Roseland, Desember 1499.
Sore itu sinar matahari terasa begitu hangat. Sofia masih sibuk melukis diatas kanvas, diberanda kamarnya yang menghadap Danau Ble yang berwarna biru, sama seperti namanya.
Angin sepoi-sepoi terus menerbangkan rambut Sofia kesana-kemari, dengan enggan Sofia menggulungnya keatas dengan bantuan salah satu kuasnya yang masih bersih.
Sofia telah seharian berada diberandanya. Dia melukis Danau Ble dengan banyak burung bangau dan bunga teratai diatasnya.
Sofia terus menghapus dan menambah beberapa warna lagi diatas kanvasnya. Namun dia selalu merasa ada yang kurang saat menatap kanvasnya yang terlihat begitu sempurna dengan lukisan danau diatasnya.
"Danaunya terlihat buruk."
"Ah.."
"Aku akan melukis gunung lain kali."
Setelah bosan, Sofia menjatuhkan tubuhnya diatas bantal besar yang cukup tebal. Dia meluruskan kaki dan punggungnya yang pegal karena terlalu lama duduk diam saat melukis.
Hari yang sama seperti sebelumnya. Tidak ada satupun kejadian yang menarik perhatiannya, selain melukis Danau Ble yang indah.
Sofia Esmeralda adalah putri dari seorang Marquess Jasper di Roseland. Kedudukan Marquess Jasper cukup tinggi di ibukota, sehingga kehidupan Sofia selalu terjamin.
Meskipun terlahir dari keluarga yang sudah kaya, Sofia tidak pernah menghambur-hamburkan kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya. Dia enggan untuk memakai uang secara berlebihan.
Tahun ini Sofia berusia 17 tahun. Seharusnya dia melakukan debutante pada tahun lalu saat usianya genap 16 tahun. Namun, Sofia enggan menghadiri pesta tersebut. Dia tidak suka bergaul dengan orang yang tidak dia kenal, sehingga Jasper, ayahnya merasa khawatir anaknya akan di sisihkan dari pergaulan kelas atas.
Pesta debutante selanjutnya akan diadakan beberapa hari lagi. Tepatnya pada hari ulang tahun Ratu Roseland 8 Desember pada Jumat malam mendatang.
Jasper terus-menerus meminta Sofia agar hadir dipesta debutante malam Jumat nanti. Namun, seperti yang sudah-sudah, Sofia terus menolak dengan alasan tidak nyaman bertemu dengan orang asing.
Sehingga Ayahnya harus memutar otak agar anaknya mau menghadiri pesta nanti.
Tok
Tok
Tok
"Nona, Tuan Jasper menunggu Anda diruang baca.."
Seorang pelayan wanita yang bernama Elie mengetuk pintu.
Sofia menghembuskan nafasnya dengan berat. Dia sudah menduga Ayahnya akan terus membujuknya perihal pesta debutante nanti.
Dengan enggan, Dia bangun dari tidurnya dan berjalan keluar dari kamarnya dengan langkah yang gontai. Kakinya terasa sangat berat sekali untuk diajak berjalan.
Ruang baca terletak dilantai atas, dengan jendela-jendela yang tinggi dan besar serta kubah yang berbentuk bulat dengan ornamen emas dan silver. Ruangan yang penuh dengan buku-buku favorit Sofia. Dari bacaan ringan sampai bacaan berat.
Meskipun Sofia adalah seorang bangsawan, namun pada masa ini perempuan tidak diperkenankan untuk sekolah. Sehingga Sofia hanya bisa belajar sendiri diruang baca rumahnya. Hampir semua buku diruangan ini telah dibaca oleh Sofia. Dia mengetahui seluruh isi buku bahkan jika seseorang hanya menyebutkan judulnya.
Baru kali ini Dia enggan melangkahkan kaki ketempat favoritnya itu. Rasa malas mulai menggerogoti kakinya dan memaksanya untuk berhenti berjalan dan kembali ke dalam kamarnya.
"Haruskah Aku masuk?"
"Tidak bisakah Ayah menyerah saja perihal debutante ini?"
"Argh...!!"
Sofia masuk dengan perlahan, terlihat punggung Ayahnya yang tidak setegap dulu dari kejauhan.
"Ayah.." Sofia berjalan mendekat kearah kursi yang diduduki Ayahnya.
Ayahnya terlihat murung, tidak terlihat semangat yang selalu terpancar di wajahnya. Saat ini Jasper terlihat lelah.
"Ayah.."
"Ada apa?"
"Apa kau sakit?"
Sofia selalu berubah menjadi sensitif ketika melihat orang lain sakit. Terlebih jika Ayahnya, satu-satunya keluarga yang dia miliki. Bukannya tanpa alasan, Sofia sudah tidak memiliki seorang Ibu. Rossie, Ibunya telah meninggalkannya dan Ayahnya bertahun-tahun yang lalu. Tanpa alasan apapun.
Jasper menggelengkan kepalanya. Dia memang tidak sedang sakit, Jasper hanya sedang frustasi dan bingung.
"Ayah.."
"Apakah ini semua menyangkut debutante?" Sofia memberanikan diri bertanya.
Jasper terkejut mendengar perkataan Sofia. Dia tidak menyangka Sofia akan tergerak untuk menanyakan perihal debutante yang selalu dihindarinya.
"Sebenarnya, bukan."
"Lalu, mengenai apakah semua ini?"
Jasper menimbang-nimbang, haruskah dia mengatakan yang sebenarnya, ataukah tidak.
"Kau ingin mendengar kabar baik atau kabar buruk?" Jasper ingin mendengar pendapat Sofia.
"Aku tidak tau, mengapa semua ini perlu pendapatku?"
"Karena..
"Kau yang akan menjalaninya."
"Aku tidak begitu mengerti Ayah."
"Tapi, baiklah.."
"Berikan aku kabar buruk."
"Kau harus bersiap." Jasper memandang putrinya dengan bersungguh-sungguh.
"Kau akan menikah."
Seperti mendengar petir saat musim panas, Sofia begitu terkejut mendengar pengakuan Ayahnya, sampai dia tidak sengaja menjatuhkan kipas yang dia bawa sejak tadi.
Sofia mencoba tenang, dia tidak ingin Ayahnya menyadari keterkejutannya saat mendengar kabar buruk tersebut.
"Baiklah.."
"Baiklah.."
"Jadi, apa kabar baiknya?"
Sofia semakin penasaran dengan kabar yang lainnya.
"Kabar baiknya.."
"Kau akan menikah."
"Apa?"
"Sejak kapan kabar buruk dan kabar baik menjadi satu hal yang sama?!" Sofia tidak bisa lagi menyembunyikan keterkejutannya sekarang.
"Tergantung dari sudut pandang yang mana."
"Ayolah Ayah.."
"Kau pun tau, Aku tak pernah memikirkan hal itu sedikitpun."
"Aku hanya ingin tinggal disini bersamamu."
"Ah lebih baik Aku menjadi biarawati saja dikota." Sofia cemberut dan membuang mukanya.
"Sofia.."
"Kau tidak bisa seperti itu."
"Aku tidak bisa menolak permintaan ini."
"Ayah, Aku tidak mau menikah dengan seseorang yang tidak Aku cintai."
"Dan lagi pula, Aku tidak mencintai orang lain selain dirimu."
Namun, Jasper tidak mengatakan apapun setelah mendengar ucapan Sofia.
Sofia semakin bingung dengan tingkah Ayah nya. Jasper tidak pernah seperti ini sekalipun, terkecuali saat Ibunya dulu pergi meninggalkannya entah kemana.
"Ayah baik-baik saja Sofia."
"Kau bisa menolak perjodohan ini, jika Kau tidak ingin melakukannya." Jasper tidak mengatakan apapun, dia hanya tersenyum setulus mungkin.
"Baiklah jika memang begitu."
"Aku akan berlari dipekarangan, panggil saja kapanpun jika Kau bosan Ayah." Sofia mengecup pipi Jasper lalu pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaian.
Setelah selesai berganti pakaian, Sofia berjalan ke arah halaman belakang rumahnya, lalu mulai berlari seperti biasanya. Berlari membuatnya kembali bersemangat, dia dapat melupakan semua masalah yang terjadi. Seolah-olah semua beban terhempas begitu saja saat dia berlari dengan kencang.
"Nona.."
"Anda sudah berlari cukup lama.." Elie berjalan kearahnya sambil membawa handuk dan sebotol air minum.
"Benarkah?"
"Rasanya baru sebentar, Aku tidak tau sudah selama itu."
Kakinya terasa begitu pegal ketika dia tiba-tiba berhenti berlari. Sofia mengambil handuk dan botol air minum yang dibawa oleh Elie. Dia mengelap keringat yang mengalir didahinya, kemudian menengguk habis semua air didalam botol.
Terdengar suara derap langkah yang begitu cepat mendekat ke arah Sofia.
"Nona.."
"Nona...." Seorang kusir kereta kuda berlari cukup kencang.
"Ada apa Ron? Mengapa kau berlari seperti itu?"
"Ada orang yang mengobrak-abrik rumah, Nona.." Ron terdengar sangat khawatir dan bingung.
"Apa?"
"Bagaimana mungkin?"
"Saya tidak tau Nona.."
"Dimana Ayah?"
"Tuan Marquess ada didalam Nona.."
"Baiklah, kita temui Ayah."
Sofia bergegas masuk kedalam rumah. Dia melihat beberapa orang asing sedang mengambil barang-barang berharga didalam rumahnya.
"Ayah.."
"Ada apa ini?" Sofia berlari ke arah Jasper dengan cepat.
"Tidak apa-apa sayang.."
"Mereka hanya melakukan hal yang sewajarnya."
"Apa maksudnya?"
"Kau tau kebun anggur yang kita miliki?"
"Tentu saja Ayah.."
"Kita telah jatuh bangkrut anakku."
"Kebun anggur kita, tidak ada yang berbuah tahun ini."
"Kita tidak dapat panen."
"Mengapa kau tidak mengatakannya kepadaku?"
"Aku ingat telah mengatakan, bahwa kau akan menikah."
"Apakah Kau menjualku Ayah?"
"Bukan seperti itu."
"Aku hanya ingin kau berkecukupan dan hidup bahagia tanpa memikirkan uang."
Keluarga Marquess Jasper di Roseland terkenal dengan perkebunan anggur dan hasil panen anggurnya yang melimpah. Mereka tidak mempunyai saingan karena telah dikontrak langsung oleh kerajaan. Kebun anggurnya sangat luas sekali bahkan sama seperti luas Roseland itu sendiri. Mereka mempunyai pabrik Rum dan berbagai macam olahan anggur lainnya.
"Oh Ayah..."
"Aku tidak membutuhkan semua itu.."
"Percayalah.."
"Aku tau anakku.."
"Salahkah jika seorang Ayah sepertiku ingin anaknya bahagia?"
"Tidak begitu Ayah.."
"Maafkan Aku.."
"Lihatlah semua jernih payah yang Kau lakukan sampai saat ini.."
"Mereka mengambilnya dengan begitu mudah."
"Tidak apa-apa Sofia.."
"Asal Kau bahagia.."
Sofia tidak bisa menahan tangisnya, dia memeluk Ayahnya dengan erat.
Sofia yang paling tahu bahwa Ayahnya adalah seorang pekerja keras. Ayahnya sangat jujur, dia tidak pernah mengambil lebih sedikitpun uang dari hasil panen untuk dirinya sendiri. Dia selalu membagi rata dengan seluruh pegawainya.
"Baiklah Ayah.."
"Aku akan melakukan debutante Jumat malam nanti."
Jasper begitu terkejut mendengar ucapan Sofia.
"Benarkah?'
"Kau sudah berjanji Sofia."
"Benar Ayah, aku akan menghadirinya."
"Ah, sebelum Aku lupa.."
"Calon suamimu akan berada disana."
"Apa?!"
Notes :
*Debutante Ball merupakan sebuah pesta dansa megah yang awalnya diselenggarakan oleh kaum bangsawan. Dahulu, inti pesta dansa ini adalah memperkenalkan para Debutant, yaitu wanita yang mulai beranjak dewasa. Supaya, mereka dikenal dan bisa mendapatkan jodoh dari sesama kalangan atas. Hingga kini, Debutante Ball masih berlangsung di beberapa negara, dengan gaya dan tujuan yang beragam.
*Marquess adalah sebuah gelar kebangsawanan. Lebih tinggi dari Earl dan Count. Terapi Marquess berada di bawah Duke. Sedangkan Duke berada di bawah Ratu. Ratu adalah gelar tertinggi di Negara Roseland.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Susi Andriani
aku suka kayak baca novel karya johanna lindsey
2021-02-20
1
Suzanna Lewier
penasaran aku
2021-01-03
1
Kembara Rasa
mantapp ceritanya. ijin promo ya TUMBAL CINTA CEO MUDA. makasih sebelumnya
2020-09-07
1