Indy tinggal di rumah bernuansa eropa modern miliknya seorang diri. Untuk penunjang keseharian, dia tidak memiliki asisten rumah tangga yang menetap di sana. Hanya ada satu orang yang pulang pergi mengurus rumah Indy bernama Bi Cucum. Sisanya ia memakai jasa go clean karena rumah yang ia tinggali cukup besar hingga tidak memungkinkan Bi Cucum mengurus seorang diri. Indy penyuka sepi, maka tidak heran Indy memiliki cara tersebut untuk mengurus rumahnya. Dan karena Indy penyuka sepi, setiap hari ketika ia sampai di rumah, Indy hanya disambut kesunyian.
Lain hal dengan sekarang.
"Saya tidak akan berbasa-basi bertanya nama kamu siapa dan lain-lain karena saya sudah mengetahuinya lewat asisten saya. Jadi untukmu, Rio Erlangga, selamat datang di rumah ini. Apa kamu sudah tahu siapa saya?"
"Kak Vena bilang, saya cukup memanggil anda dengan nama Kak Indy. Terimakasih sebelumnya sudah menerima saya bekerja di rumah ini. Tetapi saya ingin memberitahukan kepada Kakak, jika hari ini saya hanya bisa bekerja setengah waktu. Saya ada kepentingan lain yang mendesak harus diselesaikan."
Mendengar kata kepentingan mendesak, Indy samar-samar memberi kode kepada Vena yang berada tak jauh darinya. Kepentingan Rio ada kaitannya dengan drama yang diciptakan Indy. Ada skenario baru seakan-akan Rio terusir secara halus oleh pemilik kontrakan karena si pemilik sudah dibayar Indy untuk menjalankan apa yang wanita itu mau.
Pagi tadi Rio harus rela meninggalkan rumah kontrakan karena tiba-tiba pemilik kontrakan datang memberitahukan agar Rio mengosongkan kontrakan tersebut. Pemilik kontrakan beralasan hendak dipakai anaknya yang baru saja menikah.
Dan sekarang Indy menebak kepentingan Rio adalah mencari kontrakan lain.
"Kepentingan apa kalau boleh tahu?"
Rio terlihat mempertimbangkan jawaban yang akan keluar. Mengetahui ketidaknyamanan bocah didepannya, Indy segera merombak pertanyaannya menjadi sebuah pernyataan.
"Asal kamu tahu, jika seorang karyawan cuti maka ada form pengisian cuti tersebut. Jadi saya harus tahu apa keperluan mu sampai tidak bisa bekerja penuh."
"Saya mau cari kontrakan untuk tempat tinggal Kak. Dan kerja separuh waktunya hari ini Kakak tidak usah memasukannya ke dalam hitungan gaji. Anggap ini bentuk rasa terimakasih saya sudah diberikan kesempatan."
"Tidak perlu, saya akan gaji kamu full."
"Tidak usah Kak. Saya tidak terbiasa mendapat imbalan untuk sesuatu yang setengah-setengah."
"Saya juga tidak terbiasa tidak membayar tenaga yang sudah dikeluarkan." Indy tidak mau kalah.
"Begini saja, kamu tinggal di sini dan tidak perlu mencari kontrakan agar kamu tidak boros waktu diperjalanan. Bagaimana? Saya beri waktu kamu lima belas detik buat berfikir." Imbuhnya.
Rio terdiam sebentar untuk berfikir. Tidak sampai empat detik Rio sudah memiliki jawaban.
"Biar tidak boros, saya mencari kontrakan di dekat-dekat sini."
"Tidak ada kontrakan di dekat-dekat sini Rio."
Kenapa Indy begitu menyudutkan agar tinggal di rumahnya? pikir Rio.
"Baiklah, saya akan tinggal di sini."
"Bagus, kalau begitu kamu sudah bisa langsung bekerja sekarang. Kamar kamu disebelah sana," Indy menunjuk sebuah kamar besar di lantai dua. Rio mengangguk tipis, dia belum berbalik sebelum Indy beranjak pergi.
"Dan kamu sudah tahu, apa saja tugas kamu di rumah ini?" tanya Indy memastikan.
"Kak Vena bilang saya menjadi asisten rumah tangga di sini. Jadi saya berpikir tugas-tugas saya adalah nyapu, ngepel, nyuci baju, masak, dan lain-lain."
"Salah!"
Hah salah? Rio terhenyak.
"Tugas kamu adalah mengurus rumah tangga saya."
Mendengar itu Rio langsung melirik Vena, mencari kejelasan dari wanita tersebut tentang perkataan Indy. Vena membalasnya dengan tatapan yang jika diterjemahkan ke dalam kalimat: dengarkan saja apa kelanjutannya.
"Ini kartu ATM untuk kamu kelola. Password nya juga sudah tertera di dalam amplop ini. Pergunakan juga untuk biaya sekolah dan kebutuhanmu. Aku tidak akan memotong dari gajimu jika dipergunakan untuk keperluanmu karena itu memang sudah menjadi bagian dari pekerjaan."
"Lalu apa saja urusan rumah tangga yang harus saya gunakan dengan ATM ini Kak?" Rio menanyakan hal utama yang harus dikelola dengan kartu tersebut. Intinya Rio meminta point pekerjaan diperjelas.
"Terserah kamu." Indy mulai gugup jika Rio banyak bertanya. Vena yang mengerti situasi langsung mengambil alih berbicara dengan Rio. Dalam hati asisten tersebut, Indy tidak pandai berdrama sehingga membuat Rio kebingungan setengah mati.
Tidak lama Indy dan Vena pun beranjak pergi meninggalkan Rio yang kini menyeret langkah menuju kamarnya.
Rio mengendus sebuah bau di dalam rumah ini ketika melangkah masuk lebih dalam. Dia mencoba memeriksanya. Bau tersebut hanya Rio yang bisa menciumnya, sebab Indy, Vena, Bi Cucum dan segenap petugas kebersihan selalu menjumpai rumah ini tampak bersih dan juga terawat. Mereka tidak mengendus bau apapun di rumah Indy.
...******...
Di dalam mobil.
"Kau isi berapa di dalam kartu ATM itu Ven?"
"Lima ratus juta rupiah, Nona." Jawab Vena sambil fokus menyetir. Indy menghela nafas, menatap nanar jalanan.
"Ven,"
"Iya Nona, apa ada yang Nona khawatirkan?"
"Baru kali ini saya berharap seseorang membawa kabur saja uang saya. Apakah saya sudah gila?"
"Saya rasa Nona hanya sedang merasa bersalah pada Rio. Saya mengerti Nona memberinya tugas mengelola uang hanya bertujuan memberinya kompensasi secara tidak langsung. Dan Nona ingin Rio berniat membawa kabur uang itu agar perasaan Nona lebih tenang, bukan begitu?"
"Kamu benar."
Masalahnya, apakah Rio seperti yang diinginkan Indy agar membawa kabur saja uang tersebut lalu masalah selesai?
Tentu saja tidak.
.
.
Bersambung.
Ilustrasi Indy.
Ilustrasi Rio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
💫0m@~ga0eL🔱
satu detik aja kalau gitu, biar cepat /Facepalm/
2025-01-08
1
💫0m@~ga0eL🔱
laahhh,, jadi kepala rumah tangga dong 🤭
2025-01-08
1
💫0m@~ga0eL🔱
🌹🌹🌹slm perkenalan
2025-01-08
1