Raka merasa suntuk akan hal yang baru dialaminya. Bagaimana mungkin bisa dia terima. Untuk menikah saja , Bella yang sering disisinya tidak pernah kepikiran untuk mengajaknya nikah , ini malah sebelum nikah saja sudah tahu akan punya anak. Sungguh hal yang tidak bisa diterima begitu saja. Bakalan hilang kebebasannya dengan adanya Istri dan seorang bayi dalam kehidupannya.
Raka menghilangkan suntuknya pergi ke Bar langgannya. Tito temannya di panggilnya untuk menemaninya minum. Tito sendiri tahu benar, kalau Raka sudah minum-minum palingan dia lagi prustasi karena neneknya sering menuntutnya untuk menikah.
" Kenapa bro? lesu amat?" ucap Tito menepuk bahu Raka dari arah belakang.
" Biasa lah Bro, apa lagi." ucap Raka.
" Minumlah sepuas Lo bro , selagi lo masih sendiri. Entar kalau lo benaran sudah punya Istri susah untuk ini bro."
Raka meneguk minumannya, suara dentuman Bass Bar meringkuk masuk kekupingnya. Walaupun ribut, Raka tetap masi bisa mendengarkan suara Tito.
" Siapa yang berani melarang gua minum?" Tanya Raka dingin.
" Ya istri Lo kelaklah , Emang menurut Lo siapa lagi?"
Raka tertawa kecut , seakan tidak menerima.
" Nenek gua yang punya kekuasaan saja tidak mampu melarang gua."
" Ya sudah minumla , buang semua masalah lo." ucap Tito.
Kemudian Tito mengirimkan pesan ke Bella karena ini momen tepat pikirnya untuk membuat Raka dan Bella bersatu, memberikan info pada Bella, Raka yang sedang punya masalah.
" Segerah hibur Raka nanti malam." Isi pesan ke Bella.
Beberapa jam kemudian , Raka berpamit untuk pulang. Kali ini dia pulang ke Apartemennya. Seperti biasa dia berjalan , meninggalkan Bar dan Juga Tito. Sesudah merasa puas dia keluar. Leo sudah menunggunya di Mobil dan mengantarkan atasannya itu ke Apartemennya.
Setibanya Raka di Apartemennya, dengan kasar dia mencampakkan Jasnya. Duduk ditepi ranjangnya, memegang kepalanya.
TING...TONG...
Bell Apartemennya berbunyi.
" Siapa malam-malam jam segini pula." ucap Raka yang masih diambang sadar.
" Hai Baby." ucap Bella.
"Kebetulan yang tidak terduga,” ucap Raka seraya berjalan masuk.
Bell tersenyum senang, dia masuk ke dalam Apartemen Raka, mengikutinya dari belakang.
“Apa ada masalah? Perjodohan? Pernikahan? Apa lagi sekarang? Katakan padaku, aku akan menghiburmu mala mini.” Rayu bella.
" Kau yakin bisa menghiburku?” raka yang sudah duduk di sofa menatap pada bella.
Bella dengan genitnya mendekat ke Raka dan duduk di atas pangkuannya.
" Kapan aku tidak bisa menghiburmu sayang, aku wanita yang paling mengerti dirimu kan?." ucapnya dengan merabah bidang dada Raka.
Raka tergiur. " ayo hiburlah aku."
Bella pun mulai panas membuka satu persatu luaran dan dalamannya hingga dia menampakkan tubuhnya yang sexy. Barusan saja Raka ingin mencicipi tubuh Bella . Tingg Tong suara bell berkali kali.
"jangan ke mana - mana tetaplah di situ." ucap Raka. kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu.
" Nenek." seru Raka.
" kau mau mengikuti perintah Nenek atau mau mati di tangan Nenek! Usir wanita itu dari sini! " perintah Lusi dengan tatapan tajam seraya berjalan masuk tapi di halangin oleh Raka.
“Nenek, tolong jangan urusin hal privasi Raka, Nek”
" Mundur!."
" Sudahlah Nek ini sudah malam ,pulanglah Nek,”
" Kau benaran mau mati!." bentaknya membuat Raka refleks menurunkan tangannya. Lusi sebenarnya sudah memerintahkan mata - matanya mengikuti Raka karena Eva , alasannya Lusi tidak akan tinggal diam lagi dengan permainan Raka. Dia pun masuk dan mendapati Bella yang tanpa sehelai benang dengan sexynya meneguk Anggu merah.
Raka jantungnya terus berdebar , tidak pernah sama sekali mendapatkan amarah Lusi yang meletup - letup itu. Lusi berjalan dengan sangat elegan, menuju ruang tamu tempat di mana Raka dan Bella duduk. Lusi menatap ke Bella yang berada di ruang tamu tanpa pakaian itu, segerah saja Lusi duduk berhadapan dengannya.
"Ahh di sini kau rupanya, bukankah Aku sudah sering memperingatkanmu! Jangan mendekati cucuku, mau berapa banyak duit lagi yang harus aku keluarkan untukmu! Apa aku harus menyingkarkan dirimu dari dunia ini? Jangan kau pikir aku yang sudah tua tidak bisa menghancurkan kalian berdua!." Teriak Lusi.
" Nenek." Raka memanggil.
Bella terkesiap menatap Lusi dengan cepat dia mengambil semua pakaianya.
" Jangan membelanya! Jika Kau masih berhubungan dengan perempuan seperti ini! Nenek tidak segan-segan Raka menghabiskan orang-orang yang menghambat tujuan Nenek. Apa lagi merusaknya!” Lalu menatap pada Bella, “ Sekali lagi Aku melihatmu datang ke Apartemen cucuku, ku patahkan kedua kakimu!” bentak Lusi ke Bella.
" Nenek kenapa nenek jadi seperti ini." Ucap Raka takut.
" KELUAR SEKARANG JUGA!!!” bentak Lusi ke Bella.
Dengan cepat Bella berlari keluar. Seusai Kepergian Bella Lusi menyentuh dadanya sejenak. Tidak habis pikir dengan kelakuan Raka yang membuat malu dirinya.
" Nenek tidak apa - apa?." tanya Raka seakan takut melihat Lusi tiba - tiba menangis.
Lusi menoleh cepat. " Kau membuat Nenek bersedih Raka, Apa salah Nenek denganmu! Kau membuat malu keturunanku! Jika kau mau nenek mu berumur panjang jangan berbuat kesalahan yang sama! nenek tidak mau tahu ! kau harus bertanggung jawab atas apa yang kau lakukan kepada Eva. Kalau kau tidak mau bertanggung jawab , bunuh saja Nenek dengan tanganmu!." ucap Lusi seraya beranjak meninggalkan Raka.
" Nenek!." panggil Raka yang mendapatkan bantingan pintunya.
" arrrgg kenapa seperti ini sih !."
---------------------------------
Keesokan harinya, Raka kembali berangkat bekerja bersama Leo. Tanpa memikirkan hal kemarin, dia tetap dalam keadaan tenangnya berangkat menuju kantor. Dengan suasan hati yang acuh tak acuh Menatap keramaian Kota Jakarta.
Setibanya di Kantor Bersama Leo menuju keruangannya. Tiba diruangannya tak lama Rere ikut masuk memberikan dokumen yang diperlukan Raka. Kemudian meninggalkan ruanganya.
" Leo tolong kamu periksa data perusahaan, sesuai rapat kemarin apakah masih ada kekurangan." ucap Raka memberikan perintahnya.
" Baik Pak." Jawab Leo kemudian meninggalkan ruangan.
TOK...TOK...TOK...
" Silahkan masuk." ucap Raka.
Raka menatap ke arah Lisa yang masuk keruangnya.
" Ada apa Bu Lisa?" Tanya Raka sedikit bingung.
Menyodorkan secarik kertas ke meja Raka.
" Pak Raka ini surat cuti Eva tolong ditanda tangani." ucap Bu Lisa.
Mengernyitkan alisnya. " cuti? " mengambil surat cuti dan membacanya dengan seksama.
" Kapan Eva memberikan surat ini?" Tanya Raka ingin tahu.
" Barusan Pak , Eva juga ada diruangannya, menunggu surat Cuti. Tapi sesuai kok pak dengan isi dari surat tersebut, wajah Eva tampak masih pucat. Beliau ingin beristirahat sejenak" ucap Bu Lisa.
Raka terdiam dan berpikir menatap kearah surat cutinya. Apa dia terlalu kejam dengan Gadis itu. Tanpa pikir panjang lagi , Raka membubuhi tanda tangannya, dan mengijinkan Eva untuk Cuti lalu memberikannya ke Lisa.
" Terima Kasih pak.. saya permisi." ucap Lisa berbalik ingin keluar.
" Bu Lisa tunggu sebentar." Seru Raka.
" Iya pak?" Tanya Lisa bingung.
" Tolong minta ke Leo , berikan uang sesuai gajinya selama dia cuti." ucapnya ke Lisa.
" Owwww...baik Pak." ucap Lisa kembali berjalan turun.
Sesuai perintah Raka, Lisa menginfokannya ke Leo yang sedang mengurus Laporan dimejanya. Kemudian kembali keruangan Divisi Humas team 1. Dan memberikannya ke Eva.
" Ini… Pak Presdir memberikan Gaji kamu, selama kamu cuti." ucap Lisa ke Eva.
Eva masih dalam bingung, kenapa bisa seperti itu.
" Maaf buk saya tidak bisa menerimanya." ucap Lisa.
Casandra yang masih cemas melihat keadaan Eva juga sama bingungnya dengan Eva, Varel dan Jimmy yang sedang tidak ditempat, karena memiliki tugas dikantor lainnya tidak sempat bertemu dengan Eva.
" Eva, ini sudah perintah atasan, saya hanya mengikuti perintahnya. Jika kamu menolak, kembalikan ke Pak Raka sendiri, usai itu kamu boleh pulang." ucap Lisa kemudian dia keluar dari ruangan team 1.
" Va.. Lo benaran gak apa-apa? kenapa wajah Lo seperti itu Va? " Tanya Casandra takut karena wajah Eva berubah jadi sinis.
" Tidak apa-apa San. Maafkan gua San tidak bisa bercerita nanti kalau sudah waktunya akan gua ceritakan ke lo. Selama gua cuti tolong di Handle ya San."
" Baiklah Va. Cepat sembuh ya." memeluk Eva yang sudah berdiri dengan kehangatan.
" Terima kasih San." Jawab Eva dengan senyum. Kemudian Eva keluar dari ruanganya menuju pintu Lift Dan menekan tombol angka ruangan Raka.
Tiba di lantai ruangan Raka, Eva berjalan menuju arah pintu Raka dengan membawa uang sejumlah gajinya. Rere melihat kedatangan Eva.
" Ada yang bisa dibantu Nona Eva?" Tanya Rere.
" Agh saya hanya ingin bertemu pak Raka.
" Tunggu sebentar saya tanyakan pada beliau."
Mengangakat gagang teleponnya , Rere menelpon Raka dan mengijinkan Eva masuk.
Eva masuk dengan tubuh yang masih lemah, tapi dikuatkannya. Mendapat tatapan Raka padanya, detak jantungnya tidak karuan, tapi dia tetap bersitekad mengembalikan uang Raka.
" Selamat pagi Pak Raka, maaf saya tidak bisa menerima uang anda!" ucap Eva dengan tatapan Sinis dan meletakkan uang itu diatas meja Raka. Kemudian dia berjalan keluar hendak meninggalkann ruangan. Tapi Raka memanggilnya lagi.
" Tunggu!!" Teriak Raka.
Eva terhenti tanpa membalikkan tubuhnya.
" Cuti seminggu kamu mau kemana?" Tanya Raka.
Karena Raka tahu , saudara Eva tidak ada. Dia mau pergi kemana selama cuti seminggu itu. Raka hanya mencari tahu.
Eva pun memberikan jawabannya.
" Maaf bukan urusan Pak Raka!" Jawab Eva lalu berjalan keluar ruangan Raka.
_______ BERSAMBUNG _________
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 262 Episodes
Comments
Fatim Ummu Ayes
ape urusan lo nanya.nanya
2023-11-02
0
Fatim Ummu Ayes
udh gak respek lagi ama raka q thor.. sbelum ada eva bolehlah dia casanova
tpi setelah ngehamilin eva dy masih gitu aja klakuannya... manjijikan
2023-11-02
0
Erni Fitriana
keterlaluan kamu raka😇😇😇😇
2023-07-30
0