Ibu kota Roseland, Desember 1499.
Sofia kesal sekali hari ini. Tidak ada yang berjalan seperti biasanya. Padahal dia muak dengan kesehariannya yang monoton sama seperti papan catur yang berwarna hitam dan putih kesukaan Jasper, Ayahnya.
Pagi ini dia dipaksa Ayahnya membeli gaun untuk dipakai debutante Jumat malam. Konon katanya semua gaun termahal sudah habis diborong oleh lady-lady dari keluarga kaya. Namun, Ayahnya bersikeras agar Sofia membeli satu saja gaun termahal dan termewah yang ada disana.
"Bagaimana mungkin aku akan mendapatkan Gaun yang bagus saat ini?" Sofia bergumam kesal.
Elie sudah membuntutinya sejak Dia masih tidur nyenyak dikamarnya. Elie memaksa ingin ikut, karena khawatir Nona mudanya pulang tanpa membeli satupun Gaun untuk dipakai.
"Nona.."
"Nona Sofi.."
"Sepertinya dibutik itu tidak ada orang."
Elie menunjuk salah satu butik yang berada dipojokan, karena Sofia terus-menerus menolak masuk kedalam butik dengan alasan penuh sesak.
Sofia melihat arah telunjuk Elie, benar saja butik itu kosong tanpa ada satupun pelanggan. Mau tidak mau Sofia berjalan ke dalam butik dengan langkah yang malas.
"Selamat datang Nona.."
"Adakah Gaun yang Anda inginkan?"
Salah satu pelayan butik menghampiri Sofia dengan sopan, dia tidak banyak bertanya karena tidak ingin pelanggan merasa terganggu saat sedang memilih.
"Nona.."
"Anda menyukai Gaun ini?" Elie membawa sebuah gaun berwarna nude yang sangat cantik, dengan potongan atas rendah sehingga akan memperlihatkan payudara Sofia yang cantik dan indah.
Sofia menatap gaun itu dengan teliti, gaunnya tidak terlalu besar dan akan menempel dengan pas ditubuhnya. Dia menyukainya, Elie memang sangat tau sekali dengan kesukaan Sofia. Sofia menyukai hal-hal yang simpel dan sederhana.
"Nona kami ingin membelinya." Elie menyerahkan gaun itu pada pelayan butik.
"Saya akan membungkusnya dengan rapih." Pelayan tersenyum dengan ramah, lalu meninggalkan Elie dan Sofia.
Setelah selesai membeli gaun. Sofia ingin langsung cepat pulang, dia sudah tidak nyaman berkeliling lagi.
"Elie, kita sudah membeli gaun. Sebaiknya kita pulang."
"Nona.. anda belum membeli perhiasan, sebaiknya kita mampir dulu ditoko perhia.."
"Oke, oke.."
"Mari kita pergi."
Elie tersenyum senang melihat Sofia kembali bersemangat.
Dengan cepat, Elie menemukan toko perhiasan terdekat. Sofia masuk dengan cepat tanpa mengeluh, padahal didalam toko sedang banyak pelanggan.
"Ah.."
"Lady Sofia.." Seorang perempuan dengan pakaian yang ketat menyapa Sofia dari belakang.
Sofia menoleh dengan cepat.
"Lady Amber.." Sofia mencoba tersenyum setulus mungkin.
Lady Amber terkenal suka bergosip dimanapun dia berada. Saking terkenalnya, Sofia yang bahkan tidak pernah keluar rumah tau tentang gosip yang disebarkannya. Dia sering mendengarkan pelayan membicarakannya.
"Lama sekali kita tidak berjumpa Lady Sofi.."
"AH.."
"Saya mendengar bahwa Anda akan menikah?"
"Apakah dengan salah satu Duke yang sudah berumur itu?"
"Saya mendengar usianya sudah mencapai kepala empat."
Lady Amber terus saja berbicara tanpa mempedulikan perasaan Sofia yang sedang kesal.
"Ah benarkah?"
"Sepertinya memang begitu Lady Amber."
"Astaga.."
"Apakah Anda tidak keberatan?"
"Nona.."
"Saya sudah membeli perhiasannya." Untungnya Elie menyela pembicaraan mereka.
"Terimakasih Elie.."
"Lady Amber, permisi.." Sofia tersenyum dan berjalan meninggalkan Lady Amber yang masih terus ingin berbincang dengannya.
"Astaga Elie..."
"Terimakasih kau telah menyelamatkanku.." Sofia memeluk Elie dengan erat.
Elie hanya tertawa melihat tingkah Nona mudanya.
"Elie, apakah Duke itu benar-benar tua?" Sofia menjadi penasaran setelah mendengarkan Lady Amber.
"Saya tidak tau Nona.."
"Sungguh.."
"Aku tidak mau menikah dengan orang yang tidak Aku cintai Elie.."
"Aku tidak ingin seperti Ayah dan Ibu.." Sofia melihat keatas, dia memandang langit yang berwarna biru.
"Anda akan menikah dengan seseorang yang Anda cintai Nona." Elie menggenggam tangan Sofia dengan erat.
"Ah, saya membeli ini untuk Anda." Elie menyerahkan sesuatu yang dibungkus kain putih pada Sofia.
Sofia membukanya, kemudian memutar-mutar benda tersebut.
"Sebuah topeng?" Sofia bingung dengan topeng yang sedang dipegangnya.
"Betul Nona, tema debutante Jumat malam nanti adalah pesta topeng. Saya mendengarnya dari pembeli perhiasan ditoko tadi."
"Aaah, Elie..."
"Kau memang luar biasa!!"
"Tentu saja Nona!!" Elie menepuk-nepuk dadanya dengan kencang.
Mereka menghabiskan siang itu berjalan-jalan dengan santai menyusuri kota. Saat hendak pulang, Sofia memutuskan untuk berkeliling terlebih dahulu ditaman kota dekat pertokoan.
"Elie, bisakah kita duduk sebentar ditempat itu." Sofia menunjuk kursi yang terletak sedikit pojok.
"Ah, tempat itu sedikit gelap Nona."
"Bagaimana jika seseorang mendadak muncul disana."
"Saya khawatir dengan Anda."
"Aku akan baik-baik saja."
"Ayolah, sebentar saja."
Tidak ada seorangpun yang dapat menentang keinginan Sofia, apalagi pelayan seperti Elie, dia hanya dapat menundukkan kepala dan pergi melihat tempat itu lebih dulu, karena takut akan terjadi sesuatu pada Nona mudanya itu.
"Nona, sepertinya akan baik-baik saja sekarang."
Sofia berjalan dengan riang kearah Elie, kemudian melepaskan sepatu hak tingginya dengan raut wajah bahagia.
"Sungguh sepatu yang sial." Sofia melempar asal sepatunya.
"Nona, bagaimana jika seseorang melihat anda.." Elie melihat berkeliling dan berjaga, dia tidak ingin seseorang melihat tingkah Nona mudanya yang tidak seperti Lady pada umumnya.
"Tidak apa-apa Elie, tidak ada yang tahu siapa aku."
Dari sudut yang gelap terdengar suara-suara yang mencurigakan.
Tiba-tiba keluar seseorang yang menggenggam sebuah pisau ditangannya.
Elie yang melihat langsung berteriak, sedangkan Sofia diam karena terkejut mendengar teriakan Elie yang sangat nyaring.
"Jangan berisik!!!"
"Atau Aku akan melukai Lady ini." Orang asing itu menunjuk ke arah Sofia yang masih terkejut dan tidak mengerti situasi.
"Tuan, tolong jangan lukai Nona ini."
"Saya mohon." Elie bersujud memohon agar Sofia tidak dilukai.
Setalah sadar Sofia menoleh kebelakang dan melihat lelaki asing itu. Dia mengenakan tutup kepala berwarna hitam, dan berpakaian seperti seorang penjahat, tangan kanannya memegang pisau yang sangat tajam, Sofia dapat melihat kilau dipisaunya.
"Elie, berdirilah."
"Jangan seperti itu." Sofia menatap Elie yang ketakutan.
"Tidak Nona, Saya tidak ingin Anda terluka."
"Aku baik-baik saja, berdirilah."
Sejak kecil Sofia sudah dilatih bela diri, meskipun tidak lama, namun dia mengetahui hal-hal dasar yang harus dilakukan jika berhadapan dengan bahaya.
"Mundurlah.." Elie mundur beberapa langkah setelah Sofia memberikan perintah.
"Nona, jangan bertingkah!"
"Aku tau apa yang wanita seperti kalian lakukan, kalian hanya minum teh dan menonton Opera." Lelaki asing itu tertawa terbahak-bahak.
"Ah, Aku bukan salah-satu dari mereka, sayang sekali."
Lelaki asing itu mendekat, dia mengacung-acungkan pisaunya ke arah wajah Sofia, dengan cepat Sofia menendang pisau itu keatas, lelaki itu sangat terkejut melihat aksi Sofia.
Dari kejauhan seorang pria mengamati semua hal yang dilakukan oleh Sofia. Lalu dia datang dengan cepat saat pria asing itu hendak mendorong Sofia.
"Ben, hentikan." Sebuah suara yang berat mengejutkan lelaki yang menyerang Sofia.
Lelaki itu berperawakan tinggi, dengan warna kulit kecoklatan dan warna rambut yang terbakar matahari. Lelaki berhidung mancung, dengan bibir kecil yang seksi, bahkan warna matanya sebiru safir yang mengingatkan Sofia pada warna danau Ble.
Dia memakai pakaian yang aneh yang terlihat seperti rompi kulit dan kemeja berwarna gading dilengkapi dengan celana ketat yang memperlihatkan seluruh lekuk pahanya yang berotot dan sepatu bot selutut berwarna coklat gelap terpasang indah dikakinya.
Sungguh visual yang tidak bisa dilupakan begitu saja, Sofia mengerjapkan matanya berkali-kali agar tersadar dan kembali pada kenyataan.
"Richi!!"
"Kau kembali!!!" Ben berlari kearah lelaki yang disebutnya sebagai Richi dan memeluknya dengan erat.
"Maafkan teman saya Nona muda, sebaiknya anda kembali sekarang." Richi membawa Ben dan berjalan menjauh dari tempat itu.
Sofia yang masih terkejut hanya berdiri diam dan terus memandangi punggung Richi yang perlahan menjauh.
"Nona.."
"Nona..!!"
"Sadarlah.."
"Apakah Anda terluka?" Elie menggoyangkan tubuh Sofia beberapa kali sambil memeriksa apakah ada yang terluka.
"Ah.."
"Dimana pria aneh itu?"
"Pria tampan tadi membawanya Nona."
"Begitukah?"
"Mari kita kembali Nona."
Notes:
Lady adalah panggilan untuk perempuan bangsawan yang belum menikah. Biasanya panggilan Lady hanya terjadi diantara mereka saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mat Grobak
keren
2022-04-26
0
rara
把如哦儿他妈卡路里把擦厘米宽呵呵😂😂
2021-02-19
1
Romi Froza
like deh, penyampaaian ceritanya asik, mudah dipahami..
2020-09-08
1