Suamiku, Cintai Aku
Suasana desa hari ini sangat damai, seperti biasanya tanpa hiruk pikuk. yang ada hanyalah kicauan burung dan tetesan embun. sedikit mendung, seperti suasana hati Arinka. pasalnya, hari itu adalah hari kepergian sang ibu kepangkuan Ilahi. tinggallah dirinya yang hidup sebatang kara, tanpa kawan dan saudara.
Hidup di desa tidak mudah. Arinka harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kerja keras mnjadi buruh cucian lumayan melelahkan, dan hanya mendapatkan upah yang tidak seberapa. Di desa nya Arinka, pekerjaan sangat lah sulit, hanya pekerjaan kasar seperti kuli saja yang bisa di kerjakan, dan para wanita sangat tidak cocok bekerja begitu. Maka dari itu sebagian memilih merantau dan mengadu nasib di ibukota.
Arinka yang merasa ingin mengubah hidupnya, tergiur oleh tetangga ingin mengadu nasib juga di ibukota, dan disana Arinka mempunyai keluarga yaitu seorang bibi, kakak dari Alm.Ibunya, jadi dia bisa lebih mudah untuk tinggal di ibukota, dan mencari pekerjaan, tidak perlu hidup mengotrak tetapi bisa tinggal gratis. Walaupun hanya akan jadi Asisten rumah tangga, tidak apa-apa asal halal. Arinka sadar betul karena ijazah sma tidak terlalu istimewa di ibukota.
Berkemaslah Arinka, dengan membawa baju didalam tas jinjingnya, ia melihat sekitar rumahnya, setiap sudut ia pandangi, ia mungkin akan merindukan kampungnya ini jika sudah tinggal di kota, apalagi dengan rumahnya. pagi-pagi sekali ia berangkat dengan bus tujuannya. Perasaannya bercampur aduk, ada rasa senang akan bertemu Bibinya, dan ada rasa haru karena akan meninggalkan rumahnya yang tak tau kapan akan kembali. wanita itu menghubungi bibi Yati, agar segera menjemputnya di terminal nanti jika ia sudah sampai di ibukota.
***
Arinka sangat terkejut melihat rumah Bibi Yati, ternyata lumayan besar untuk ukuran rumah di desanya. Bi Yati adalah kakak ibu nya Arinka, yang menikah dan menetap di ibukota. Bibi Yati juga mempunyai seorang anak lelaki, tetapi sudah menikah dan mempunyai rumah sendiri. Bibi Yati dan suaminya Paman Ali sangat senang, Arinka bisa tinggal bersama mereka, karena mereka saat ini hanya tinggal berdua saja, hitung-hitung menambah anggota keluarga dan meramaikan rumah.
Arinka sangat senang tinggal disana, seolah ia mempunyai ayah dan ibu lengkap. Arinka juga tidak akan tinggal diam, ia sudah berniat mencari pekerjaan dari kampung, ia tidak ingin hanya hidup gratis, tapi Bibi Yati tidak mengijinkan. Karena bagi bi Yati, Arinka itu ibarat anak sendiri, jadi bi Yati dan paman Ali masih bisa menghidupinya.
Bi yati mempunyai teman bernama nenek Murti. Beliau sering berkunjung kerumah Bi Yati. Nek Murti adalah nenek yang baik, ramah dan sopan, walaupun kaya beliau tidak pernah menyombongkan kekayaannya. Nek Murti juga sering bercerita tentang cucu lelakinya kepada bi Yati.
"Arinka perkenalkan, ini Nenek murti. Beliau adalah Majikan Paman Ali, sini cium tangannya," ucap Bi Yati sambil tersenyum.
Arinka mendekat dengan kaku, lalu ia mencium tangan Nenek Murti, dan kemudian duduk si sofa bersama-sama.
"Siapa namamu?" tanya Nenek Murti dengan lembut.
"Namaku Arinka, Nek," seraya tersenyum manis.
"Nama yang cantik, secantik orangnya," puji Nek Murti yang membuat Arinka tersipu malu mendengar pujian dari Beliau, wajahnya bersemu merah seperti tomat.
Mereka sering bercerita dan tertawa bersama, hampir setiap hari Nenek Murti berkunjung ke rumah Bi Yati, sekedar mengobrol ringan dan lama kelamaan Nenek Murti mulai menyukai sosok Arinka yang periang, lembut dan sopan itu. terbesit dibenak Nenek Murti ingin menjadikan Arinka sebagai calon istri dari cucunya.
Bersepakatlah, Bi Yati dan Nenek Murti untuk menjodohkan cucunya itu kepada Arinka. tetapi Bi Yati sempat menolak, karena takut Arinka tidak akan mau menerima perjodohan ini. Bagaimanapun juga arinka adalah gadis muda yang berhak menentukan pasangannya sendiri. Tapi akhirnya Bi Yati menerima kesepakatan itu, karena Bi Yati itu type orang yang tak enakan, apalagi Nenek Murti adalah atasan tempat suaminya bekerja. Bi Yati juga banyak berpikir, siapa tau Arinka akan bahagia karena Nenek Murti sangat kaya. itung-itung bisa merubah nasib Arinka kelak, pasal cinta pasti cinta bisa tumbuh seiring waktu pikirnya.
Bi Yati berbicara kepada Paman Ali tentang perjodohan itu. Paman Ali lalu memanggil Arinka yang tengah asyik menyetrika pakaian. Arinka bekerja sebagai buruh setrika, karena dia berdalih tak enak bila tak ada kesibukan, ia hanya makan, tidur dengan gratis, makanya ia berinisiatif mencari pekerjaan sambilan. Arinka berhenti dan duduk di hadapan paman dan bibinya itu.
"Arinka, Paman dan Bibi ingin mengatakan sesuatu, ini bersifat penting."
Arinka hanya mengangguk, dan mendengarkan. lalu Paman mulai berbicara tentang perjodohannya dengan cucu nenek Murti. Arinka hanya terdiam tak bersuara, tangannya meremas kuat jari jemarinya, ia juga tengah dilanda kebingungan. Disisi lain Arinka tak enak hati bila menolak. karena sudah berapa banyak kebaikan yang diberikan oleh Paman dan Bibinya itu, mungkin bagi Arinka ini adalah saatnya untuk membalas budi mereka.
Setelah berpikir panjang, Arinka lalu mengangguk kepalanya pelan, sontak membuat Bibi dan Paman sangat bahagia. Bi Yati dengan segera menelpon Nenek Murti, mengatakan bahwa Arinka menerima perjodohan itu. Arinka padahal belum mengenal sosok lelaki yang akan menjadi suaminya itu, tetapi Arinka berusaha ingin membahagiakan keluarga bibinya.
"Apa-apaan, Nek!" Teriak seorang lelaki yang nada marah.
"Ini demi kebaikanmu, wanita ini juga cantik dan baik hati, Nenek sangat menyukainya."
"Aku bahkan belum mengenalnya? Bagaimana kalian telah setuju tanpa bertanya kepadaku?"
"Apa kamu mau, perusahan jatuh ketangan orang yang tak bertanggung jawab, selama kamu belum menikah, kamu tidak bisa mengambil alih perusahan Fariq Company."
"Tapi, kenapa harus perjodohan? Aku bisa mencari wanita lain, dan lagi aku juga mempunyai seorang pacar." ucap lelaki itu.
"Nenek tidak suka dengan pacarmu itu, ia terlihat tidak baik, tidak sopan. pokoknya nenek mau kamu menikah dengan Arinka tanpa tapi lagi."
"Namanya bahkan baru pertama kali aku dengar, nama yang kampungan!" pekik lelaki itu sambil tertawa keras dengan emosi yang membara.
"Sudahlah, Nenek akan menentukan tanggal pernikahanmu dengan Ali."
"Ali siapa?" tanya lelaki itu lagi.
"Ali yang kerja di Perusahaan kita."
"Bukankah Ali yang selalu nenek ceritakan itu seorang OB?"
"iya, Kenapa? " jawab Nenek Murti lantang.
"Ya Tuhan, apakah Nenek sudah kehilangan akal sehat. menjodohkan aku dengan anak keluarga rendahan seperti itu, aku tidak mau! " ucap lelaki itu sekali lagi dengan nada berteriak.
"Memang apa salahnya? mereka semua orang baik, Nenek suka. jangan terlalu banyak menghujat orang lain dan terima saja. Apa kau mau perusahan kita jatuh ketangan saudara tiri nenek yang tak bertanggung jawab? lalu kita miskin dan tak punya apa-apa, diusir dari rumah mewah dan semua fasilitas yang kau miliki musnah. Kau memilih miskin atau menikah? Ucap Nenek Murti dengan nada yang naik setingkat lebih tinggi.
"Huh! terserah," Lelaki itu lalu pergi dan meninggalkan Neneknya dalam keadaan sangat marah, bahkan menoleh saja tidak.
"Renza, kau mau kemana?" panggil Nenek keras.
Lelaki itu lalu pergi dengan segala kegundahan didadanya, dia sangat pusing akibat tingkah nenek tuanya itu, tapi bagaimanapun dirinya sangat menyayangi sang nenek dan tak ingin mengecewakannya.
**Bersambung..
hay hay aku penulis baru, mohon maaf bila banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan..
tolong dukung aku ya 😍
Dengan cara Vote dan comment.
Salam sayang dariku buat Pembaca semua.
luv u 😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Pino Kiyo
aku orang kebungbader
2022-09-14
0
Nur rahmayana
mampir Thor......
2022-07-14
0
Riski riski
nyimak
2022-05-24
0