Arinka yang berjalan dengan diiringi isak tangisan membuat orang disekitar heran, Arinka adalah wanita kampung yang udik, dia sadar betul dengan gelar itu, tetapi dia bukan pengincar harta seperti yang diucapkan Giska tadi.
Arinka pulang dalam kebingungan, dia belum terlalu mengenal ibukota membuat dirinya menangis menjadi-jadi, seorang wanita yang baik menghampiri dirinya dan menanyakan tentang dirinya, Arinka hanya terdiam lalu dirinya bertanya cara untuk pulang karena sedari tadi dia melihat mobil melaju tanpa henti, wanita yang baik itu memberhentikan sebuah taxi dan menyuruh Arinka pulang menggunakan taxi, wanita itu tau bahwa Arinka pasti orang baru di ibukota ini.
Arinka pulang dengan senyuman yang dibuat-buat, terpikir dibenak nya dia ingin memberi tau bi Yati bahwa dirinya tidak ingin menikah dengan Renza.
Bi Yati heran kenapa Arinka pulang sendiri dan tidak diantar Renza?
"Kenapa pulang sendiri? Renza mana rin?" ucap bibi sambil menghampiri Arinka.
"Arin diantar kok, Renza ada urusan makanya pulang cepat, dia kan orang sibuk Bi."
"Tapi Bibi ga dengar suara mobil, iya sih bibi lupa dia pewaris utama fariq company dan akan menjadi Ceo baru disana."
Arinka hanya tersenyum dan mengangguk, ia memberanikan diri ingin mengatakan tentang perjodohan yang tiba-tiba ini kepada Bibi.
"Bi, Arin mau tanya? kenapa sih Arin di jodohkan dengan Renza? padahal Renza itu orang kaya, tampan, berpendidikan pasti banyak wanita yang ingin menjadi istrinya, kenapa harus Arin yang di jodohkan dengannya?"
"Nenek Murti yang mengatur ini semua, katanya sebanyak wanita yang pernah dikencani Renza semuanya rata-rata hanya menginginkan uang saja, setelah uang dan atm disita nenek, wanita yang dikencani Renza menjauh, makanya Nenek Murti ingin menjodohkan dengan kamu, mungkin juga ada alasan lain tapi bibi tidak tau," jawab Bi Yati pelan.
"Arin hanya heran, Bi. Arin kan cuma orang kampung biasa, tidak cantik dan mungkin bukan type nya Renza, Arin merasa perjodohan ini sedikit aneh, " Arinka berucap lirih.
"Loh kok gitu, Arin sangat cantik, putih, hidung mancung, dan mungil, tinggi ga kalah sama orang kota, kenapa bicara begitu. Apakah Renza tidak menyukai Arin? kalau memang Arin tidak mau dijodohkan Bibi bisa bicara lagi kepada Nenek Murti, sebelum terlambat dan sebelum undangan disebar, gapapa rin kalo terasa berat jangan dipaksakan."
"Arin hanya bertanya Bi, Renza baik kok, Arin sudah bilang gapapa di jodohkan."
sayangnya Renza itu orangnya tak sebaik Nek Murti, ia kasar dan arogan juga, sungguh bukan type ku, aku ingin teriak bahwa aku tak ingin di jodohkan dengan lelaki sombong itu, tetapi aku tak ingin menyakiti bibi, batinnya.
Arinka tidak tega mengatakan kepada Bi Yati karena raut wajah Bi Yati sudah berubah, Arinka bisa melihatnya dengan jelas.
Arinka masuk kekamar dan menangis, dia ingin bercerita tapi kepada siapa, ini sangat berat baginya, ia harus menanggung sendiri.
Suara pintu terdengar dari luar, Arinka segera menghapus air mata, seseorang diluar teriak memanggil nama Arinka, Bi Yati segera keluar ternyata kurir paket mengantar barang atas nama Arinka, Bibi segera menerima barang tersebut.
Arinka keluar dan mengambil paket tersebut, Arinka heran padahal dia tidak pernah melalukan pembelian.
"Apa ini rin, nama pengirimnya tidak ada?" tanya Bi Yati penasaran.
"Arin juga tidak tau Bi, buka saja lah."
Arinka membuka kertas di paket itu dan Arinka terkejut melihat isinya ternyata sebuah ponsel keluaran terbaru, Bi Yati langsung menebak pasti pembelian dari Renza.
Arinka sebenarnya tidak suka menerima pemberian hadiah seperti ini, dia yakin Renza pasti benar-benar menganggapnya wanita materialistis.
Ponsel itu telah nyala, dia terlihat heran dan segera membaca buku petunjuk, ternyata didalam kotak ada kertas lain berisi pesan untuk Arinka, pesan itu dari Renza yang mengatakan ponsel itu hadiah darinya karena Nenek Murti bilang harus membelikan ponsel,
"Jangan membantah dan terima saja, itu yang kau suka kan barang mahal," kata-kata terakhir benar-benar membuat Arinka seperti wanita penggila barang mewah saja.
****
Nenek Murti sudah mempersiapkan semua keperluaan pernikahan Arinka dan renza, mulai dari catering dan gaun pengantin, Nenek Murti sangat senang karena akhirnya perjodohan ini segera terwujud, banyak cerita dibalik perjodohan ini makanya Beliau begitu senang.
Hari ini, Arinka dan Renza akan melakukan fitting gaun pengantin, Nenek Murti telah memesan gaun yang paling mewah dan mahal untuk cucu menantunya itu.
Renza dan Arinka telah tiba di tempat desainer ternama, Arinka sangat canggung karena ini pertama kalinya dia ketempat semegah ini. matanya melirik setiap sudut ruangan ditempat itu, sangat asing baginya.
Renza selalu sibuk dengan ponselnya, dia sangat membencinya karena harus mengahabiskan hal yang tidak penting dengan wanita kampungan itu, ingin Renza mengajak Giska tapi dia tak ingin menggegerkan media karena ini tentang pernikahannya.
Renza sangat bosan karena Arinka sangat lama, sesudah dirinya mencoba tuxedo, Renza segera pergi ke kafe depan untuk menelpon sang kekasih sedangkan Arinka sendirian mencoba beberapa gaun tanpa ada yang menemani dan mengatakan gaunnya cantik dan pas ditubuhnya.
Arinka sangat tau bahwa Renza sangat malas pergi bersamanya, tetapi demi Sang Nenek dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, hati Arinka sangat sakit.
Kenapa semuanya harus seperti ini, bilang saja jika tidak mau ikut apa susahnya daripada menjadi beban, aku bisa pergi sendiri...., gumamnya dalam hati.
Selesai mencoba gaun, Arinka segera keluar, ia melihat Renza tertawa bahagia sambil memegang ponselnya, sungguh Renza sangat tampan? tetapi mengapa saat bersamaku Renza selalu memasang raut wajah benci, tanpa ada sedikitpun senyuman gumam nya dalam hati. Arinka hanya bisa memandang senyuman Renza dari kejauhan karena kalau Arinka dihadapannya, senyum itu langsung sirna dan berubah masam.
Arinka menghampiri calon suaminya karena dia sudah kelamaan menunggu, Arinka tidak berani berbicara kepada Renza karena takut Renza akan marah dan membentaknya. Renza yang sadar kehadiran Arinka segera menyudahi bicara ditelpon.
"Ayo pulang, aku sangat sibuk,'' ajak Renza dengan raut wajah sinis.
Padahal Arinka sangat lapar, tapi Renza tak perduli dan tidak menanyakan. Arinka hanya mengangguk dan mengiyakan tanpa berkata panjang lebar. Arinka mengikuti Renza yang masuk kedalam mobil mewahnya, duduk dengan tenang tanpa pembicaraan.
*Ak*u juga tak ingin berlama-lama dengan orang kaya arogan sepertimu. gumamnya lagi dalam hati.
Didalam mobil, Renza tak berbicara sepatah katapun sampai tiba dikediaman Bibi Yati, Arinka membuka pintu mobil dan turun sambil berbicara,"hati-hati dijalan" namun Renza tak megiyakan dan langsung melajukan mobilnya.
Arinka merasa dadanya sesak, inikah takdirnya, apakah akan ada kebahagiaan kelak, Arinka hanya berharap.
Bersambung..
Hay yang suka baca jangan lupa like ya 😁
yang belum tekan ❤ silahkan tekan.
Luv u 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Epifania R
dasar
2021-03-26
0
ZaeV92
sesak aku toor..😭😭😭
2021-03-12
0
Saida Simanjuntak
yg sabar ya arinka
2021-02-18
0