Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam ketika Wayren dan Ayatha sampai di rumah, mereka disambut oleh Bibi moi yang berdiri tegak...Wayren menatapnya dengan wajah bertanya, biasanya jika Bibi moi seperti ini pasti ada sesuatu.
" Selamat malam Tuan Muda, " kata Bibi Moi dengan sopan.
" Ada apa bibi?, " tanya Wayren pada Bibi Moi.
" Nyonya meminta saya untuk memberitahukan kepada Tuan bahwa Nyonya menunggu Tuan di kamar Tuan Muda Pertama sekarang, " kata Bibi Moi.
" Kamar Kakak? Ada apa?, " kata Wayren tambah penasaran dengan pernyataan Bibi Moi.
" Tuan Muda Pertama baru saja pulang Tuan" kata Bibi Moi.
" Benarkah?, " kata Wayren kegirangan segera meninggalkan Bibi Moi dan Ayatha berdua.
Bibi Moi memperhatikan Wayren yang langsung pergi, dia memastikan Wayren benar benar telah pergi, lalu dia menatap Ayatha dengan sangat cemas.
" Apa yang dilakukan Tuan Muda padamu? Dia tidak meninggalkanmu sendiri di suatu tempat kan?, " kata Bibi sambil memegang tangan Ayatha, Ayatha jadi bingung dengan kelakuan Bibi Moi yang sepertinya sudah sangat berlebihan karena apa yang dikatakan Bibi tentang Wayren berbeda sekali dengan sikap Wayren yang dia tahu.
" Aku tidak apa apa Bi, Kami hanya ke panti asuhan, " kata Ayatha tersenyum.
" Bagus lah, soalnya dulu ada pelayan baru yang juga diajak pergi oleh Tuan Muda dan dia ditinggalkan begitu saja di taman yang gelap, aku sangat cemas jika tiba - tiba dia melakukannya padamu, " kata Bibi Moi.
" Benarkah? Dia sejahat itu, " kata Ayatha hampir tidak percaya.
" Kau hanya belum pernah melihat sifat asli Tuan Wayren," kata Bibi Moi.
Ayatha hanya tersenyum melihat wajah Bibi Moi yang sedikit kesal mungkin ingat beberapa kejadian saat Wayren menjahilinya.
" Ahhhh... Apa yang aku lakukan.. Bersiaplah kita harus bertemu dengan Tuan Muda Pertama" kata bibi moi pada ayatha
" Harus kah?, " kata Ayatha.
" Tentu...banyak pelayan disini juga tidak mengenal Tuan Muda Pertama, ayo cepat mandi dan bersiap-siap, " kata Bibi Moi tersenyum.
" Baiklah, " kata Ayatha sambil melangkah meninggalkan Bibi Moi.
Wayren segera mengetuk pintu kamar kakaknya, sudah lama dia tidak pernah mengetuk kamar ini lagi.
" Masuk, " suara Ibunya dari dalam.
" Di mana dia?, " kata Wayren segera ketika melihat ibunya sedang duduk santai sendirian di ruangan baca di kamar kakaknya.
" Kau baru pulang? Selarut ini membawa seorang gadis, kali ini kau membawanya pulang kan?, " tanya Nyonya Renata pada anaknya yang langsung duduk di sampingnya.
" Tentu, kenapa semua orang selalu mencurigai aku akan menjahilinya?, " kata Wayren sedikit kesal.
" Ibu hanya bertanya, ibu tidak mau mengerahkan seluruh rumah untuk mencari seorang gadis yang kau tinggalkan begitu saja ntah di mana malam-malam seperti ini," kata Nyonya Renta sambil melirik anaknya dan meminum minumannya.
" Di mana kakak?, " tanya Wayren.
" Dia sedang mandi"
" Kenapa dia pulang tiba-tiba? Ibu tahu dia akan pulang?"
" Tidak ibu tidak tahu, ibu terkejut saat tiba-tiba dia pulang"
" Apakah Ayah menyuruhnya pulang? Apa sekolahnya sudah selesai disana?"
" Entahlah... Owh ya di mana Ayatha?"
" Kenapa ibu mencarinya?, " kata wayren penasaran.
" Ibu sudah berpikir, mungkin lebih baik Ayatha menjadi pelayan pribadi untuk kakakmu?"
" Hah? Kenapa untuk kakak? Aku juga butuh pelayan pribadi, kenapa Ibu tidak memberikannya padaku?, " kata wayren keberatan
" Wayren, kakakmu baru pulang selama 8 tahun, Ibu hanya ingin dia dilayani dengan baik disini, jadi Ibu berpikir dia lebih membutuhkan pelayan pribadi dari pada kita, lagi pula kau bisa menyuruh Bibi Moi menjadi pelayan pribadimu sebelum Ayahmu pulang," kata Nyonya Renata menenangkan anak bungsunya.
" Tidak, Ibu seharusnya memberikannya padaku"
" Tadder!" kata Nyonya Renata sambil melihat Wayren.
" Stop memanggilku dengan Tadder, kita bertiga punya nama itu, " kata Wayren kelihatan masih tidak bisa merima gagasan ibunya itu.
" Sudahlah bu, berikan adik kecil ini apa yang dia mau," kata seseorang yang baru keluar dari kamarnya.
Nyonya Renata tersenyum pada pemuda itu.
"aku bukan anak kecil lagi kakak, " kata Wayren berdiri.
" Wahh aku takut..kau semakin tinggi adik kecil, " katanya tersenyum.
" Diam lah Andra.. Kita hanya beda 5 menit... " kata Wayren memeluk kakaknya.
Nyonya Renata tersenyum apa yang sedang dilakukan kedua anaknya... Andra membalas senyum ibunya.
" Kau masih kecil juga Wayren, " kata Andra mengoda adiknya.
" Tidak...kau yang kecil dan aneh...tidak pernah pulang selama delapan tahun dan pulang tanpa memberitahu kami, " kata Wayren dan Andra kembali duduk bersama ibunya.
" Aku menemui ibu, bukan kau, " kata Andra melempar handuk kecil pada saudara kembarnya.
" Hentikan, di sini sudah tidak boleh lagi melempar handuk, semua harus sesuai dengan peraturan Nanny, kita harus sopan, " kata Wayren mencoba kembali bersifat formal.
" Sejak kapan kau menjadi anak penurut?," kata Andra tertawa melihat tingkah laku Wayren, Nyonya Renata pun ikut tertawa.
" Suasana dirumah ini jadi beda begitu kau pulang, kau seharusnya lebih sering pulang, " kata Nyonya Renata dengan kasih sanyangnya pada Andra.
" Maafkan aku ibu meninggalkanmu begitu lama dengan adik kecilku yang aneh ini, " kata Andra sambil melihat Wayren dengan tatapan mengoda.
" Ah, sudah ku bilang kita hanya beda 5 menit " kata Wayren sedikit kesal melihat tingkah kakaknya.
" Ibu sudah memutuskan untuk memberikanmu seorang pelayan pribadi untuk membantumu selama ada disini, " kata Nyonya Renata sambil memegang tangan anak sulungnya.
" Tidak perlu, Bu, di sini tidak terlalu banyak yang berubah, aku juga tidak tahu sampai kapan ada di sini, " kata Andra.
" Nah, kalau begitu berikan dia padaku, Bu, " kata Wayren.
" Yah.. Berikan saja dia pada adik kecilku, sepertinya dia masih butuh pelayan pribadi, " kata Andra kembali menggoda adiknya.
" Lihat bu, kakak sudah memberikannya padaku, " kata Wayren tanpa menghiraukan godaan kakaknya.
" Tidak..aku ingin semua kebutuhan mu selama disini terpenuhi, karena ibu mau kau merasa nyaman disini, kau pasti merasa sangat kesusahan dan kesepian tinggal di sana sendiri, " kata Nyonya Renata dengan tatapan kasih sayang.
" Kalau Ibu sudah menatapku seperti itu aku tidak aka bisa menolaknya, " kata Andra tersenyum pada ibunya.
" Hah... kalian seperti di dalam drama," kata Wayren.
" Baiklah, sepertinya kita harus ke ruang tengah untuk bertemu beberapa pelayan yang ada di rumah ini... Sudah banyak yang berganti berkat adik kecilmu itu, " kata Byonya Renata sambil meminum tehnya.
" Yang benar?, " tanya Andra melirik adiknya, Wayren hanya tersenyum bangga.
" Tanyakan saja padanya, " kata Nyonya Renata sambil berdiri.
Andra memasang wajah herannya, Wayren hanya tersenyum dengan wajah nakalnya, lalu mereka mengikuti ibunya dari belakang menuju ke ruang tengah. Di sana semua pelayan sudah berjajar rapi menunggu kedatangan mereka.
" Selamat malam nyonya, Tuan Muda Andra, dan Tuan Muda Wayren, " kata Bibi Moi memberi hormat.
" Malam Bibi Moi... kau masih ingat aku?, " tanya Andra ramah.
" Tentu Tuan Muda, " kata Bibi Moi tersenyum.
" Senang ternyata kau masih di sini, Bibi moi, adik kecilku masih nakal padamu?, " kata Andra sambil melirik Wayren yang pura pura tidak tahu.
" Tidak Tuan, " kata Bibi Moi.
" Bagus lah, " kata Andra, Bibi Moi hanya tersenyum.
" Selamat malam...seperti yang kalihan lihat putra sulung keluarga ini sudah pulang, mungkin banyak dari kalian tidak mengenalinya, mulai sekarang kalian harus melayani semua kebutuhan Tuan Muda, kalian mengerti, berilah hormat pada Tuan Muda, " kata Bibi Moi sambil memberi instruksi.
" Selamat malam Tuan Muda, " kata mereka serempak sambil memberikan hormat,
Andra hanya tersenyum merespon salam mereka.
" Eh...di mana dia Bi?, " tanya Nyonya Renata yang sedang mencari Ayatha.
" Mungkin dia sedikit terlambat Nyonya," kata Bibi Moi.
" Owh, " kata Nyonya Renata.
Ayatha segera berlari, dia sudah terlambat, Aduh... Pasti Bibi Moi akan memarahinya, atau lebih parah Nyonya Renata yang akan marah.
Ayatha segera menjumpai Bibi Moi yang di dekatnya juga terlihat Nyonya Renata dengan dua anak prianya.
" Maaf nyonya saya terlambat, " kata Ayatha segera menunduk.
"Owh tidak apa-apa, owh iya, selama anakkku di sini, kamu akan mejadi pelayan pribadinya, "
" Baik nyonya, " kata Ayatha mencoba melihat untuk siapa nanti dia akan bekerja.
Mata Ayatha terbelalak, dia terkejut setengah mati melihat siapa yang ada di depannya, tapi dia diam saja, mencoba untuk tidak terlihat terkejut, dia langsung tertunduk, berharap Andra tidak melihatnya dan lebih penting lagi agar Wayren dan Nyonya Renata tidak melihat ekspresinya saat melihat Andra.
Begitu juga dengan Andra, dia tidak menyangka melihat Ayatha ada di rumahnya dan menjadi pelayan pribadinya, seperti juga Ayatha, Andra mencoba bersikap biasa saja, dia langsung memalingkan wajahnya ke tempat lain, hanya Wayren yang sempat melihat keanehan kakaknya dengan Ayatha.
" Ini putra pertamaku, Andra, kau harus melayani semua kebutuhannya dengan baik yah, " kata Nyonya Renata ramah.
" Baik Nyonya, " kata Ayatha terus menunduk.
" Andra, dia yang akan menjadi pelayan pribadimu selama di sini, " kata Nyonya Renata yang tidak sadar dengan kelakuan aneh dari Andra dan Ayatha.
"Ehm... Iya ibu, " kata Andra seadanya.
" Ibu, sepertinya aku sangat lelah, aku kembali ke kamar dulu boleh?, " kata Andra.
" Owh...iya benar, kau sudah menempuh perjalan begitu lama, baiklah, " kata Nyonya Renata.
Andra hanya tersenyum melihat ibunya dan Wayren, Ayatha meliriknya, memastikan apakah dia benar-benar Andra, waktu dia melihat Andra, Andra ternyata juga sedang melihat Ayatha... Yap, itu pasti dia, kata hati Ayatha.
Setelah Andra pergi, Nyonya Renata dan Wayren tak lama pergi, Bibi Moi segera membubarkan mereka, Ayatha berjalan lemas.. Kenapa Andra ada disini? Kenapa dia tiba-tiba muncul dan menjadi anak Nyonya Renata, bukannya dia dulu ada di desa? Pertanyaan itu terus mengiang dikepala a
Ayatha.
" Kau tidak tidur?" tanya Bibi Moi sambil mengambil minum dan melihat Ayatha yang sedang duduk di meja dapur sendirian, jam sudah menunjukkan jam 12 malam.
"Eh, Bibi, aku tidak bisa tidur, " kata Ayatha.
" Kenapa?"
" Mungkin aku hanya rindu dengan rumah "
" Cepat lah tidur, besok kau harus bangun pagi, Tuan Muda Pertama selalu bangun pagi biasanya, tapi ntah lah apa dia sudah berubah atau tidak, " kata Bibi membawa minumannya lalu pergi menuju kekamarnya.
Ayatha tahu betul apa yang sebenarnya yang membuat dia tidak bisa tidur, dia tidak habis pikir kenapa Andra bisa disana, lalu besok dia harus bagaimana? Harus bersikap bagaimana? Ayatha tidak mungkin bisa bersikap seperti biasa saja, trus apa yang akan dipikirkan oleh Andra.
Tiba-tiba pintu dapur terbuka, Ayatha kaget segera melihat kearah pintu, dia berpikir mungkin Wayren datang untuk menggangunya seperti semalam, tapi dia salah... Andra yang sekarang berdiri di depannya.
" Eh.. Ma..malam Tuan Muda, " kata Ayatha salah tingkah melihat Andra yang mendekat kearahnya, Ayatha makin menunduk saat Andra tepat bediri didepannya.
" Apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tiba- tiba ada dirumahku?, " kata Andra datar sambil menatap Ayatha dingin.
" Naaf, aku sama sekali tidak tahu ini rumah Anda, aku hanya ingin bekerja, " kata Ayatha gemetar karena terlalu gugup.
" Kau pergi begitu saja saat di desa, aku mencarimu dimana-mana, tapi tidak ada yang tau, tiba-tiba aku menemukanmu di rumahku, kau seharusnya tidak boleh ada di sini, saat aku benar benar tidak ingin melihatmu, " kata Andra dengan nada kesal.
" Maafkan aku, tapi aku benar tidak tahu kalau ini rumahmu, aku kira kau benar benar tinggal di desa, " kata Ayatha ketakutan.
" Tidak ada yang tau, dan jangan sampai ada yang tau, anggap saja kita tidak pernah mengenal, " kata Andra memandang Ayatha yang gemetar di depannya dengan serius.
" Baik tuan, " kata Ayatha dengan suara gemetar.
Andra segera pergi meninggalkan Ayatha, dia kembali ke kamarnya dan segera dia hempaskan tubuhnya ke tempat tidur namun dia segera duduk kembali di ujung ranjangnya, wajahnya kelihatan kesal...dia tidak tahu bagaimana perasaannya, sebenarnya dia bingung harus bangaimana? Sesaat tadi dia merasa kasihan melihat Ayatha yang selalu menjadi objek pelampiasaannya, namun di sisi lain, jika dia melihat Ayatha dia langsung teringat yosa, dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk melupakan gadis yang disayanginya itu.
Dia menghempaskan selimutnya ke lantai, dia ingin ayatha tidak disini, tapi dia juga tidak ingin Ayatha kehilangan pekerjaan... Seharusnya aku tidak pulang kesini, pikirnya
Ayatha masih terdiam di dapur, mematung, badannya masih gemetar melihat kemarahan Andra, itu memang salahnya, saat didesa Ayatha yang pergi tanpa berbicara apa-apa dan memberi tahu apapun pada nya, kalau dia menjadi Andra, pasti dia juga akan melakukan hal yang sama, tanpa terasa air matanya mengalir, dan Ayatha menangis menahan rasa bersalah dan takutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 231 Episodes
Comments
Mimilngemil
Ah... bener Andra temen sekelasnya.
2024-01-04
0
Mimilngemil
😍😍😍
Benarkah Andra nya Ayatha?
2024-01-04
0
Mimilngemil
😅
2024-01-04
0