Semua persiapan pernikahan sudah hampir sempurna 98%. tetapi hati Arinka merasa sangat sedih, dalam jiwanya berkecamuk sebuah rasa gundah. Apakah dia ingin lari di hari bahagianya itu, tetapi Arinka memikirkan Bi Yati dan Paman Ali, ingin sekali Arinka membatalkan pernikahan itu tetapi apa daya dirinya hanya ingin membahagiakan Paman dan Bibinya, karena Arinka sudah mengganggap mereka seperti orang tuanya sendiri.
Nenek Murti datang berkunjung kerumah Bi Yati dengan dibawa oleh supirnya, Nenek Murti ingin mengajak Arinka melihat kegedung pernikahan. Nenek Murti sudah duduk dan berbincang dengan Bi Yati dan Paman Ali, dari raut wajahnya mereka sangat bahagia, tapi tidak ada yang pernah bertanya kepada Arinka apakah dia bahagia atau tidak.
Tanpa panjang lebar Arinka dan Nenek Murti telah sampai di gedung resepsi, Arinka sangat terkejut dengan dekor nya yang luar biasa mewah, Arinka dibuat sangat takjub dengan ornamen serba putih, ia bergidik melihat persiapan yang hampir sempurna ini, mata-nya mulai berkaca-kaca.
Arinka ingin sekali menangis saking terharunya, pasalnya dia adalah wanita kampung tetapi bisa mendapatkan pernikahan semegah ini seperti mimpi yang mustahil. Rasanya lengkap sudah kebahagiaan Arinka, tetapi sayang Renza calon suaminya itu tidak mencintai Arinka, tak terasa Arinka menitikkan air mata ketika mengingat perlakuan kasar Renza.
Kenapa juga aku harus menangis, aku juga tidak mencintai Renza, sia-sia saja air mata ini. batinnya.
"Kenapa menangis rin?" tanya Nenek Murti sambil menepuk punggungnya.
"Tidak apa-apa nek, aku hanya terharu saja," jawab Arinka singkat, ia enggan menceritakan apapun.
"Kamu layak mendapatkan semua ini, ini pesta pernikahan termegah untuk cucu tersayang nenek."
Arinka hanya tersenyum, dari kejauhan terlihat seorang pemuda tampan yang gagah sedang berjalan menghampiri mereka berdua, yang tidak lain adalah Renza, benar Renza memang tampan,pesonanya sangat kuat apalagi ditambah dia sangat berkuasa.
"Sudah lama nek," ucap Renza menatap Nek murti.
"Belum satu jam kok," Nenek Murti terkekeh.
Renza hanya menyapa sang Nenek seakan melupakan Arinka, sorot matanya tajam memandang kearah Arinka dan tersenyum berat.
"Kok calon istri ga disapa,sih?" tutur Nek Murti sambil menatap Renza.
"Gapapa nek, senyum cukup kok," potong Arinka.
D**ia tak akan senyum didepanku, paling kalau senyum itupun terpaksa dan dibuat-buat.
"Ahh kalian masih malu-malu, padahal besok sudah jadi suami istri," ucap Nek Murti sambil mengolok.
Cih! mendengar kata suami istri saja menggelikan bagiku. batin Renza
Arinka dan Renza hanya saling menatap dan tersenyum yang sangat dipaksakan, dalam hatinya mereka sangat enggan melakukan pernikahan ini.
"Kalian boleh lihat-lihat berdua, lihat apa yang kurang, Nenek mau istirahat dulu," ucap Nek Murti lagi.
Arinka dan Renza berjalan dengan canggung, Renza sebisa mungkin menyembunyikan kebenciannya didepan Nenek Murti dengan baik, sandiwaranya sangat bagus.
Dreeet... dreet...
Suara getar ponsel dari saku celananya, Renza segera menjawab telpon itu didepan Arinka, ternyata yang menelpon adalah Giska. Hati Arinka sedikit kecewa, tetapi dia pasti akan terbiasa.
Arinka memperhatikan sekitar, melirik dengan ekor matanya, sekilas Arinka melihat Renza tersenyum sangat manis saat bicara dengan Giska, Arinka segera memalingkan wajah agar dirinya tak sedih berlarut-larut.
Aku yakin Renza kelak akan mencintaiku seiring waktu dan kebersaman, mungkin aku hanya harus lebih bersabar tapi aku sangat sadar akan diriku dan statusku.
Renza kembali sesudah menelpon, Arinka menyunggingkan senyuman diwajahnya, Renza malah melengos membuang muka.
"Jangan beraninya menggodaku, yah! aku hanya akan mencintai Giska bukan kamu, jadi jangan bermimpi untuk mendapatkan cintaku, dan aku tidak akan pernah menyentuhmu di malam pertama kita, hanya gadis kampung apa pantas mendapatkan kenikmatan tubuhku ini, dan satu lagi kau harus memanggilku Tuan kelak dirumah, dan sewaktu-waktu bila aku ingin mengakhiri pernikahan ini kau harus terima tanpa melawan," ucap Renza dengan nada penekanan.
Seketika air mata menetes di pipi Arinka, segera Arinka pamit untuk ke toilet. Arinka tidak ingin Renza melihatnya lemah, Arinka harus kuat walaupun di remehkan.
Arinka pov
Aku berlarian sambil menagis, rasanya ingin aku menumpahkan semua tangis ini kepada seseorang, aku perlu bercerita, tetapi kepada siapa?
Tidak ada yang pernah bertanya kepadaku apakah aku bahagia dengan semua ini, tapi ini memang salahku, aku yang menerima perjodohan ini,maka aku harus menanggung semuanya, Lagipula tidak ada rasa sayang di antara kami berdua tapi kenapa sesakit ini Tuhan, mendengar semua percakapannya itu, bantu aku untuk terus kuat menghadapi cobaan ini, apakah aku terlalu lemah kepadanya? mendengar ucapannya tadi aku tak yakin semuanya akan membaik seiring waktu, aku sangat berterima kasih jika dia tidak ingin melakukan hubungan suami istri, karena aku juga tidak sudi dia menyentuhku apalagi dengan sikap arogannya, aku harus menjunjung tinggi harga diriku.
Arinka pov end
Arinka kembali dari toilet setelah membasuh wajahnya, Arinka dengan tenangnya memasang senyuman manis di depan Nenek Murti dan Renza yang sudah menunggunya sedari tadi.
"Ayo kita pulang,sebelumnya kita mampir makan dulu, sesudah itu Renza antar Arinka, ya? ucap Nenek Murti seraya membuat pendekatan untuk mereka berdua.
"Hmm..., maaf Nek, sepertinya aku tidak bisa karena masih ada urusan di kantor."
Aku sudah tau kau akan bicara seperti itu, batin Arinka
"Hanya sekedar makan sebentar apa sesulit itu, sih" Nek Murti mulai menaikan nada bicaranya.
"Tidak apa-apa Nek, kalaupun Tuan Renza tidak bisa, wajar saja dia sangat sibuk kan sebentar lagi dia akan naik jabatan menjadi Ceo baru Fariq, pasti banyak tugas yang menantinya," tutur Arinka sambil tersenyum menenangkan.
"Nah lihat Renza, kamu beruntung punya istri yang mengerti kamu kelak, tetapi jangan panggil Tuan kan nanti kamu jadi istrinya."
"Iya, Nek."
D**ia memang seorang Tuan, dan aku hanyalah setitik benda kecil dihadapannya yang tak berarti sedikitpun.
Renza hanya bergegas pergi setelah mencium tangan Neneknya. melajukan kendaraan mewahnya dengan seorang supir.
"Kadang-kadang Renza terlihat serius dengan pekerjaannya, bisa dibilang gila kerja, tapi Nenek yakin kamu bisa mengerti kelak."
"Iya, Nek. Arin sangat mengerti," jawab arinka sambil tersenyum tipis.
Bunyi suara ponsel Arinka terdengar dari dalam tas, Arinka mengambil ponsel itu dalam tas dan ternyata itu sebuah pesan singkat.
Jangan sok baik didepan nenekku, jangan bermuka dua, aku tidak akan tertarik kepadamu.
Pengirimnya tertulis nama Tuanku, Arinka sangat terkejut, dan buru-buru memasukan ponselnya ke dalam tas lagi.
Te**rnyata nama kontak dirinya sudah tertulis Tuanku diponsel ini, dan mungkin nama kontakku di ponselnya babu.
"Itu ponsel dari Renza, kan?"
"Iya, Nek. bagus banget, terima kasih."
"Loh, kenapa bilang terima kasih sama Nenek ? Terima kasih saja sama Renza, itu kan pemberiannya."
"Tidak apa-apa, Nek, sama Renza kan sudah tadi," Arinka terkekeh.
"Dasar kamu ya, Nenek sangat suka sama kamu,Rin."
"Kenapa Nenek suka padaku, padahal banyak wanita cantik diluar sana yang setara dengan Renza, sedangkan aku hanya wanita kampungan yang jauh dari kata sempurna, penampilanku juga biasa, malahan bisa dibilang norak bagi orang kota," ucap Arinka lirih.
"Nenek hanya suka saja, kamu periang dan sopan, walaupun kamu dari kampung, tapi Nenek tau attitude kamu bagus, siapa yang bilang kamu norak? bagi Nenek kamu paling cantik, pokonya Nenek suka,"
"Nenek terlalu berlebihan, seandainya saja misalkan Arinka tidak terima perjodohan bagaimana? misalkan ya, Nek."
I**nginku berkata kebenarannya sekarang tapi tak bisa.
"loh kok bicara gitu sih, Nenek ga suka ya."
"Maaf, Nek." Arinka menundukan kepalanya.
"Tidak usah dibahas, yuk kita pergi makan setelah itu pulang dan istirahat untuk persiapan besok, kamu memerlukan banyak energi besok."
Arinka hanya mengangguk dan beranjak pergi dari gedung resepsi kemegahan itu, dengan langkah gontai dengan pikiran yang berkecamuk.
Bersambung..
Yang suka bisa vote dan comment..
Yang belum tekan ❤ silahkan tekan.
salam sayang dariku 😊
Luv u 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Vina Riani
sabar ya arinka nasib kebahagiaanmu sudah d tulis oleh author..
.
2020-11-13
1
Prince SuhoLee ❤
gw sumpahin ntar lu bucin sama arin ren
2020-11-05
9
Budiari
aku tunggu kebucinana mu
2020-10-31
1