Setelah hari pertemuan itu, Arinka selalu murung, tapi dia berupaya menyembunyikannya di hadapan Bibi dan Pamannya, Arinka tidak menyangka kelak lelaki yang kasar itu akan menjadi suaminya, sambil melamun air matanya mengalir tanpa disadari, akankah hari pernikahannya kelak menjadi awal yang suram untuk kehidupannya kedepan? entahlah.
Bibi datang dengan sebuah telpon ditangannya, Arinka segera mengusap air matanya dan langsung menyunggingkan senyuman, ia berusaha keras tersenyum walaupun sulit baginya. Arinka tidak akan memberi tau tentang percakapan Renza kepada siapapun, biarlah menjadi rahasia baginya.
"Arinka, ini Nenek Murti ingin bicara," ucap Bi Yati pelan.
"Ada apa bi?" Jawab Arinka sambil memasang senyum palsu diwajahnya.
"Bicara saja sendiri kepada Beliau," sambil memberikan ponsel pintarnya kepada Arinka, memang Arinka tidak mempunyai ponsel, makanya Nenek Murti menelpon Bibi.
"Halo, Nek, ada apa?" Arinka berbicara lembut.
"Halo Rin, Nenek hanya mau bilang nanti sore Renza akan datang kerumah Arin, Nenek ingin kalian pergi bersama misalnya jalan-jalan, beli pakaian, atau juga bisa membeli ponsel untuk kamu, kamu kan belum punya ponsel jadi sekalian saja ya, bisa, kan?"
Nenek Murti berbicara dengan nada gembira, sedangkan Arinka hanya terdiam mendengarkan lalu menjawab dengan sopan dan mengiyakan, padahal dalam hatinya Arinka sangat malas, karena mungkin Renza lebih tidak suka tetapi terpaksa kerena titah nenek tidak bisa dibantah olehnya.
Arinka memberikan ponsel itu kembali kepada Bi Yati kemudian Bi Yati bertanya percakapan apa yang di bicarakan dengan Renza semalam, bagaimana perkenalan dan sifat Renza? Arinka hanya tersenyum dan mengatakan Renza sangat baik, padahal dibalik itu semua Arinka sangat tersakiti. pikirannya menerawang jauh saat Bi Yati pergi meninggalkan kamarnya.
Arinka bersiap dengan pakaian seadanya khas orang pedesaan, memakai dress floral longgar dan flat shoes tidak lupa tas selempangnya.
Renza datang menggunakan mobil mewahnya dengan menggunakan baju kemeja biru langit dan celana panjang hitam, tidak lupa memakai kacamata hitam khas orang berada, stylenya sangat keren dan membuat mata yang memandang ketagihan.
Renza dipersilahkan masuk oleh Bi Yati, ia duduk dengan kaki kanan dilipat, gaya nya yang dibuat semempesona mungkin. Bi yati yang menanyakan minum dengan segera ditolak oleh Renza, tapi Bi Yati hanya tersenyum karena memang mereka buru-buru, dalam hati Bi Yati bergumam calon suami Arinka sangat tampan.
Arinka berjalan dengan cepat, Arinka tidak ingin Renza menunggunya terlalu lama, Renza memandang Arinka dari ujung kepala sampai kaki, lalu Renza mengerutkan dahi nya tanda ada keanehan dan tidak suka, Arinka yang sadar betul dengan ekspresi wajah Renza hanya tersenyum masam.
Arinka berpamitan dan Renza mengikuti, mereka masuk kedalam mobil mewah itu, Arinka kebingungan memasang seat belt, Renza membantunya dengan kasar, kemudian mobil mereka melaju dengan kencang kesebuah Cafe. Dalam perjalanan, mereka tidak berbicara sepatah kata pun, hanya Renza yang sibuk dengan ponselnya sedang Arinka duduk dengan kaku bagai patung.
Renza telah mereservasi tempat vip di cafe itu, Renza segera turun tanpa memperdulikan Arinka, dia sangat jijik melihat penampilan Arinka yang sangat kampungan baginya, Arinka turun dengan pelan lalu mengikuti Renza, senyum Renza seketika merekah lebar setelah melihat seseorang di cafe tersebut, disapanya seorang tersebut ternyata seorang wanita.
Arinka heran siapa wanita itu, tubuhnya seksi kulitnya putih dan sangat tinggi layaknya model, Arinka tersenyum kepadanya tetapi wanita itu malah mengacuhkannya.
Renza segera menarik kursi untuk wanita itu dan mereka segera duduk, Arinka yang merasa dirinya diabaikan tetap berusaha tersenyum manis dan duduk tenang dihadapan wanita itu.
Tiba-tiba wanita itu bertanya dengan nada marah kepada Renza,
"Siapa wanita kampungan ini? Kenapa keluar dari mobil bersama dan kenapa duduk semeja dengan kita sayang? jawab," rengek wanita itu manja.
Arinka terkejut wanita itu memanggil calon suaminya sayang, jangan-jangan dia adalah pacar Renza ucap arinka dalam hati.
Renza tertawa dan kemudian mengelus bahu wanita itu, mereka sangat mesra, Arinka sampai merasa tak enak hati melihat kelakuan mereka berdua.
"Aku sengaja mengajakmu kesini untuk membicarakan ini sayang, sebelumnya dengarkan aku baik-baik, aku hanya mencintaimu Giska sayang maka dari itu dengarkan pembicaraanku tanpa memotongnya."
"Cepat katakan," ucap wanita itu penasaran.
"Sebelumnya aku perkenalkan kepadamu Arinka yang kampungan, ini adalah pacar ku namanya Giska natalie."
Arinka yang mendengar perkataan Renza bagaikan tersambar petir disiang bolong, tapi Arinka tetap kuat karena memang dia juga bukan apa-apa, Arinka sadar betul bahwa dirinya hanya seorang gadis kampung yang tak pantas mendapatkan Renza, dan juga belum ada benih cinta diantara mereka makanya Arinka tetap tenang.
"Aku arinka" ucapnya singkat sambil menyodorkan tangan ke arah wanita itu, sayang wanita itu mengacuhkannya, Renza yang melihat hanya tersenyum.
"Aku ingin megatakan bahwa Nenek menjodohkan aku dengan wanita ini tetapi...," ucapannya terpotong begitu saja.
Belum selesai Renza berbicara giska langsung berdiri dan mengamuk,
"Aa-apaaaaa, kenapa perjodohan? Kau sudah berjanji ingin menikahiku sayang," pekik giska dengan tangisan yang mebludak, untung saja itu ruangan vip, jadi mereka hanya bertiga saja.
"Yang, sayang. sabar dulu, dengarkan ucapanku," Renza berusaha menenangkan pacarnya dan Arinka merasa seperti perebut suami orang yang sedang dihakimi.
"Kau pergi sana, aku tak ingin melihatmu! dasar gadis kampung tak tau malu! aku tau niatmu hanya ingin hidup kaya dan merebut harta saja,kan? orang miskin sepertimu tidak pantas mendapatkan orang seperti Renza, sadar diri bisa, kan?" bentak Giska sambil menunjuk-nunjuk kearah wajah Arinka.
Arinka berusaha menahan tangis mendengar perkataan Giska itu, Arinka sangat terpukul dan terhina padahal dirinya tak seperti yang dituduhkan, arinka hanya terdiam tak berbicara sepatah katapun, hatinya sangat kalut.
"Kamu jangan khawatir sayang, aku sudah tau niat keluarga mereka yang busuk itu, mereka pasti mengincar harta Nenek, orang kampung seperti mereka memang tak tau diri,membuat muak saja. Tapi aku harus menikahi wanita ini, yang. karena ini keputusan nenek, aku tak ingin mengecewakan nenek, tapi percayalah cinta dan sayangku hanya untukmu bukan untuk wanita kampungan yang materialistis ini, bahkan bila aku telah menikah, kau tetap akan menjadi pacarku dan dia akan aku jadikan babu saja."
Giska kemudian memeluk Renza, Arinka masih berusaha menahan tangisnya, hampir saja ia terisak tapi ia tetap diam saja, dia tak menyangka hati Renza sebusuk itu, Arinka sungguh dipermalukan oleh mereka bedua.
"Cepat pergi dari sini aku sangat malas melihat wajahmu, dan satu lagi jangan bilang nenek tentang hari ini, kalau tidak kau akan tau akibatnya," ucap renza dengan penuh penekanan
Arinka lalu pergi meninggalkan mereka berdua, arinka berjalan dengan langkah lunglai, hatinya sangat sakit mengingat perkataan dari calon suaminya itu.
**Bersambung..
Kalau suka cerita ini bantu vote ya 😊
kritik dan saran aku tunggu..
jangan lupa like jika sudah selesai membaca,
salam sayang dariku..
Luv u 😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Azzahra
arinkaaa😭😭😭
2021-12-20
0
Epifania R
sabar arin
2021-03-26
0
Saida Simanjuntak
arinka
km yg sabar ya....bentar lagi Reza pasti bucin😃😃
2021-02-18
1