"Baiklah," kata Adrian.
Diana pun berlari memasuki lift, perempuan itu memegang erat tali tasnya sambil bercermin di dinding lift.
"Jelek sekali!" ucap Diana menggelengkan kepalanya, sekarang dia punya tugas yang sangat sulit!
Ting!
Hanya dalam beberapa saat saja, akhirnya Diana tiba di lantai paling atas perusahaan itu.
Tap tap tap...
Diana keluar dari lift dan berjalan ke ruangan suaminya mengandalkan ingatan pemilik tubuh yang lama.
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Sebuah suara ketus menyambut Diana.
"Aku sudah membuat janji temu dengan suamiku," ucap Diana membuat Jessie terkejut.
"Sial! Perempuan bodoh dan manja sepertimu mana bisa menemui Adrian?! Kau pikirrr,,, heh,, kau pikir Adrian masih mau berhubungan dengan babi gemuk sepertimu?! Kau lupa statusmu?!" Geram Jessie yang tahu jelas kalau hati Diana seperti kaca yang terbuat dari caramel, begitu rapuh hanya dengan sedikit hinaan.
Tetapi Jessie sangat terkejut saat melihat perempuan di depannya bukannya tertunduk meratapi nasib, tapi malah terus menatapnya dengan tegas.
"Lalu kau sendiri lupa statusmu? Kau hanya sekretaris suamiku, aku istri nbya, jadi--"
Clek!
Pintu ruangan Adrian terbuka membuat Diana menghentikan ucapannya dan memilih berlari ke arah Adrian.
"Sayang ku!" Seru Diana menghampiri Adrian dan langsung memeluk pria itu serta mendaratkan sebuah ciuman di bibir Christian.
Cup!
Mata Jessie langsung melotot sempurna.
Sementara Adrian mengerutkan keningnya.
"Apa yang--"
"Ah,, maafkan aku!" Kata Diana segera menjauh dari Adrian, 'Itu kebiasaan lama, lagi pula aku sangat merindukannya!' kata Diana dalam hati.
"Masuklah," ucap Adrian setelah beberapa saat terdiam.
Diana dengan semangat memasuki ruangan Adrian dan melihat bagaimana ruang kerja suaminya.
"Kau benar-benar suamiku, ah,,, ini 'kan, koleksi yang sangat kau sukai, bahkan dipajang di sini juga," kata Diana menghampiri sebuah patung pajangan yang di kehidupan sebelumnya suaminya juga sangat menyukai.
Adrian mengerutkan keningnya melihat istrinya yang tiba-tiba saja begitu berubah.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Adrian.
"Ah,,," Diana menyadari sesuatu hingga perempuan itu berbalik menatap Adrian sambil menganggukkan kepalanya, "ya, Terima kasih sudah menanyakan kabarku," ucap Diana tampil berjalan ke arah sofa dan duduk di sana.
Adrian pun duduk di hadapan Diana, pria itu memperhatikan perempuan di hadapannya dengan seksama, 'dulu dia tidak akan pernah membalas ucapanku sekalipun, tapi kenapa sejak ayahnya meninggal Dia jadi berubah? Apa jangan-jangan dia terguncang?' ucap Adrian dalam hati.
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Adrian.
Diana menarik sebuah surat dari tasnya dan menatap pria di hadapannya dengan tatapan sendu.
Bersamaan dengan itu, Jessie memasuki ruangan sambil membawa minuman untuk dua orang yang ada di sana.
'Apa yang ingin dibicarakan perempuan gila ini?' ucap Jessie dalam hati yang sangat kesal pada Diana.
Sementara Diana, dia menyerahkan surat yang ada di tangannya pada suaminya, "Apa kau juga mendapatkan surat itu?" Tanya Diana.
Jessie yang sedang meletakkan kopi di atas meja langsung mengintip surat yang diberikan Diana pada Adrian, 'sial! Kenapa perempuan ini datang membicarakannya?' ucap Jessie dalam hati sambil menggigit Bibir bawahnya, perempuan itu dengan cepat berdiri sambil memegang erat baki yang ada di tangannya.
Diana mengerutkan keningnya menatap tingkah aneh Jessie, 'Tunggu! Apa perempuan ini yang?'
"Kau menggugat cerai aku?" Tanya Adrian dengan wajah yang langsung berubah tidak senang sambil meletakkan kertas pemberian Diana Di atas meja.
Diana Langsung menggeleng, "tentu saja tidak! Aku tidak melakukannya! Aku juga bingung kenapa suratnya tiba-tiba datang ke rumah orang tuaku dan di bawah situ dituliskan aku menggugat cerai mu, padahal aku tidak pernah melakukannya! Aku bahkan ingin kita tetap bersama," kata Diana sambil meneteskan air matanya, dia tidak mau lagi berpisah dengan suaminya untuk yang kedua kalinya.
Jessie yang melihat itu langsung menggertakan giginya, "kalau bukan kau yang menggugat, lalu Siapa yang menggugat? Emangnya tanda tanganmu bisa dipalsukan?" Tanya Jessie.
Diana mengangkat kepalanya menatap Jessie, dia hendak berbicara ketika Adrian mendahuluinya.
"Jessie keluar lah!" Perintah Adrian.
"A,, apa? " Jessie menggertakkan giginya lalu berbalik meninggalkan ruangan tersebut.
'Sial! Kenapa jadi begini? Kenapa perempuan itu punya keberanian untuk mengatakannya, bahkan datang kemari?' ucap Jessi dalam hati sambil menggigit kukunya.
Dia tahu jelas kalau Diana adalah sosok perempuan yang pemalu, bahkan perempuan itu sangat takut bertemu dengan orang, jadi dia berpikir tidak ada salahnya langsung mempercepat proses cerai Diana dan Adrian karena Diana tidak akan bisa memprotes apa pun. Lagi pula ayahnya sudah meninggal, sehingga tidak akan ada lagi yang akan menentang perceraian itu.
Sedangkan di dalam ruangan, Diana kembali menatap suaminya, "aku benar-benar tidak pernah menggugat ceraimu! Aku,,, aku,, sangat mencintaimu!" Kata Diana sambil terisak menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Baiklah, aku akan menyelidikinya nanti, sekarang tenangkan dirimu," Kata Adrian memberi kan tisu ke arah Diana.
"Teruma kasih sayang," kata Diana sambil tersenyum mengambil tisu tersebut.
"Kapan kau akan kembali ke rumah?" Tanya Adrian setelah beberapa saat.
"Apa?" Diana terkejut, dari ingatan pemilik tubuh yang lalu, dia jelek ingat kalau Adrian tidak pernah meminta Diana kembali ke rumah bahkan jika Diana meninggalkan rumah itu selama 1 bulan penuh. Tapi kenapa tiba-tiba sekarang pria itu menanyakannya?
"Itu,,, aku masih harus mengurus bisnis ayahku selama beberapa waktu ke depan, sampai aku menemukan orang yang bisa aku percaya untuk meneruskan bisnisnya barulah Aku akan kembali. Tapi soal perceraian itu, aku sungguh tidak menginginkan perceraiannya," kata Diana dengan air mata kembali menetes di pipinya.
"Baiklah, mengurus bisnis sangat melelahkan dan juga membutuhkan keterampilan, kalau kau butuh apa-apa jangan ragu menghubungiku," kata Adrian.
"Benarkah?" Diana sangat senang, perempuan itu tersenyum, "kalau begitu,, aku pasti akan menghubungimu." Ucap Diana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
putrie_07
mantap aq suka licikmu😆😆
2025-03-04
0
Hikam Sairi
nunggu Kirana update nyasar kesini... ternyata banyak penggemar Kirana & christian disini 🥰🥰🥰🥰
2024-10-11
1
Winarni
aku suka ceritanya
2024-09-13
0