Chapter 5 : H-1

Semua persiapan pernikahan sudah hampir sempurna 98%. tetapi hati Arinka merasa sangat sedih, dalam jiwanya berkecamuk sebuah rasa gundah. Apakah dia ingin lari di hari bahagianya itu, tetapi Arinka memikirkan Bi Yati dan Paman Ali, ingin sekali Arinka membatalkan pernikahan itu tetapi apa daya dirinya hanya ingin membahagiakan Paman dan Bibinya, karena Arinka sudah mengganggap mereka seperti orang tuanya sendiri.

Nenek Murti datang berkunjung kerumah Bi Yati dengan dibawa oleh supirnya, Nenek Murti ingin mengajak Arinka melihat kegedung pernikahan. Nenek Murti sudah duduk dan berbincang dengan Bi Yati dan Paman Ali, dari raut wajahnya mereka sangat bahagia, tapi tidak ada yang pernah bertanya kepada Arinka apakah dia bahagia atau tidak.

Tanpa panjang lebar Arinka dan Nenek Murti telah sampai di gedung resepsi, Arinka sangat terkejut dengan dekor nya yang luar biasa mewah, Arinka dibuat sangat takjub dengan ornamen serba putih, ia bergidik melihat persiapan yang hampir sempurna ini, mata-nya mulai berkaca-kaca.

Arinka ingin sekali menangis saking terharunya, pasalnya dia adalah wanita kampung tetapi bisa mendapatkan pernikahan semegah ini seperti mimpi yang mustahil. Rasanya lengkap sudah kebahagiaan Arinka, tetapi sayang Renza calon suaminya itu tidak mencintai Arinka, tak terasa Arinka menitikkan air mata ketika mengingat perlakuan kasar Renza.

Kenapa juga aku harus menangis, aku juga tidak mencintai Renza, sia-sia saja air mata ini. batinnya.

"Kenapa menangis rin?" tanya Nenek Murti sambil menepuk punggungnya.

"Tidak apa-apa nek, aku hanya terharu saja," jawab Arinka singkat, ia enggan menceritakan apapun.

"Kamu layak mendapatkan semua ini, ini pesta pernikahan termegah untuk cucu tersayang nenek."

Arinka hanya tersenyum, dari kejauhan terlihat seorang pemuda tampan yang gagah sedang berjalan menghampiri mereka berdua, yang tidak lain adalah Renza, benar Renza memang tampan,pesonanya sangat kuat apalagi ditambah dia sangat berkuasa.

"Sudah lama nek," ucap Renza menatap Nek murti.

"Belum satu jam kok," Nenek Murti terkekeh.

Renza hanya menyapa sang Nenek seakan melupakan Arinka, sorot matanya tajam memandang kearah Arinka dan tersenyum berat.

"Kok calon istri ga disapa,sih?" tutur Nek Murti sambil menatap Renza.

"Gapapa nek, senyum cukup kok," potong Arinka.

D**ia tak akan senyum didepanku, paling kalau senyum itupun terpaksa dan dibuat-buat.

"Ahh kalian masih malu-malu, padahal besok sudah jadi suami istri," ucap Nek Murti sambil mengolok.

Cih! mendengar kata suami istri saja menggelikan bagiku. batin Renza

Arinka dan Renza hanya saling menatap dan tersenyum yang sangat dipaksakan, dalam hatinya mereka sangat enggan melakukan pernikahan ini.

"Kalian boleh lihat-lihat berdua, lihat apa yang kurang, Nenek mau istirahat dulu," ucap Nek Murti lagi.

Arinka dan Renza berjalan dengan canggung, Renza sebisa mungkin menyembunyikan kebenciannya didepan Nenek Murti dengan baik, sandiwaranya sangat bagus.

Dreeet... dreet...

Suara getar ponsel dari saku celananya, Renza segera menjawab telpon itu didepan Arinka, ternyata yang menelpon adalah Giska. Hati Arinka sedikit kecewa, tetapi dia pasti akan terbiasa.

Arinka memperhatikan sekitar, melirik dengan ekor matanya, sekilas Arinka melihat Renza tersenyum sangat manis saat bicara dengan Giska, Arinka segera memalingkan wajah agar dirinya tak sedih berlarut-larut.

Aku yakin Renza kelak akan mencintaiku seiring waktu dan kebersaman, mungkin aku hanya harus lebih bersabar tapi aku sangat sadar akan diriku dan statusku.

Renza kembali sesudah menelpon, Arinka menyunggingkan senyuman diwajahnya, Renza malah melengos membuang muka.

"Jangan beraninya menggodaku, yah! aku hanya akan mencintai Giska bukan kamu, jadi jangan bermimpi untuk mendapatkan cintaku, dan aku tidak akan pernah menyentuhmu di malam pertama kita, hanya gadis kampung apa pantas mendapatkan kenikmatan tubuhku ini, dan satu lagi kau harus memanggilku Tuan kelak dirumah, dan sewaktu-waktu bila aku ingin mengakhiri pernikahan ini kau harus terima tanpa melawan," ucap Renza dengan nada penekanan.

Seketika air mata menetes di pipi Arinka, segera Arinka pamit untuk ke toilet. Arinka tidak ingin Renza melihatnya lemah, Arinka harus kuat walaupun di remehkan.

Arinka pov

Aku berlarian sambil menagis, rasanya ingin aku menumpahkan semua tangis ini kepada seseorang, aku perlu bercerita, tetapi kepada siapa?

Tidak ada yang pernah bertanya kepadaku apakah aku bahagia dengan semua ini, tapi ini memang salahku, aku yang menerima perjodohan ini,maka aku harus menanggung semuanya, Lagipula tidak ada rasa sayang di antara kami berdua tapi kenapa sesakit ini Tuhan, mendengar semua percakapannya itu, bantu aku untuk terus kuat menghadapi cobaan ini, apakah aku terlalu lemah kepadanya? mendengar ucapannya tadi aku tak yakin semuanya akan membaik seiring waktu, aku sangat berterima kasih jika dia tidak ingin melakukan hubungan suami istri, karena aku juga tidak sudi dia menyentuhku apalagi dengan sikap arogannya, aku harus menjunjung tinggi harga diriku.

Arinka pov end

Arinka kembali dari toilet setelah membasuh wajahnya, Arinka dengan tenangnya memasang senyuman manis di depan Nenek Murti dan Renza yang sudah menunggunya sedari tadi.

"Ayo kita pulang,sebelumnya kita mampir makan dulu, sesudah itu Renza antar Arinka, ya? ucap Nenek Murti seraya membuat pendekatan untuk mereka berdua.

"Hmm..., maaf Nek, sepertinya aku tidak bisa karena masih ada urusan di kantor."

Aku sudah tau kau akan bicara seperti itu, batin Arinka

"Hanya sekedar makan sebentar apa sesulit itu, sih" Nek Murti mulai menaikan nada bicaranya.

"Tidak apa-apa Nek, kalaupun Tuan Renza tidak bisa, wajar saja dia sangat sibuk kan sebentar lagi dia akan naik jabatan menjadi Ceo baru Fariq, pasti banyak tugas yang menantinya," tutur Arinka sambil tersenyum menenangkan.

"Nah lihat Renza, kamu beruntung punya istri yang mengerti kamu kelak, tetapi jangan panggil Tuan kan nanti kamu jadi istrinya."

"Iya, Nek."

D**ia memang seorang Tuan, dan aku hanyalah setitik benda kecil dihadapannya yang tak berarti sedikitpun.

Renza hanya bergegas pergi setelah mencium tangan Neneknya. melajukan kendaraan mewahnya dengan seorang supir.

"Kadang-kadang Renza terlihat serius dengan pekerjaannya, bisa dibilang gila kerja, tapi Nenek yakin kamu bisa mengerti kelak."

"Iya, Nek. Arin sangat mengerti," jawab arinka sambil tersenyum tipis.

Bunyi suara ponsel Arinka terdengar dari dalam tas, Arinka mengambil ponsel itu dalam tas dan ternyata itu sebuah pesan singkat.

Jangan sok baik didepan nenekku, jangan bermuka dua, aku tidak akan tertarik kepadamu.

Pengirimnya tertulis nama Tuanku, Arinka sangat terkejut, dan buru-buru memasukan ponselnya ke dalam tas lagi.

Te**rnyata nama kontak dirinya sudah tertulis Tuanku diponsel ini, dan mungkin nama kontakku di ponselnya babu.

"Itu ponsel dari Renza, kan?"

"Iya, Nek. bagus banget, terima kasih."

"Loh, kenapa bilang terima kasih sama Nenek ? Terima kasih saja sama Renza, itu kan pemberiannya."

"Tidak apa-apa, Nek, sama Renza kan sudah tadi," Arinka terkekeh.

"Dasar kamu ya, Nenek sangat suka sama kamu,Rin."

"Kenapa Nenek suka padaku, padahal banyak wanita cantik diluar sana yang setara dengan Renza, sedangkan aku hanya wanita kampungan yang jauh dari kata sempurna, penampilanku juga biasa, malahan bisa dibilang norak bagi orang kota," ucap Arinka lirih.

"Nenek hanya suka saja, kamu periang dan sopan, walaupun kamu dari kampung, tapi Nenek tau attitude kamu bagus, siapa yang bilang kamu norak? bagi Nenek kamu paling cantik, pokonya Nenek suka,"

"Nenek terlalu berlebihan, seandainya saja misalkan Arinka tidak terima perjodohan bagaimana? misalkan ya, Nek."

I**nginku berkata kebenarannya sekarang tapi tak bisa.

"loh kok bicara gitu sih, Nenek ga suka ya."

"Maaf, Nek." Arinka menundukan kepalanya.

"Tidak usah dibahas, yuk kita pergi makan setelah itu pulang dan istirahat untuk persiapan besok, kamu memerlukan banyak energi besok."

Arinka hanya mengangguk dan beranjak pergi dari gedung resepsi kemegahan itu, dengan langkah gontai dengan pikiran yang berkecamuk.

Bersambung..

Yang suka bisa vote dan comment..

Yang belum tekan ❤ silahkan tekan.

salam sayang dariku 😊

Luv u 😘

Terpopuler

Comments

Vina Riani

Vina Riani

sabar ya arinka nasib kebahagiaanmu sudah d tulis oleh author..
.

2020-11-13

1

Prince SuhoLee ❤

Prince SuhoLee ❤

gw sumpahin ntar lu bucin sama arin ren

2020-11-05

9

Budiari

Budiari

aku tunggu kebucinana mu

2020-10-31

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 : Perjodohan
2 Chapter 2 : Terpaksa
3 Chapter 3 : Seorang Gadis
4 Chapter 4 : Sesak
5 Chapter 5 : H-1
6 Chapter 6 : The Wedding
7 Chapter 7 : malam pernikahan
8 Chapter 8 : Hadiah Nenek
9 Chapter 9 : Debaran
10 Chapter 10 : Sarapan
11 Chapter 11 : Pengangkatan Ceo
12 Chapter 12 : Pindah Rumah part 1
13 Chapter 13 : Pindah Rumah part 2
14 Chapter 14 : Tentang Giska
15 Chapter 15 : Tamu tak diundang
16 Chapter 16 : Kedatangan nenek dan bibi
17 Chapter 17 : Mencari pekerjaan
18 Chapter 18 : Terbongkarnya rahasia giska
19 Chapter 19 : Kekesalan
20 Chapter 20 : Hari pertama kerja
21 Chapter 21 : Salah tingkah
22 Chapter 22 : Sebuket bunga
23 Chapter 23 : Romantis yang tertunda
24 Chapter 24 : Berangkat bersama
25 Chapter 25 : Masih berbelanja
26 Chapter 26 : Renza vs Jefran
27 Chapter 27 : Cemburu
28 Chapter 28 : Sakit part (1)
29 Chapter 29 : Sakit part (2)
30 Bonus
31 Chapter 30 : Sakit part (3)
32 Chapter 31 : Makan malam
33 Chapter 32 : Pengakuan
34 Chapter 33 : Berhenti kerja
35 Chapter 34 : Berkunjung ke kantor
36 Chapter 35 : Toko buku
37 Chapter 36 : Perkenalan ulang
38 Chapter 37 : Kencan? (1)
39 Chapter 38 : Kencan? (2)
40 Chapter 39 : Obrolan bersama Deni
41 Chapter 40 : Membeli kado
42 Chapter 41 : Menyatakan cinta
43 Chapter 42 : Makan malam dan ulang tahun
44 Chapter 43 : Dilema di Hotel
45 Chapter 44 : Menginap dirumah Bi Yati
46 Chapter 45 : First night
47 Chapter 46 : Belanja bersama
48 Chapter 47 : Bucin
49 Chapter 48 : Bucin 2
50 Chapter 49 : Cinta pertama?
51 Chapter 50 : Acara amal
52 Chapter 51 : Ngambek
53 Chapter 52 : Malam panjang
54 Chapter 53 : Motor baru
55 Chapter 54 : Bertemu Sinta
56 Chapter 55 : Galau
57 Chapter 56 : Rumah sakit
58 Chapter 57 : Kunjungan Risa
59 Chapter 58 : Honeymoon 1
60 Chapter 59 : Honeymoon 2
61 Chapter 60 : Honeymoon 3
62 Chapter 61 : Honeymoon 4
63 Chapter 62 : Tentang Deni
64 Chapter 63 : Pulang ke rumah
65 Chapter 64 : Bertengkar dahulu, sayang kemudian
66 Chapter 65 : Kedekatan
67 Chapter 66 : Kelas membuat kue
68 Chapter 67 : Kehamilan
69 Chapter 68 : Perhatian ekstra
70 Chapter 69 : Kebetulan
71 Chapter 70 : Benci bau
72 Chapter 71 : Bertemu lagi
73 Chapter 72 : Kumpul bertiga
74 Chapter 73 : Pameran
75 Chapter 74 : Keguguran
76 Chapter 75 : Jalan-jalan
77 Chapter 76 : Ketahuan?
78 Chapter 77 : Deni pacaran?
79 Chapter 78 : Egois
80 Chapter 79 : Kirim bunga?
81 Chapter 80 : Arinka ke kantor
82 Chapter 81 : Rencana Renza
83 Chapter 82 : Romansa Deni dan Risa
84 Chapter 83 : Mata-mata
85 Chapter 84 : Berbalas pesan
86 Chapter 85 : Sebuah paket
87 Chapter 86 : Sebuah paket 2
88 Chapter 87 : Dugaan tersangka
89 Chapter 88 : Siapa tersangka sebenarnya?
90 Chapter 89 : Mulai terbongkar
91 Chapter 90 : Titik terang
92 Chapter 91 : Pelaku sebenarnya
93 Chapter 92 : Tertangkap
94 Chapter 93 : Shopping
95 Chapter 94 : Tentang Risa
96 Chapter 95 : Video call
97 Chapter 96 : Ungkapan cinta
98 Chapter 97 : Jalan-jalan malam
99 Chapter 98 : Kepergok
100 Chapter 99 : Menginap rumah Risa
101 Chapter 100 : Kerumah Nek Murti
102 Chapter 101 : Bertemu Ema
103 Chapter 102 : Merah marun
104 Chapter 103 : Makan siang bersama
105 Chapter 104 : Periksa kandungan
106 Chapter 105 : Salah paham
107 Chapter 106 : Siaga
108 Chapter 107 : Curhat
109 Chapter 108 : Baikan
110 Chapter 109 : Manja
111 Chapter 110 : Antar pulang
112 Chapter 111 : Anniversary 1 tahun
113 Chapter 112 : Kegiatan pagi hari
114 Chapter 113 : Sinta bertamu
115 Chapter 114 : Tentang Sinta
116 Chapter 115 : Ke kantor
117 Chapter 116 : Si killer Deni
118 Chapter 117 : Akhir cerita bahagia.
Episodes

Updated 118 Episodes

1
Chapter 1 : Perjodohan
2
Chapter 2 : Terpaksa
3
Chapter 3 : Seorang Gadis
4
Chapter 4 : Sesak
5
Chapter 5 : H-1
6
Chapter 6 : The Wedding
7
Chapter 7 : malam pernikahan
8
Chapter 8 : Hadiah Nenek
9
Chapter 9 : Debaran
10
Chapter 10 : Sarapan
11
Chapter 11 : Pengangkatan Ceo
12
Chapter 12 : Pindah Rumah part 1
13
Chapter 13 : Pindah Rumah part 2
14
Chapter 14 : Tentang Giska
15
Chapter 15 : Tamu tak diundang
16
Chapter 16 : Kedatangan nenek dan bibi
17
Chapter 17 : Mencari pekerjaan
18
Chapter 18 : Terbongkarnya rahasia giska
19
Chapter 19 : Kekesalan
20
Chapter 20 : Hari pertama kerja
21
Chapter 21 : Salah tingkah
22
Chapter 22 : Sebuket bunga
23
Chapter 23 : Romantis yang tertunda
24
Chapter 24 : Berangkat bersama
25
Chapter 25 : Masih berbelanja
26
Chapter 26 : Renza vs Jefran
27
Chapter 27 : Cemburu
28
Chapter 28 : Sakit part (1)
29
Chapter 29 : Sakit part (2)
30
Bonus
31
Chapter 30 : Sakit part (3)
32
Chapter 31 : Makan malam
33
Chapter 32 : Pengakuan
34
Chapter 33 : Berhenti kerja
35
Chapter 34 : Berkunjung ke kantor
36
Chapter 35 : Toko buku
37
Chapter 36 : Perkenalan ulang
38
Chapter 37 : Kencan? (1)
39
Chapter 38 : Kencan? (2)
40
Chapter 39 : Obrolan bersama Deni
41
Chapter 40 : Membeli kado
42
Chapter 41 : Menyatakan cinta
43
Chapter 42 : Makan malam dan ulang tahun
44
Chapter 43 : Dilema di Hotel
45
Chapter 44 : Menginap dirumah Bi Yati
46
Chapter 45 : First night
47
Chapter 46 : Belanja bersama
48
Chapter 47 : Bucin
49
Chapter 48 : Bucin 2
50
Chapter 49 : Cinta pertama?
51
Chapter 50 : Acara amal
52
Chapter 51 : Ngambek
53
Chapter 52 : Malam panjang
54
Chapter 53 : Motor baru
55
Chapter 54 : Bertemu Sinta
56
Chapter 55 : Galau
57
Chapter 56 : Rumah sakit
58
Chapter 57 : Kunjungan Risa
59
Chapter 58 : Honeymoon 1
60
Chapter 59 : Honeymoon 2
61
Chapter 60 : Honeymoon 3
62
Chapter 61 : Honeymoon 4
63
Chapter 62 : Tentang Deni
64
Chapter 63 : Pulang ke rumah
65
Chapter 64 : Bertengkar dahulu, sayang kemudian
66
Chapter 65 : Kedekatan
67
Chapter 66 : Kelas membuat kue
68
Chapter 67 : Kehamilan
69
Chapter 68 : Perhatian ekstra
70
Chapter 69 : Kebetulan
71
Chapter 70 : Benci bau
72
Chapter 71 : Bertemu lagi
73
Chapter 72 : Kumpul bertiga
74
Chapter 73 : Pameran
75
Chapter 74 : Keguguran
76
Chapter 75 : Jalan-jalan
77
Chapter 76 : Ketahuan?
78
Chapter 77 : Deni pacaran?
79
Chapter 78 : Egois
80
Chapter 79 : Kirim bunga?
81
Chapter 80 : Arinka ke kantor
82
Chapter 81 : Rencana Renza
83
Chapter 82 : Romansa Deni dan Risa
84
Chapter 83 : Mata-mata
85
Chapter 84 : Berbalas pesan
86
Chapter 85 : Sebuah paket
87
Chapter 86 : Sebuah paket 2
88
Chapter 87 : Dugaan tersangka
89
Chapter 88 : Siapa tersangka sebenarnya?
90
Chapter 89 : Mulai terbongkar
91
Chapter 90 : Titik terang
92
Chapter 91 : Pelaku sebenarnya
93
Chapter 92 : Tertangkap
94
Chapter 93 : Shopping
95
Chapter 94 : Tentang Risa
96
Chapter 95 : Video call
97
Chapter 96 : Ungkapan cinta
98
Chapter 97 : Jalan-jalan malam
99
Chapter 98 : Kepergok
100
Chapter 99 : Menginap rumah Risa
101
Chapter 100 : Kerumah Nek Murti
102
Chapter 101 : Bertemu Ema
103
Chapter 102 : Merah marun
104
Chapter 103 : Makan siang bersama
105
Chapter 104 : Periksa kandungan
106
Chapter 105 : Salah paham
107
Chapter 106 : Siaga
108
Chapter 107 : Curhat
109
Chapter 108 : Baikan
110
Chapter 109 : Manja
111
Chapter 110 : Antar pulang
112
Chapter 111 : Anniversary 1 tahun
113
Chapter 112 : Kegiatan pagi hari
114
Chapter 113 : Sinta bertamu
115
Chapter 114 : Tentang Sinta
116
Chapter 115 : Ke kantor
117
Chapter 116 : Si killer Deni
118
Chapter 117 : Akhir cerita bahagia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!